Sabtu, 22 Agustus 2015

[Spg bergairah] Cerita Dewasa - Dina Sayang Om

Cerita Dewasa - Dina Sayang Om

Aku Dina, cerita ni terjadi ketika Aku baru masuk SMU. Aku tinggal bersama dgn ke 2 ortu dan adikku di sebuah apartment. Ortu membeli 2 apartmen yg letaknya saling berhadapan di lantai yg sama. Aku dan adikku tinggal di satu apartment dan ortu di apartmen satunya lagi.
Cerita Dewasa - Dina Sayang Om
Cerita Dewasa : Ayahku punya seorang kakak angkat yg umurnya gak jauh diatas ayah. Hubungan keluargaku dgn om itu cukup akrab. om sering berkunjung ke apartmen baik untk urusan pekerjaan maupun hanya bersilaturahmi. Maklum om dah pisah dari tante, yg telah menikah lagi dgn orang lain, sedang om masih sendiri sejak perpisahannya dgn tante. Om ku ganteng, walaupun umurnyaa sedikit diatas ayahku tapi malah kelihatan lebih muda dari ayahku.
Badannya tegap atletis, mungkin karena dia masih rajin melakukan fitness seminggu sekali, jogging ampir tiap hari dan jg renang seminggu sekali. Gak seperti ayahku yg udah gendut dan keliatan tua, maklum deh ayah sibuk dgn kerjaannya, workaholik lah orang bilang, sehingga gak sempet ngapa-ngapain. waktu untk keluarga paling weekend, itupun sering dianggu karena ada pekerjaan yg harus dilakukan ayah. Om sering mengajak kami jalan2, kalo ayah kharus melakukan pekerjaannya.
Diam-diam aku mengagumi om, kelihatannya macho sekali deh. Cerita ni terjadi ketika ortu dan adikku harus keluar kota untk menengok nenekku yg sedang sakit. Aku tak ikut karena hari ni om akan datang untk mengambil pesanannya yg dititipkan lewat aya. ayah berpesan untk menyampaikan pesanan itu kalo om datang ke apartment. Katanya om akan datang sore sekitar magrib. Aku senang jg karena bisa berduaan aja ama om tanpa ada orang lain diapartment yg mengganggu.
Sorenya terdengar bel pintu berbunyi. Om mengebel pintu apartmentku karena ayah dah memberi tau kalo mereka keluar kota, tapi pesanan om dititpkan pd aku. Segera aku membuka pintu menyambut om.
“Hai cantik”, om selalu menyapa aku seperti itu. Seneng aku dipuji cantik oleh om.
“Kok seneng banget kelihatannya”.
“Iya om, seneng bisa berduaan ama om”, jawabku terus terang.
“Loh kok seneng, kan dah sering jalan ma om”.
“Iya tapi kan ramean. duduk om. ni pesenan om yg dititipkan ayah buat om”.
Om duduk di sofa. Memang apartment aku dan adikku lumayan lengkap perabotannya walaupun serba minimalis. Di ruang tamu yg merangkap kamar makan ada seperangkat sofa, tv, audio system, meja makan dan pantri kering. Dapur diubah fungsi sebagai gudang karena makanan disupply dari apartment ortu.
“Om jalan yuk”, kataku.
“Mo kemana”, tanya om.
“Ke mall yuk”.
“Mo nyari apa?”
“Makan ama liatliat aja. di apartment gak ada makanan. tadi mama pesen supaya aku ngajak om nyari makan diluar aja”. “Emangnya ortu kamu pulangnya kapan. Adikmu mana?”
“Adik ikut om, pulangnya besok sore kali”.
“Terus kamu takut sendirian, mau om temenin”. Wah itu yg aku harapkan bisa berduaan ama om sampe besok.
“Bentar ya om, aku tuker baju dulu”.
Segera aku menghilang kekamarku dan tukar pakean. Aku gak tau, rupanya om ngintip ketika aku tuker pakean. Tapi ya gak tejadi apa2. Kemudian segera aku keluar apartment nersama om. Dengan manjanya aku memeluk tangan om. Kami bermobil ke mal yg deket dgn apartmentku. Sampe malem aku bener2 have fun bersama om, kami cari makan, dan setelah makan om ngajak aku nonton film. Aku ya ok aja, didalem bioskop aku memegangi tangan om terus, perhatianku gak pd filmnya tapi pd sosok pria macho yg duduk disebelah aku.
“Tu orang pd ngeliatin kita, mereka kira aku om senang yg lagi gaet abg cantik”, kata om ketika keluar dari bioskop.
“Kamu manja amat sih”.
“Biarin aja”, jawabku.
“Mo kemana lagi nih”.
“Pulang yuk om”.
“ayuk”.
