Jumat, 10 Juli 2015

[Agama] SIAPA ITU Jalaluddin ar-Rumi

SIAPA ITU Jalaluddin ar-Rumi
Oleh: Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani
( Grandson of Mawlana Rumi )

“Dia adalah, orang yg tak mempunyai ketiadaan,
Saya mencintainya dan Saya mengaguminya, Saya memilih
jalannya dan Saya memalingkan muka ke jalannya. Setiap
orang mempunyai kekasih, dialah kekasih saya, kekasih
yg abadi. Dia adalah orang yg Saya cintai, dia
begitu indah, oh dia adalah yg paling sempurna.
Orang-orang yg mencintainya adalah para pecinta yang
tak pernah sekarat. Dia adalah dia dan dia dan
mereka adalah dia. Ini adalah sebuah rahasia, jika
kalian mempunyai cinta, kalian akan memahaminya.
( Sulthanul Awliya Mawlana Syaikh Nazhim Adil
al-Haqqani - Cucu dari Mawlana Rumi, Lefke, Cyprus
Turki, September 1998) Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi jg seorang
tokoh sufi yg berpengaruh di zamannya. Rumi adalah
guru nomor satu Thariqat Maulawiah, sebuah thariqat
yg berpusat di Turki dan berkembang di daerah
sekitarnya. Thariqat Maulawiah pernah berpengaruh
besar dlm lingkungan Istana Turki Utsmani dan
kalangan seniman sekitar tahun l648.

Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewaan
akal dan indera dlm menentukan kebenaran. Di
zamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit
itu. Bagi mereka kebenaran baru dianggap benar bila
mampu digapai oleh indera dan akal. Segala sesuatu
yg tak dpt diraba oleh indera dan akal, dengan
cepat mereka ingkari dan tak diakui.

Padahal menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah
yg dpt melemahkan Iman kepada sesuatu yg ghaib.
Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula,
kepercayaan kepada segala hakekat yg tak kasat
mata, yg diajarkan berbagai syariat dan beragam
agama samawi, bisa menjadi goyah.

Rumi mengatakan, “Orientasi kepada indera dalam
menetapkan segala hakekat keagamaan adalah gagasan
yg dipelopori kelompok Mu’tazilah. Mereka merupakan
para budak yg tunduk patuh kepada panca indera.
Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah.
Padahal, sesungguhnya Ahlussunnah sama sekali tidak
terikat kepada indera-indera, dan tak mau pula
memanjakannya.”

Bagi Rumi, tak layak meniadakan sesuatu hanya karena
tak pernah melihatnya dgn mata kepala / belum
pernah meraba dgn indera. Sesungguhnya, batin akan
selalu tersembunyi di balik yg lahir, seperti faedah
penyembuhan yg terkandung dlm obat. “Padahal, yang
lahir itu senantiasa menunjukkan adanya sesuatu yang
tersimpan, yg tersembunyi di balik dirinya. Bukankah
Anda mengenal obat yg bermanfaat? Bukankah
kegunaannya tersembunyi di dalamnya?” tegas Rumi.

PENGARUH TABRIZ

Fariduddin Attar, salah seorang ulama dan tokoh sufi,
ketika berjumpa dgn Rumi yg baru berusia 5 tahun
pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak akan
menjadi tokoh spiritual besar. Sejarah kemudian
mencatat, ramalan Fariduddin Attar itu tak meleset.

Rumi, Lahir di Balkh, Afghanistan pd 604 H / 30
September 1207. Mawlana Rumi menyandang nama lengkap
Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi.
Adapun panggilan Rumi karena sebagian besar hidupnya
dihabiskan di Konya (kini Turki), yg dahulu dikenal
sebagai daerah Rum (Roma).

Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah
seorang ulama besar bermadzhab Hanafi. Dan karena
kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia
digelari Sulthanul Ulama. Namun rupanya gelar itu
menimbulkan rasa iri pd sebagian ulama lain. Dan
mereka pun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin
ke penguasa. Celakanya sang penguasa terpengaruh
hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk
keluarganya. Ketika itu Rumi baru berusia lima
tahun. Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup
berpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain.
Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut).
Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah, Malattya
(Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap
di Konya, Turki. Raja Konya Alauddin Kaiqubad,
mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga
mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama
yg didirikan di ibukota tersebut. Di kota ni pula
ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun.

Di samping kepada ayahnya, Rumi jg berguru kepada
Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi, sahabat dan
pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga
menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya itu.
Beliau baru kembali ke Konya pd 634 H, dan ikut
mengajar di perguruan tersebut.

Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya
sebagai guru di Konya. Dengan pengetahuan agamanya
yg luas, di samping sebagai guru, beliau juga
menjadi da’i dan ahli hukum Islam. Ketika itu banyak
tokoh ulama yg berkumpul di Konya. Tak heran jika
Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul
para ulama dari berbagai penjuru dunia.

Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika beliau
sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya, Rumi
adalah seorang ulama yg memimpin sebuah madrasah
yg punya murid banyak, 4.000 orang. Sebagaimana
seorang ulama, beliau jg memberi fatwa dan tumpuan
ummatnya untk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu
berubah seratus delapan puluh derajat ketika beliau
berjumpa dgn seorang sufi pengelana, Syamsuddin
alias Syamsi dari kota Tabriz.

Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan
khalayak dan banyak yg menanyakan sesuatu kepadanya.
Tiba-tiba seorang lelaki asing-yakni Syamsi
Tabriz-ikut bertanya, “Apa yg dimaksud dengan
riyadhah dan ilmu?” Mendengar pertanyaan seperti itu
Rumi terkesima. Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat
pd sasarannya. Beliau tak mampu menjawab.
Akhirnya Rumi berkenalan dgn Tabriz. Setelah
bergaul beberapa saat, beliau mulai kagum kepada
Tabriz yg ternyata seorang sufi.

Sultan Salad, putera Rumi, mengomentari perilaku
ayahnya itu, “Sesungguhnya, seorang guru besar
tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari
sang guru besar harus menimba ilmu darinya, meski
sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah
kenyataannya. Dalam diri Tabriz, guru besar itu
melihat kandungan ilmu yg tiada taranya.”

Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan
Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk
berjumpa lagi dgn gurunya itu telah ikut berperan
mengembangkan emosinya, sehingga beliau menjadi
penyair yg sulit ditandingi. Guna mengenang dan
menyanjung gurunya itu, beliau tulis syair-syair, yang
himpunannya kemudian dikenal dgn nama Divan Syams
Tabriz. Beliau bukukan pula wejangan-wejangan gurunya,
dan buku itu dikenal dgn nama Maqalat Syams Tabriz.

Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi
baru, Syaikh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas
dorongan sahabatnya itu, selama 15 tahun terakhir masa
hidupnya beliau berhasil menghasilkan himpunan syair
yg besar dan mengagumkan yg diberi nama Masnavi.
Buku ni terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700
bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran
tasawuf yg mendalam, yg disampaikan dlm bentuk
apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain.
Bahkan Masnavi sering disebut Qur’an Persia. Karya
tulisnya yg lain adalah Ruba’iyyat (sajak empat
baris dgn jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam
bentuk prosa; merupakan himpunan ceramahnya tentang
metafisika), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya
kepada sahabat / pengikutnya).

Bersama Syaikh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan
Thariqat Maulawiyah / Jalaliyah. Thariqat ni di
Barat dikenal dgn nama The Whirling Dervishes (para
Darwisy yg berputar-putar). Nama itu muncul karena
para penganut thariqat ni melakukan tarian
berputar-putar, yg diiringi oleh gendang dan suling,
dlm dzikir mereka untk mencapai ekstase.

WAFATNYA MAWLANA RUMI

Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya.
Demikianlah yg terjadi pd Rumi. Penduduk Konya
tiba-tiba dilanda kecemasan, karena mendengar kabar
bahwa tokoh panutan mereka, Rumi, tengah menderita
sakit keras. Meskipun demikian, pikiran Rumi masih
menampakkan kejernihannya.

Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendo’akan,
“Semoga Allah berkenan memberi ketenangan kepadamu
dgn kesembuhan.” Rumi sempat menyahut, “Jika
engkau beriman dan bersikap manis, kematian itu akan
bermakna baik. Tapi kematian ada jg yg kafir dan
pahit.”

Pada tanggal 5 Jumadil Akhir 672 H / 17 Desember
1273 dlm usia 68 tahun Rumi dipanggil ke
Rahmatullah. Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan,
penduduk setempat berdesak-desakan ingin mengantarkan
kepulangannya. Malam wafatnya beliau dikenal sebagai
Sebul Arus (Malam Penyatuan). Sampai sekarang para
pengikut Thariqat Maulawiyah masih memperingati
tanggal itu sebagai hari wafatnya beliau.