Kami menuju ke tempat parkir dan langsung kembali ke apartment. Segera mobil meluncur kembali ke apartment, gak lama karena apartment dekat dgn mal. Sesampe di apartment aku segera tuker dgn pakean rumah lagi. aku kalo dirumah Memang gak memakai bra. Aku hanya memakai tanktop ketat sepinggang dan celana pendek yg jg ketat. kedua pentilku tampak jelas sekali tercetak di tanktopku. Si om terpana melihat lekak liku bodiku yg Memang mengundang selera lelaki yg melihatnya.
“Kamu beneran mo om temenin”.
“Kalo om gak keberatan”.
“Tapi om gak bawa baju ganti”.
“Nanti aku ambilin celana kolor dan baju kaos ayah”.
Segera aku keluar apartment, membuka apartment ortu dan masuk ke kamar ortu untk mengambil celana kolor dan kaos oblong ayah.
“Kegedean kali ya om, ayah kan gendut”, kataku sembari menyerahkan pakean itu ke om.
“Gak apa, kan cuma buat bobo”.
Si om masuk ke kamarku, ketika keluar kamar hanya memakai celana kolor gombrang dan kaos yg rada kebesaran. Kelihatannya dia tak mengenakan CD karena kontolnya kelihatan jelas tercetak di celana gombrangnya, kayanya dah ngaceng deh. Mungkin dia napsu ngeliat bodiku. Om duduk di sofa nonton tv. Aku duduk disebelahnya.
“Din kamu seksi sekali. toket kamu besar jg ya, pasti cowok kamu suka ya, suka diremes2 ya Din ma cowok kamu”.
“Ih om tau aja”.
“Iya tau lah Din, om kan jg lelaki. Lelaki mana yan gak suka ngeremes toket montok seperti toketmu itu”.
“Om suka ngeremes jg ya, terus om ngeremes siapa, kan gak ada tante”. Om cuma tersenyum,
“Kamu mau gak om remes”. “Ih om genit ih”.
“Kamu suka nonton film bokep ya Din”.
“Iya om ma cowok Dina”.
“Dimana nontonnya?”
“Dirumah cowok Dina, dia kan sering sendirian di rumahnya, ortunya sering pergi dua2nya, katanya berbisnis”. Terus, diremes deh”.
“Iya om, abis nonton film gituan kan napsu juga”.
“Cuma diremes?”
“he he”, aku hanya tertawa. “Kamu dah sering maen ma cowok kamu ya Din”.
“Gak sering om, cuma ampir tiap malem minggu”.
“Itu mah sering”, kata om sambil merangkul pundakku.
Aku merinding ketika om menarikku merapat kebadannya. Dia mencium pipiku.
“Om bawa film bokep, yg maen orang indonesia ma bule. mo liat?’
“Mau om, biasanya aku nonton kalo gak bule, ya cina apa jepun”.
Si om mengambil dvd dari tas yg dibawanya tdi dan dipasangnya. Segera filmpun mulai. Ceweknya orang sini, togepasar lah, jembutnya jg lebat, sedang si bule krempeng, tapi kontolnya gede en panjang banget. Biasalah ritual film bokep saling isep sampe akhirnya si bule naikin tu prempuan dan masuk deh. serenade ah uh dimulai. Si om rupanya sudah dibawah pengaruh napsu berahinya. Dia menatapku dgn pandangan yg seakan2 mau menelanjangiku. Segera dia mencium bibirku, aku menyambutnya.
Lidah kami saling melilit dan kemudian dijulurkan lidahnya kedalam mulutku. Segera kuemut lidahnya, kemudian ganti aku yg menjulurkan lidahku ke mulutnya. Diapun tak menyia2kan kesempatan untk segera memerah kedua toketku gantian.
“Din, om dah lama pengen ngeremes toket kamu”. Pentilku yg dah mulai mengeras dipilin2 dari luar tanktopku. “Dilepas ya Din tanktopnya”, katanya seraya menarik tanktopku keatas.
Dvd dimatikannya karena kami sudah tak lagi memperhatikan perilaku ke2 anak manusia yg berlainan jenis sedang beraksi di film itu. Toketku sudah telanjang dihadapannya. Dia segera meremas2 toketku.
“Baru 16 dah besar gini Din toket kamu, kenceng lagi, om mau ngasi kenikmatan sama kamu, mau kan”, katanya perlahan sambil mencium toket ku yg montok. “.
Aku diam saja, mataku terpejam. Dia mengendus-endus kedua toketku yg berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahnya. pentil toket kananku dilahap ke dlm mulutnya. Badanku sedikit tersentak ketika pentil itu digencet perlahan dgn menggunakan lidah dan gigi atasnya.
“Om…”, rintihku, tindakannya membangkitkan napsuku juga.
Aku menjadi sangat ingin merasakan kenikmatan dien tot, sehingga aku diam saja membiarkan dia menjelajahi tubuhku.
Disedot-sedotnya pentil toketku secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak diperkuat sedotannya. Diperbesar daerah lahapan bibirnya. Kini pentil dan toket sekitarnya yg berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dlm mulutnya. Kembali disedotnya daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajahku tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toketku yg harum itu diciumi dan disedot-sedot secara berirama.
Dibenamkannya wajahnya di antara kedua belah gumpalan dada ku. Perlahan-lahan dia bergerak ke arah bawah. Digesek-gesekkan wajahnya di lekukan tubuhku yg merupakan batas antara gumpalan toket dan kulit perutku. Kiri dan kanan diciumi dan dijilatinya secara bergantian. Kecupan-kecupan bibir, jilatan-jilatan lidah, dan endusan-endusan hidungnya pun beralih ke perut dan pinggangku. Bibir dan lidahnya menyusuri perut sekeliling pusarku yg putih mulus. Wajahnya bergerak lebih ke bawah.
Dengan nafsu yg menggelora dia memeluk pinggulku secara perlahan-lahan. Celana pendekku ditariknya kebawah, aku mengangkat pantatku supaya lebih mudah dia melepaskan celanaku. Kecupannya pun berpindah ke CD tipis yg membungkus pinggulku. Ditelusurinya pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Dijilatnya helaian-helaian rambut jembutku yg keluar dari CDku.
“Din, jembut kamu lebat banget ya, pantes kamu napsunya besar”. Lalu diendus dan dijilatnya CD pink itu di bagian belahan bibir nonokku. Aku makin terengah menahan napsuku, sesekali aku melenguh menahan kenikmatan yg kurasakan.
Dia melepaskan semua yg nempel dibadannya sehingga bertelanjang bulat. Aku terkejut melihat kontolnya yg begitu besar dan panjang dlm keadaan sangat tegang. Napsuku bangkit jg melihat kontolnya, timbul hasratku untk merasakan bagaimana nikmatnya kalo kontol besar itu menggesek keluar masuk nonokku. Dia bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut dikangkanginya tubuhku. kontolnya yg tegang ditempelkan di kulit toketku. Kepala kontol digesek-gesekkan di toketku yg montok itu.
Sambil mengocok batangnya dgn tangan kanannya, kepala kontolnya terus digesekkan di toketku, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit dia melakukan hal itu. Diraih kedua belah gumpalan toketku yg montok itu. Dia berdiri di atas lutut dgn mengangkangi pinggang ramping ku dgn posisi badan sedikit membungkuk. kontolnya dijepitnya dgn kedua gumpalan toketku. Perlahan-lahan digerakkannya maju-mundur kontolnya di cekikan kedua toket ku. Di kala maju, kepala kontolnya terlihat mencapai pangkal leherku yg jenjang. Di kala mundur, kepala kontolnya tersembunyi di jepitan toketku. L
ama-lama gerak maju-mundur kontolnya bertambah cepat, dan kedua toketku ditekannya semakin keras dgn telapak tangannya agar jepitan di kontolnya semakin kuat. Dia pun merem melek menikmati enaknya jepitan toketku. Akupun mendesah-desah tertahan,
“Ah… hhh… hhh… ah…” kontolnya pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toketku.
Gerakan maju-mundur kontolnya di dadaku yg diimbangi dgn tekanan-tekanan dan remasan-remasan tangannya di kedua toketnya, menyebabkan cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadaku yg menjepit kontolnya. Cairan tersebut menjadi pelumas yg memperlancar maju-mundurnya kontolnya di dlm jepitan toketku. Dengan adanya sedikit cairan dari kontolnya tersebut dia terlihat merasakan keenakan dan kehangatan yg luar biasa pd gesekan-gesekan batang dan kepala kontolnya dgn toketku.
“Hih… hhh… … Luar biasa enaknya…,” dia tak kuasa menahan rasa enak yg tak terperi. Nafasku menjadi tak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirku , yg kadang diseling desahan lewat hidungku,
“Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahanku semakin membuat nafsunya makin memuncak.
Gesekan-gesekan maju-mundurnya kontolnya di jepitan toketku semakin cepat. kontolnya semakin tegang dan keras.
“Enak sekali, Din”, erangnya tak tertahankan.
Dia menggerakkan kontolnya maju-mundur di jepitan toketku dgn semakin cepat. Alis mataku bergerak naik turun seiring dgn desah-desah perlahan bibirku akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketku. Ada sekitar lima menit dia menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketku itu. Toket sebelah kanan dilepas dari telapak tangannya. Tangan kanannya lalu membimbing kontol dan menggesek-gesekkan kepala kontol dgn gerakan memutar di kulit toketku yg halus mulus.
Sambil jari-jari tangan kirinya terus meremas toket kiriku, kontolnya digerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarku, kepala kontolnya digesekkan memutar di kulit perutku yg putih mulus, sambil sesekali disodokkan perlahan di lobang pusarku. Dicopotnya CD minimku. Pinggulku yg melebar itu tak berpenutup lagi. Kulit perutku yg semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutku, jembutku yg hitam lebat menutupi daerah sekitar nonokku.