“SAMA”, Tarian Darwis yg Berputar

Suatu saat Rumi tengah tenggelam dlm kemabukannya
dlm tarian “Sama” ketika itu seorang sahabatnya
memainkan biola dan ney (seruling), beliau mengatakan,
“Seperti jg ketika salat kita berbicara dengan
Tuhan, maka dlm keadaan extase para darwis juga
berdialog dgn Tuhannya melalui cinta. Musik Sama
yg merupakan bagian salawat atas baginda Nabi
Sallallahu alaihi wasalam adalah merupakan wujud musik
cinta demi cinta Nabi saw dan pengetahuanNya.

Rumi mengatakan bahwa ada sebuah rahasia tersembunyi
dlm Musik dan Sama, dimana musik merupakan gerbang
menuju keabadian dan Sama adalah seperti electron yang
mengelilingi intinya bertawaf menuju sang Maha
Pencipta. Semasa Rumi hidup tarian “Sama” sering
dilakukan secara spontan disertai jamuan makanan dan
minuman. Rumi bersama teman darwisnya selepas solat
Isa sering melakukan tarian sama dijalan-jalan kota
Konya.

Terdapat beberapa puisi dlm Matsnawi yg memuji
Sama dan perasaan harmonis alami yg muncul dari
tarian suci ini. Dalam bab ketiga Matsnawi, Rumi
menuliskan puisi tentang kefanaan dlm Sama, “ketika
gendang ditabuh seketika itu perasaan extase merasuk
bagai buih-buih yg meleleh dari debur ombak laut”.

Tarian Sakral Sama dari tariqah Mevlevi Haqqani atau
Tariqah Mawlawiyah ni masih dilakukan saat ni di
Lefke, Cyprus Turki dibawah bimbingan Mawlana Syaikh
Nazim Adil al-Haqqani. Ajaran Sufi Mawlana Syaikh
Nazim dan mawlana Syaikh Hisyam jg merambah
keberbagai kota di Amerika maupun Eropa, sehingga
tarian Whirling Dervishes ni jg dilakukan di banyak
kota-kota di Amerika, Eropa dan Asia di bawah
bimbingan Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani ar-Rabbani.

Tarian Sama ni sebagai tiruan dari keteraturan alam
raya yg diungkap melalui perputaran planet-planet.
Perayaan Sama dari tariqah Mevlevi dilakukan dalam
situasi yg sangat sakral dan ditata dlm penataan
khusus pd abad ke tujuh belas. Perayaan ni untuk
menghormati wafatnya Rumi, suatu peristiwa yg Rumi
dambakan dan ia lukisakna dlm istilah-istilah yang
menyenangkan.

Para Anggota Tariqah Mevlevi sekarang belajar
menarikan tarian ni dgn bimbingan Mursyidnya.
Tarian ni dlm bentuknya sekarang dimulai dengan
seorang peniup suling yg memainkan Ney, seruling
kayu. Para penari masuk mengenakan pakaian putih yang
sebagai simbol kain kafan, dan jubah hitam besar
sebagai symbol alam kubur dan topi panjang merah atau
abu-abu yg menandakan batu nisan.

Akhirnya seorang Syaikh masuk paling akhir dan
menghormat para Darwish lainnya. Mereka kemudian balas
menghormati. Ketika Syaikh duduk dialas karpet merah
menyala yg menyimbolkan matahari senja merah tua
yg mengacu pd keindahan langit senja sewaktu Rumi
wafat. Syaikh mulai bersalawat untk Rasulullah saw
yg ditulis oleh Rumi disertai iringan musik,
gendang, marawis dan seruling ney.

Peniup seruling dan penabuh gendang memulai musiknya
maka para darwis memulai dgn tiga putaran secara
perlahan yg merupakaan simbolisasi bagi tiga tahapan
yg membawa manusia menemui Tuhannya. Pada puatran
ketiga Syaikh kembali duduk dan para penari melepas
jubah hitamnya dgn gerakan yg menyimbulkan
kuburan untk mengalami ‘ mati sebelum mati”,
kelahiran kedua.

Ketika Syaikh mengijinkan para penari menari, mereka
mulai dgn gerakan perlahan memutar seperti putaran
tawaf dan putaran planet-planet mengelilingi matahari.
Ketika tarian hamper usai maka syaikh berdiri dan
alunan musik dipercepat. Proses ni diakhiri dengan
musik penutup danpembacaan ayat suci Al-Quran.