Kedua paha mulusku direnggangkannya lebih lebar. Kini hutan lebat di bawah perutku terkuak, mempertontonkan nonokku. Dia pun mengambil posisi agar kontolnya dpt mencapai nonokku dgn mudahnya. Dengan tangan kanan memegang kontol, kepalanya digesek-gesekkannya ke jembutku. Kepala kontolnya bergerak menyusuri jembut menuju ke nonokku. Digesek-gesekkan kepala kontol ke sekeliling bibir nonokku. Terasa geli dan nikmat. Kepala kontol digesekkan agak ke arah nonokku. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut nonokku menjadi basah. Digetarkan perlahan-lahan kontolnya sambil terus memasuki nonokku.
Kini seluruh kepala kontolnya yg berhelm pink tebenam dlm jepitan mulut nonokku. Kembali dari mulutku keluar desisan kecil karena nikmat tak terperi. Kontolnya semakin tegang. Sementara dinding mulut nonokku terasa semakin basah. Perlahan-lahan kontolnya ditusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh kontol yg tersisa di luar. Secara perlahan dimasukkan kontolnya ke dlm nonokku. Terbenam sudah seluruh kontolnya di dlm nonokku. Sekujur kontol sekarang dijepit oleh nonokku . Secara perlahan-lahan digerakkan keluar-masuk kontolnya ke dlm nonokku. Sewaktu keluar, yg tersisa di dlm nonokku hanya kepalanya saja. Sewaktu masuk seluruh kontol terbenam di dlm nonokku sampai batas pangkalnya.
Dia terus memasuk-keluarkan kontolnya ke lobang nonokku. Alis mataku terangkat naik tiap kali kontolnya menusuk masuk nonokku secara perlahan. Bibir segarku yg sensual sedikit terbuka, sedang gigiku terkatup rapat. Dari mulut sexy ku keluar desis kenikmatan,
“Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…” Dia terus mengocok perlahan-lahan nonokku. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kembali dikocoknya secara perlahan nonokku sampai selama dua menit.
Kembali ditariknya kontolnya dari nonokku. Tapi tak seluruhnya, kepala kontol masih dibiarkannya tertanam dlm nonokku. Sementara kontol dikocoknya dgn jari-jari tangan kanannya dgn cepat Rasa enak itu agaknya kurasakan pula. Aku mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kontolnya pd dinding mulut nonokku,
“Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…” Tiga menit kemudian dimasukkannya lagi seluruh kontolnya ke dlm nonokku. Dan dikocoknya perlahan. Sampai kira-kira empat menit.
Lama-lama dia mempercepat gerakan keluar-masuk kontolnya pd nonokku. Sambil tertahan-tahan, dia mendesis-desis,
“Din… nonokmu luar biasa… nikmatnya…” Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit.
Tiba-tiba dicopotnya kontol dari nonokku. Segera dia berdiri dgn lutut mengangkangi tubuhku agar kontolnya mudah mencapai toketku. Kembali diraihnya kedua belah toket montok ku untk menjepit kontolnya yg berdiri dgn amat gagahnya. Agar kontolnya dpt terjepit dgn enaknya, dia agak merundukkan badannya. Kontol dikocoknya maju-mundur di dlm jepitan toketku. Cairan nonokku yg membasahi kontolnya kini merupakan pelumas pd gesekan-gesekan kontolnya dan kulit toketku.
“Oh…hangatnya… Sssh… nikmatnya…Tubuhmu luarrr biasa…”, dia merintih-rintih keenakan. Aku jg mendesis-desis keenakan,
“Sssh.. sssh… sssh…” Gigiku tertutup rapat. Alis mataku bergerak ke atas ke bawah.
Dia mempercepat maju-mundurnya kontolnya. Dia memperkuat tekanan pd toketku agar kontolnya terjepit lebih kuat. Karena basah oleh cairan nonokku, kepala kontolnya tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toketku. Leher kontol yg berwarna coklat tua dan helm kontol yg berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketku. Semakin dipercepat kocokan kontolnya pd toketku. Tiga menit sudah kocokan hebat kontolnya di toket montok ku berlangsung. Dia makin cepat mengocokkan kontol di kempitan toket indah ku. Akhirnya dia tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahanannya.
“Din..!” pekiknya dgn tak tertahankan. Matanya membeliak-beliak. Jebollah pertahanannya.
Kontolnya menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot! Pejunya menyemprot dgn derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahangku. Peju tersebut berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah leherku. Peju yg tersisa di dlm kontolnya pun menyusul keluar dlm tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ni semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal leherku, sedang yg terakhir hanya jatuh di atas belahan toketku. Dia menikmati akhir-akhir kenikmatan.
“Luar biasa…Din, nikmat sekali tubuhmu…,” dia bergumam.
“Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kataku lirih.
“Gak apa kalo om ngecret didalem Din”, jawabnya.
“Gak apa om, biasanya cowokku jg ngecret didalem kok om. Tapi belum dien tot jg aku ngerasa nikmat sekali om”, kataku lagi.
“Ini baru ronde pertama Din, mau lagi kan ronde kedua”, katanya.
“Mau om, tapi ngecretnya didalem ya”, jawabku. “Kok tadi kamu diem aja Din”, katanya lagi.
“Bingung om, tapi nikmat”, jawabku sambil tersenyum.
“Engh…” aku menggeliatkan badanku.
Dia segera mengelap kontol dgn tissue yg ada di atas meja, dan mengelap peju yg berleleran di rahang, leher, dan toketku. Ada yg tak dpt dilap, yakni cairan peju yg sudah terlajur jatuh di rambut ku.
“Mo kemana om”, tanyaku.
“Mo ambil minum dulu”, jawabnya.
Dia kembali membawa gelas berisi air putih, diberikannya kepada ku yg langsung kutenggak sampe habis. Dia kembali lagi untk mengisi gelas dgn air. Masih tak puas dia memandangi toket indahku yg terhampar di depan matanya. Dia memandang ke arah pinggangku yg ramping dan pinggulku yg melebar indah. Terus tatapannya jatuh ke nonokku yg dikelilingi oleh jembut hitam jang lebat. Aku ingin mengulangi permainan tadi, digeluti, didekap kuat. Mengocok nonokku dgn kontolnya dgn irama yg menghentak-hentak kuat. Dan dia dpt menyemprotkan pejunya di dlm nonokku sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku nyampe. Nafsuku terbakar. Aku diajaknya kekamar. Aku berbaring diranjang dan dia disebelahku.
“Din…,” desahnya penuh nafsu. Bibirnya pun menggeluti bibirku. Bibir sensualku yg menantang itu dilumat-lumat dgn ganasnya. Sementara aku pun tak mau kalah. Bibirku pun menyerang bibirnya dgn dahsyatnya, seakan tak mau kedahuluan oleh lumatan bibirnya. Kedua tangannyapun menyusup diantara lenganku. Tubuhku sekarang berada dlm dekapannya. Dia mempererat dekapannya, sementara aku pun mempererat pelukanku pd dirinya. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, toketku yg membusung terasa semakin menekan dadanya. Aku meremas-remas kulit punggungnya. Aku mencopot celananya dan merangkul punggungnya lagi.
Dia kembali mendekap erat tubuhku sambil melumat kembali bibirku. Dia terus mendekap tubuhku sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yg saling menempel. Kini kurasakan toketku yg montok menekan ke dadanya. Dan ketika saling sedikit bergeseran, pentilku seolah-olah menggelitiki dadanya. Kontolnya terasa hangat dan mengeras. Tangan kirinya pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar ku, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutnya. Kontolnya tergencet diantara perut bawahku dan perut bawahnya. Sementara bibirnya bergerak ke arah leherku, diciumi, dihisap-hisap dgn hidungnya, dan dijilati dgn lidahnya.
“Ah… geli… geli…,” desahku sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai daguku terbuka dgn luasnya. Aku pun membusungkan dadaku dan melenturkan pinggangku ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahnya dlm keadaan menggeluti leherku, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dpt menyatu dgn rapatnya.
Tangan kanannya lalu bergerak ke dadaku yg montok, dan meremas-remas toketku dgn perasaan gemas. Setelah puas menggeluti leherku, wajahnya turun ke arah belahan dadaku. Dia berdiri dgn agak merunduk. Tangan kirinya pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket. Digeluti belahan toketku, sementara kedua tangannya meremas-remas kedua belah toketku sambil menekan-nekankannya ke arah wajahnya. Digesek-gesekkan memutar wajahnya di belahan toketku. Bibirnya bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Diciuminya bukit toketku, dan dimasukkan pentil toketku ke dlm mulutnya. Kini dia menyedot-sedot pentil toket kiriku. Di ainkan pentilku di dlm mulutnya dgn lidah. Sedotan kadang diperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yg berwarna coklat.
“Ah… ah… om…geli…,” aku mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Dia memperkuat sedotannya.
Sementara tangannya meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang remasan diperkuat dn diperkecil menuju puncak, dan diakhiri dgn tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jarinya pd pentilku.
“Om… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu…ngilu…” Dia semakin gemas.
Toketku dimainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang disedot sebesar-besarnya dgn tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yg disedot hanya pentilku dan dicepit dgn gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang diremas dgn daerah tangkap sebesar-besarnya dgn remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya dipijit-pijit dan dipelintir-pelintir kecil pentil yg mencuat gagah di puncaknya.