Rombongan Penari Darwis, secara teratur menampilkan
Sama di auditorium umum di Eropa dan Amerika Serikat.
Sekalipun beberapa gerakan tarian ni pelan dan terasa
lambat tetapi para pemirsa mengatakan penampilan ini
sangat magis dan menawan. Kedalaman konsentrasi, atau
perasaan dzawq dan ketulusan para darwis menjadikan
gerakan mereka begitu menghipnotis. Pada akhir
penampilan para hadirin diminta untk tak bertepuk
tangan karena “Sama” adalah sebuah ritual spiritual
bukan sebuah pertunjukan seni.

Pada abad ke 17, Tariqah Mevlevi / Mawlawiyah
dikendalikan oleh kerajaan Utsmaniyah. Meskipun
Tariqah Mawlawiyah kehilangan sebagian besar
kebebasannya ketika berada dibawah dominasi
Ustmaniyah, tetapi perlindungan Sang Raja menungkinkan
Tariqah Mawlawi menyebar luas keberbagai daerah dan
memperkenalkan kepada banyak orang tentang tatanan
musik dan tradisi puisi yg unik dan indah. Pada Abad
ke 18, Salim III seorang Sultan Utsmaniyah menjadi
anggota Tariqah Mawlawiyah dan kemudian dia
menciptakan musik untk upacara-upacara Mawlawi.

Selama abad ke 19 , Mawlawiyah merupakan salah satu
dari sekitar Sembilan belas aliran sufi di Turtki dan
sekitar tigapuluh lima kelompok semacam itu dikerajaan
Utsmaniyah. Karena perlindungan dari raja mereka,
Mawlawi menjadi kelompok yg paling berpengarh
diseluruh kerajaan dan prestasi cultural mereka
dianggap sangat murni. Kelompok itu menjadi terkenal
di barat., Di Eropa dan Amerika pertunjukkan keliling
mereka menyita perhatian public. Selama abad 19,
sebuah panggung pertunjukkan yg didirikan di Turki
menarik perhatian banyak kelompok wisatawan Eropa yang
dating ke Turki.

Pada tahun 1925, Tariqah Mawlawi dipaksa membubarkan
diri ditanah kelahiran mereka Turki, setelah Kemal
Ataturk pendiri modernisasi Turki melarang semua
kelompok darwis lengkap dgn upacara serta
pertunjukkan mereka. Pada saat itu makam Rumi di Konya
diambil alih pemerintah dan diubah menjadi museum
Negara.

Motivasi utama Atatutrk adalah memutuskan hubungan
Turki dgn masa pertengahan guna mengintegrasikan
Turki dgn dunia modern seperti demokrasi ala barat.
Bagi Ataturk tariqah sufi menjadi ancaman bagi
modernisasi Turki. Pada saat itulah Syaikh Nazim
Ù‚ mulai menyebarkan bimbingan spiritual dan
mengajar agama Islam di Siprus, Turki.

Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani

Banyak murid yg mendatangi Mawlana Syaikh Nazim dan
menerima Thariqat Naqsybandi Haqqani. Selain itu
beliau adalah pemegang otoritas Mursyid tujuh Tariqah
Sufi besar lainnya, termasuk Mevlevi Haqqani atau
Mawlawiyah, Qodiriah, Syadziliyah, Chisty. Namun
sayang, waktu itu semua agama dilarang di Turki dan
karena beliau berada di dlm komunitas orang-orang
Turki di Siprus, agama pun dilarang di sana. Bahkan
mengumandangkan azan pun tak diperbolehkan.

Langkah Syaikh Nazim yg pertama ketika itu adalah
menuju masjid di tempat kelahirannya dan
mengumandangkan azan di sana, segera beliau dimasukkan
penjara selama seminggu. Begitu dibebaskan, Syaikh
Nazim Ù‚ pergi menuju masjid besar di Nikosia dan
melakukan azan di menaranya. Hal itu membuat para
pejabat marah dan beliau dituntut atas pelanggaran
hukum.

Sambil menunggu sidang, Syaikh Nazim Ù‚ terus
mengumandangkan azan di menara-menara masjid di
seluruh Nikosia. Sehingga tuntutannya pun terus
bertambah, ada 114 kasus yg menunggu beliau.
Pengacara menasihati beliau agar berhenti melakukan
azan, namun Syaikh Nazim Ù‚ mengatakan, “ Tidak,
aku tak bisa mengehntikannya. Orang-orang harus
mendengar panggilan azan untk shalat.”