“Ah…om… terus… hzzz…ngilu… ngilu…” aku mendesis-desis keenakan. Mataku kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya. Sampai akhirnya aku tak kuat melayani serangan-serangan awalnya. Jari-jari tangan kananku yg mulus dan lembut menangkap kontolnya yg sudah berdiri dgn gagahnya. “Om.. kontolnya besar ya”, ucapku. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tangannya terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketku, jari-jari lentik tangan kananku meremas-remas perlahan kontolnya secara berirama.
Dia merengkuh tubuhku dgn gemasnya. Dikecupnya kembali daerah antara telinga dan leherku. Kadang daun telinga sebelah bawahnya dikulum dlm mulutnya dan dimainkan dgn lidahnya. Kadang ciumannya berpindah ke punggung leherku yg jenjang. Dijilati pangkal helaian rambutku yg terjatuh di kulit leherku. Sementara tangannya mendekap dadaku dgn eratnya. Telapak dan jari-jari tangannya meremas-remas kedua belah toketku. Remasannya kadang sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kanannya menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kiriku, sementara tangan kirinya meremas kuat bukit toket kananku dan bibirnya menyedot kulit mulus pangkal leherku yg bebau harum, kontolnya digesek-gesekkan dan ditekan-tekankan ke perutku. Aku pun menggelinjang ke kiri-kanan.
“Ah… om… ngilu… terus om… terus… ah… geli… geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…,” aku merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dgn berirama sejalan dgn permainan tangannya di toketku. Akibatnya pinggulku menggial ke kanan-kiri.
“Din.. enak sekali Din… sssh… luar biasa… enak sekali…,” diapun mendesis-desis keenakan.
“Om keenakan ya? kontol om terasa besar dan keras sekali menekan perut aku. Wow… kontol om terasa hangat di kulit perut aku. Tangan om nakal sekali … ngilu,…,” rintihku.
“Jangan mainkan hanya pentilnya saja… geli… remas seluruhnya saja…” aku semakin menggelinjang-gelinjang dlm dekapan eratnya.
Aku sudah makin liar saja desahannya, aku sangat menikmati gelutannya, lupa bahwa dia ni om suamiku.
“Om.. remasannya kuat sekali… Tangan om nakal sekali..Sssh… sssh… ngilu… ngilu…Ak… kontol om … besar sekali… kuat sekali…”
Aku menarik wajahnya mendekat ke wajahku. Bibirku melumat bibirnya dgn ganasnya. Dia pun tak mau kalah. Dilumatnya bibirku dgn penuh nafsu yg menggelora, sementara tangannya mendekap tubuhku dgn kuatnya. Kulit punggungku yg teraih oleh telapak tangannya diremas-remas dgn gemasnya. Kemudian dia menindihi tubuhku. Kontolnya terjepit di antara pangkal pahaku dan perutnya bagian bawah. Akhirnya dia tak sabar lagi. Bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan leherku, sementara tangannya membimbing kontolnya untk mencari nonokku.
Diputar-putarkan dulu kepala kontolnya di kelebatan jembut disekitar bibir nonokku. Aku meraih kontolnya yg sudah amat tegang. Pahaku yg mulus itu terbuka agak lebar. “Om kontolnya besar dan keras sekali” kataku sambil mengarahkan kepala kontolnya ke nonokku. Kepala kontolnya menyentuh bibir nonokku yg sudah basah. Dengan perlahan-lahan dan sambil digetarkan, kontol ditekankan masuk ke kunonok. Kini seluruh kepala kontolnya pun terbenam di dlm nonokku. Dia menghentikan gerak masuk kontolnya.
“Om… teruskan masuk… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” aku protes atas tindakannya.
Tapi dia tak perduli. Dibiarkan kontolnya hanya masuk ke nonokku hanya sebatas kepalanya saja, tapi kontolnya digetarkan dgn amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungnya dgn ganasnya menggeluti leherku yg jenjang, lengan tanganku yg harum dan mulus, dan ketiakku yg bersih dari bulu. Aku menggelinjang-gelinjang dgn tak karuan.
“Sssh… sssh…enak… enak… geli..geli, om. Geli… Terus masuk, om..” Bibirnya mengulum kulit lengan tanganku dgn kuat-kuat.
Sementara tenaga dikonsentrasikan pd pinggulnya. Dan…satu… dua… tiga! kontolnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke dlm nonokku dgn sangat cepat dan kuat. Plak! Pangkal pahanya beradu dgn pangkal pahaku yg sedang dlm posisi agak membuka dgn kerasnya. Sementara kontolnya bagaikan diplirid oleh bibir nonokku yg sudah basah dgn kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!
“Auwww!” pekikku. Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya tertanam seluruhnya di dlm nonokku tanpa bergerak sedikit pun.
“Sakit om… ” kataku sambil meremas punggungnya dgn keras.
Dia pun mulai menggerakkan kontolnya keluar-masuk nonokku. Seluruh bagian kontolnya yg masuk nonokku dipijit-pijit dinding lobang nonokku dgn agak kuatnya.
“Bagaimana Din, sakit?” tanyaku.
“Sekarang sudah enggak om…ssh… enak sekali… enak sekali… kontol om besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru nonok aku..,” jawabku. Dia terus memompa nonokku dgn kontolnya perlahan-lahan.
Toketku yg menempel di dadanya ikut terpilin-pilin oleh dadanya akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilku yg sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadanya. Kontolnya diiremas-remas dgn berirama oleh otot-otot nonokku sejalan dgn genjotannya tersebut. Sementara tiap kali menusuk masuk kepala kontolnya menyentuh suatu daging hangat di dlm nonokku. Sentuhan tersebut serasa geli-geli nikmat. Dia mengangkat kedua kakiku. Sambil menjaga agar kontolnya tak tercabut dari nonokku, dia mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku ditumpangkan di atas bahunya, sementara betis kiriku didekatkan ke wajahnya.
Sambil terus mengocok nonokku perlahan dgn kontolnya, betis kiriku yg amat indah itu diciumi dan dikecupi dgn gemasnya. Setelah puas dgn betis kiri, ganti betis kanannya yg diciumi dan digeluti, sementara betis kiriku ditumpangkan ke atas bahunya. Begitu hal tersebut dilakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan gerakan kontolnya maju-mundur perlahan di nonok ku. Setelah puas dgn cara tersebut, dia meletakkan kedua betisku di bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua belah toketku. Masih dgn kocokan kontol perlahan di nonokku, tangannya meremas-remas toket montok ku. Kedua gumpalan daging kenyal itu diremas kuat-kuat secara berirama.
Kadang kedua pentilku digencet dan dipelintir-pelintir secara perlahan. Pentilku semakin mengeras, dan bukit toketku semakin terasa kenyal di telapak tangannya. Aku pun merintih-rintih keenakan. Mataku merem-melek, dan alisku mengimbanginya dgn sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.
“Ah…om, geli… geli… … Ngilu om, ngilu… Sssh… sssh… terus om, terus…. kontol om membuat nonok aku merasa enak sekali… Nanti jangan dingecretinkan di luar nonok, ya om. Ngecret di dlm saja… ” Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontolnya di nonokku. “Ah-ah-ah… bener, om. Bener… yg cepat…Terus om, terus… ” Dia bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihanku.
Tenaganya menjadi berlipat ganda. Ditingkatkan kecepatan keluar-masuk kontolnya di nonokku. Terus dan terus. Seluruh bagian kontolnya diremas-remas dgn cepatnya oleh nonokku. Aku menjadi merem-melek. Begitu jg dirinya, dia pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yg luar biasa.
“Sssh… sssh… Din… enak sekali… enak sekali nonokmu… enak sekali nonokmu…”
“Ya om, aku jg merasa enak sekali… terusss…terus om, terusss…” Dia meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontolnya pd nonokku.
“Om… sssh… sssh… Terus… terus… aku hampir nyampe…sedikit lagi… sama-sama ya om…,” aku jadi mengoceh tanpa kendali. Dia mengayuh terus. Sementara itu nonokku berdenyut dgn hebatnya.
“Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar om… mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Tiba-tiba kontolnya dijepit oleh dinding nonok ku dgn sangat kuatnya.
Di dlm nonokku, kontolnya disemprot oleh cairan yg keluar dari nonokku dgn cukup derasnya. Dan aku meremas lengan tangannya dgn sangat kuatnya. Aku pun berteriak tanpa kendali:
“…keluarrr…!” Mataku membeliak-beliak. Sekejap tubuh kurasakan mengejang. Dia pun menghentikan genjotannya.
Kontolnya yg tegang luar biasa dibiarkan tertanam dlm nonokku. Aku memejam beberapa saat dlm menikmati puncak. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tanganku pd lengannya perlahan-lahan mengendur. Kelopak mataku pun membuka, memandangi wajahnya. Sementara jepitan dinding nonokku pd kontolnya berangsur-angsur melemah, walaupun kontolnya masih tegang dan keras. Kedua kakiku lalu diletakkan kembali di atas ranjang dgn posisi agak membuka. Dia kembali menindih tubuh telanjangku dgn mempertahankan agar kontolnya yg tertanam di dlm nonokku tak tercabut.
“Om… luar biasa… rasanya seperti ke langit ke tujuh,” kataku dgn mimik wajah penuh kepuasan.