Ketika hari persidangan tiba, Mawlana Syaikh Nazim
didakwa atas 114 kasus mngumandangkan azan diseluruh
Cyprus. Jika tuntutan 114 kasus itu terbukti, maka
beliau bisa dihukum 100 tahun penjara. Tetapi pada
hari yg sama hasil pemilu diumumkan di Turki.
Seorang laki-laki bernama Adnan Menderes dicalonkan
untk berkuasa. Langkah pertamanya ketika terpilih
menjadi Presiden adalah membuka seluruh masjid-masjid
dan mengizinkan azan dikumandangkan dlm bahasa Arab.
Inilah keajaiban yg diberikan Allah swt kepada
Mawlana Syaikh Nazim.

Hingga saat ni makam Rumi di Konya tetap terpelihara
dan dikelola oleh pemerintah Turki sebagai tempat
wisata. Meskipun demikian pengunjung yg datang
kesana yg terbanyak adalah para peziarah dan bukan
wisatawan. Melalui sebuah kesepakatan pemerintah
Turki, pd tahun 1953 akhirnya menyetujui tarian
“Sama” Tariqah Mawlawi dipeertontonkan lagi di Konya
dgn syarat pertunjukan tersebut bersifat cultural
untk para wisatawan.

Rombongan Darwis jg diijinkan untk berkelana secara
Internasional. Meskipun demikian secara keseluruhan
berbagai aspek sufisme tetap menjadi praktek yang
illegal di Turki dan para sufi banyak diburu sejak
Ataturk melarang agama mereka.

Wa min Allah at Tawfiq

————————————-

Maulana Jalaluddin Rumi, Menari di Depan Tuhan

“AKAN tiba saatnya, ketika Konya menjadi semarak, dan
makam kita tegak di jantung kota. Gelombang demi
gelombang khalayak menjenguk mousoleum kita,
menggemakan ucapan-ucapan kita.”

Itulah ucapan Jalaluddin Rumi pd putranya, Sultan
Walad, di suatu pagi. Dan waktu kemudian berlayar,
melintasi tahun dan abad. Konya seakan terlelap dalam
debu sejarah. “Tetapi, kota Anatolia Tengah ni tetap
berdiri sebagai saksi kebenaran ucapan Rumi,” tulis
Talat Said Halman, peneliti karya-karya mistik Rumi.

Kenyataannya memang demikian. Lebih dari 7 abad, Rumi
bak bayangan yg abadi mengawal Konya, terutama untuk
pd pengikutnya, the whirling dervishes, para darwis
yg menari. Setiap tahun, dari tanggal 2-17 Desember,
jutaan peziarah menyemut menuju Konya. Dari delapan
penjuru angin mereka berarak untk memperingati
kematian Rumi, 727 tahun silam.

Siapakah sesungguhnya makhluk ini, yg telah
menegakkan sebuah pilar di tengah khazanah keagamaan
Islam dan silang sengketa paham? “Dialah penyair
mistik terbesar sepanjang zaman,” kata orientalis
Inggris Reynold A Nicholson. “Ia bukan nabi, tetapi ia
mampu menulis kitab suci,” seru Jami, penyair Persia
Klasik, tentang karya Rumi,Matsnawi.

Gandhi pernah mengutip kata-katanya. Rembrandt
mengabadikannya dikanvas, Muhammad Iqbal, filsuf dan
penyair Pakistan, sekali waktu pernah berdendang,
“Maulana mengubah tanah menjadi madu…. Aku mabuk
oleh anggurnya; aku hidup dari napasnya.” Bahkan, Paus
Yohanes XXIII, pd 1958 menuliskan pesan khusus:
“Atas nama dunia Katolik, saya menundukkan kepala
penuh hormat mengenang Rumi.”

Besar dlm kembara

Jalaluddin dilahirkan 30 September 1207 di Balkh, kini
wilayah Afganistan. Ia Putra Bahauddin Walad, ulama
dan mistikus termasyhur, yg diusir dari kota Balkh
tatkala ia berumur 12 tahun. Pengusiran itu buntut
perbedaan pendapat antara Sultan dan Walad.

Keluarga ni kemudian tinggal di Aleppo (Damaskus),
dan di situ kebeliaan Jalaluddin diisi oleh guru-guru
bahasa Arab yg tersohor. Tak lama di Damakus,
keluarga ni pindah ke Laranda, kota di Anatolia
Tengah, atas permintaan Sultan Seljuk Alauddin
Kaykobad.

Konon, Kaykobad membujuk dlm sebuah surat kepada
Walad, “Kendati saya tak pernah menundukkan kepala
kepada seorang pun, saya siap menjadi pelayan dan
pengikut setia Anda.” Di kota ni ibu Jalaluddin,
Mu’min Khatum, meninggal dunia. Tak lama kemudian,
dlm usia 18 tahun, Jalaluddin menikah. 1226, putra
pertama Jalaluddin, Sultan Walad, lahir. Setahun
kemudian, keluarga ni pindah ke Konya, 100 Km dari
Laranda. Di sini, Bahauddin Walad mengajar di
madrasah. 1229, anak kedua Jalaluddin, Alauddin,
lahir. Dua tahun kemudian, dlm usia 82 tahun,
Bahaudin Walad meninggal dunia.

Era baru pun dialami Jalaluddin. Dia menggantikan
Walad, dan mengajarkan ilmu-ilmu ketuhanan
tradisional, tanpa menyentuh mistik. Setahun setelah
kematian ayahnya, suatu pagi, madrasahnya kedatangan
tamu, Burhannuddin Muhaqiq, yg ternyata murid
terkasih Walad. Dan ketika menyadari sang guru telah
tiada, Muhaqiq mewariskan ilmunya pd Jalaluddin.
Burhanuddin pun menggembleng muridnya dengan
latihan tasawuf yg telah dimatangkan selama 4 abad
terakhir oleh para sufi, dan beberapa kali meminta dia
ke Damakus untk menambah lmu. 8 tahun menggembleng,
1240, Burhanuddin kembali ke Kayseri. Jalaluddin Rumi
pun menggembleng diri sendiri.

Cinta adalah menari

Tahun 1244, saat berusia 37 tahun, Jalaluddin sudah
berada di atas semua ulama di Konya. Ilmu yg dia
timba dari kitab-kitab Persia, Arab, Turki, Yunani dan
Ibrani, membuat dia nyaris ensiklopedis. Gelar Maulana
Rumi (Guru bangsa Rum) pun dia raih. Tapi, di sebuah
senja Oktober, sehabis pulang dari madrasah,
seseorang yg tak dia kenal, menjegat langkahnya, dan
menanyakan satu hal. Mendengar pertanyaan itu, Rumi
langsung pingsan!

Sebuah riwayat mengatakan, orang tak dikenal itu
bertanya, “Siapa yg lebih agung, Muhammad Rasulullah
yg berdoa, ‘Kami tak mengenal-Mu seperti seharusnya’
/ seorang sufi Persia, Bayazid Bisthami yang
berkata, ‘Subhani, mahasuci diriku, betapa agungnya
kekuasaanku’. Pertanyaan mistikus Syamsuddin Tabriz
itu mengubah hidup Rumi. Dia kemudian tak lagi
terpisahkan dari Syams. Dan di bawah pengaruh Syams,
ia menjalani periode mistik yg nyala, penuh gairah,
tanpa batas, dan kini, mulai menyukai musik. Mereka
menghabiskan hari bersama-sama, dan menurut riwayat,
selama berbulan-bulan mereka dpt bertahan hidup
tanpa kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, khusuk
menuju Cinta Ilahiah.

Tapi hal ni tak lama. Kecemburuan warga Konya,
membuat Syams pergi. Dan saat Syams kembali, warga
membunuhnya. Rumi kehilangan, kehilangan terbesar yang
dia gambarkan seperti kehidupan kehilangan mentari.

Tapi, suatu pagi, seorang pandai besi membuat
Jalaluddin menari. Pukulan penempa besi itu,
Shalahuddin, membuat dia ekstase, dan tanpa sadar
mengucapkan puisi-puisi mistis, yg berisi ketakjuban pd pengalaman syatahat. Rumi pun kemudian bersabahat
dgn Shalahuddin, yg kemudian menggantikan posisi
Syams. Dan era menari pun dimulai Rumi, menari sambil
memadahkan syair-syair cinta Ilahi. “Tarian para
darwis itulah yg kemudian menjadi semacam bentufk
ratapan Rumi atas kehilangan Syams,” jelas Talat.

Sampai meninggalnya, 17 Desember 1273, Rumi tak pernah
berhenti menari, kerana dia tak pernah berhenti
mencintai Allah. Tarian itu jg yg membuat
peringkatnya dlm inisiasi sufi berubah dari yang
mencintai jadi yg dicintai. (Aulia A Muhammad)


SUMBER

source : http://cnn.com, http://flickr.com, http://sraksruk.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

D.M.C.A Disclaimer of Lukas Blog - All contents published under GNU General Public License.
All images/photos/videos found in this site reserved by its respective owners. We does not upload or host any files.