Kontolnya masih tegang di dlm nonokku. Kontolnya masih besar dan keras. Dia kembali mendekap tubuhku. Kontolnya mulai bergerak keluar-masuk lagi di nonokku, tapi masih dgn gerakan perlahan. Dinding nonokku secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kontolnya. Tapi sekarang gerakan kontolnya lebih lancar dibandingkan dgn tadi. Pasti karena adanya cairan yg disemprotkan oleh nonokku beberapa saat yg lalu.
“Ahhh…om… langsung mulai lagi… Sekarang giliran om.. semprotkan peju om di nonok aku.. Sssh…,” aku mulai mendesis-desis lagi.
Bibirnya mulai memagut bibirku dan melumat-lumatnya dgn gemasnya. Sementara tangan kirinya ikut menyangga berat badannya, tangan kanannya meremas-remas toket ku serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dgn irama gerak maju-mundur kontolnya di nonokku.
“Sssh… sssh… sssh… enak om, enak… Terus…teruss… terusss…,” desisku. Sambil kembali melumat bibirku dgn kuatnya, dia mempercepat genjotan kontolnya di nonokku. Pengaruh adanya cairan di dlm nonokku, keluar-masuknya kontol pun diiringi oleh suara,
“srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Aku tak henti-hentinya merintih kenikmatan,
“Om… ah… ” Kontolnya semakin tegang. Dilepaskannya tangan kanannya dari toketku.
Kedua tangannya kini dari ketiak ku menyusup ke bawah dan memeluk punggungku. Akupun memeluk punggungnya dan mengusap-usapnya. Dia pun memulai serangan dahsyatnya. Keluar-masuknya kontolnya ke dlm nonok ku sekarang berlangsung dgn cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kontol dihunjamkan keras-keras agar menusuk nonokku sedalam-dalamnya. Kontolnya bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding nonokku. Sampai di langkah terdalam, aku membeliak sambil mengeluarkan seruan tertahan,
“Ak!” Sementara daging pangkal pahanya bagaikan menampar daging pangkal pahaku sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar nonokku, kontolnya dijaga agar kepalanya tetap tertanam di nonokku.
Remasan dinding nonokku pd kontolnya pd gerak keluar ni sedikit lebih lemah dibanding dgn gerak masuknya. Bibir nonokku yg mengulum kontolnya pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada gerak keluar ni akumendesah,
“Hhh…” Dia terus menggenjot nonokku dgn gerakan cepat dan menghentak-hentak.
Aku meremas punggungnya kuat-kuat di saat kontol dihunjam masuk sejauh-jauhnya ke nonokku. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontolnya dan nonokku menimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecilku:
“Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…”
“Din… Enak sekali Din… nonokmu enak sekali… nonokmu hangat sekali… jepitan nonokmu enak sekali…”
“Om… terus om…,” rintihku,
“enak om… enaaak… Ak! Hhh…” Diapun mengocokkan kontolnya ke nonokku dgn semakin cepat dan kerasnya.
Setiap masuk ke dalam, kontolnya berusaha menusuk lebih dlm lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya.
“Din… aku… aku…” Karena menahan rasa nikmat yg luar biasa dia tak mampu menyelesaikan ucapannya yg Memang sudah terbata-bata itu.
“Om, aku… mau nyampe lagi… Ak-ak-ak… aku nyam…” Tiba-tiba kontolnya mengejang dan berdenyut dgn amat dahsyatnya.
Dia tak mampu lagi menahan lebih lama lagi. Tapi pd saat itu jg tiba-tiba dinding nonok ku mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yg kuat dan enak sekali itu, dia tak mampu lagi menahan jebolnya bendungan pejunya. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontolnya disemprot cairan nonokku, bersamaan dgn pekikanku,
“…nyampee…!” Tubuhku mengejang dgn mata membeliak-beliak.
“Din…!” dia melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuhku sekuat-kuatnya. Wajahnya dibenamkan kuat-kuat di leherku yg jenjang. Pejunya pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejunya menyembur dgn derasnya, menyemprot dinding nonokku yg terdalam. Kontolnya yg terbenam semua di dlm nonokku terasa berdenyut-denyut. Beberapa saat lamanya kami terdiam dlm keadaan berpelukan erat sekali.
Dia menghabiskan sisa-sisa peju dlm kontolnya. Cret! Cret! Cret! kontolnya menyemprotkan lagi peju yg masih tersisa ke dlm nonokku. Kali ni semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuhku maupun tubuhnya tak mengejang lagi. Dia menciumi leher mulusku dgn lembutnya, sementara aku mengusap-usap punggungnya dan mengelus-elus rambutnya. Aku merasa puas sekali dien tot om. Ini baru awal permainan, karena si om akan nemani aku sampe besok sore, bayangkan berapa besarnya kenikmatan yg akan aku peroleh dari kontol si om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

D.M.C.A Disclaimer of Lukas Blog - All contents published under GNU General Public License.
All images/photos/videos found in this site reserved by its respective owners. We does not upload or host any files.