ohmlukas.blogspot.com - Oleh Abrar Rifai*
Bismillahirrahmanirrahim
Satu di antara kebiasaan saya ketika ingin menyikapi sesuatu / sedang ingin menjatuhkan satu pilihan, adlh dgn membuka halaman mushaf seacara acak.Istikharah Qur`an, demikian sebagian teman memberi istilah. Biasanya hal seperti ni dilakukan oleh parahafizhahsaat ingin menentukan pilihan lelaki yg akan menikahinya. Ayo, para hafizhah, ngaku...
Pagi ni pun, sebelum saya memulai tulisan ini, saya membuka mushaf, yg saya dapati adlh halaman 363 pd surat Al Furqan, ayat 33: Wa laa ya`tunaka bi matsalin illa ji`naaka bilhaqqi wa ahsana tafshiran= Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu membawa sesuatu yg ganjil, melainkan kami jg akan mendatangimu dgn kebenaran dan sebaik-baik penjelasan.
Setelah status saya yg mengkoreksi Asma Nadia beredar dan dibagi beberapa orang (Baca:Imajinasi Asma Nadia), sepertinya Mbak Asma bereaksi. Tidak secara langsung dgn saya. Karena saya memang tak berteman dgn beliau diFacebookdan diTwitter, beliau jg bukafollowersaya. Tapi saya mendapatinya pd diskusi / perdebatan Asma Nadia dgn pengguna twitter dan Isa Alamsyah (suami Asma Nadia -red) dgn penggunaFacebook. Walau memang bantahan dan debat tersebut tak secara khusus tentang tulisan saya, sebab yg mengkrtik tulisan Mbak Asma bukan hanya saya.
Baiklah, sekarang saya akan lanjut bicara. Yang pertama, bahwa sebagai penulis produktif, Mbak Asma adlh aset Islam di Indonesia. Sumbangsihnya kepada literasi Indonesia sungguh luar biasa. Kita tak bisa menafikan itu. Bahwa semua orang yg mengkritik beliau tidaklah berkarya sebanyak beliau, itu kenyataan. Artinya, kalau pun Asma Nadia menulis satu dua kesalahan dan keburukan, tetap tak sebanding dgn kebenaran dan kebaikan yg telah ditulisnya.
Tapi, bagaimana pun juga, kesalahan tak bisa dibiarkan, sebab ada banyak kebenaran yg kemudian hilang hanya karena satu kesalahan. Dalam Islam kita mengenal terminologisu`ul khatimah. Yaitu, seseorang yg sepanjang hidupnya melakukan kebaikan dan kebenaran, tapi sesaat sebelum meninggal Dunia, ia melakukan kejahatan yg menghapus semua kebaikannya. Dan celakanya, itulah yg menjadi penentu dirinya di hadapan Tuhan.Na’udzu bilLah!
Yang ke dua, saya pribadi sangat menghormati Asma Nadia, makanya pd kritikan saya kemaren, saya lebih banyak menggunakan kata ‘Mbak’ daripada menyebut namanya langsung. Saya mencintai Mbak Asma sebagaimana saya mencintai kakaknya. Dengan ibu beliau, saya jg memposisikan sebagai anak, makanya tiap kali ketemu / kontak Mbak Helvy, saya selalu titip salam untk Mami. Ain, anak saya pun menjadikan Bunda Helvy dan Bunda Asma sebagai penulis favoritnya.
Jadi kalau pun saya mengoreksi Mbak Asma, percayalah bahwa itu tak keluar dari kerangka cinta. Karena saya peduli, maka saya bicara. Karena saya menganggap Mbak Asma begitu berharga, maka saya ingin tetap menjaga harga itu. Karena Mbak Asma adlh aset Islam, maka saya tak ingin aset itu diakuisisi oleh selain Islam. Atau tetap diposisikan pd seolah-olah Islam, tapi diperalat oleh pembenci Islam. Sadar / tak sadar. Jujur harus saya akui, bahwa mengkritik Presiden Jokowi jauh lebih mudah saya lakukan daripada mengkritik Asma Nadia. Sebab saya tak hanya menjaga perasaan Mbak Asma, tapi jg terkait dgn hati beberapa orang yg saya anggap dekat. Tapi, pengetahuan harus disampaikan, walau itu pahit. Bukankah kritikan dan teguran itu adlh wujud cinta yg sebenarnya?
Mbak Asma rupanya lebih fokus, bahwasanya beliau melalui tulisannya ‘Karpet Merah Perenggut Nyawa’ dituduh / kalau bahasa beliau, difitnah Syiah. Entahlah kalau mungkin ada yg telah menuduh / menyebut Mbak Asma Syiah hanya karena tulisan tersebut. Tapi, untk tulisan saya sendiri, saya sama sekali tak menyebut demikian. Saya tegaskan di sini, walau ada sikap dan pendapat Mbak Asma yg serupa dgn penganut Syiah, termasuk jg perkawanan beliau denganHaidar Bagir Al Habsyi, yg menurut beliau dicintainya karena Allah, tapi saya tetap meyakini Asma Nadia bukanlah syiah! Karena ketika saya berteman dgn penganut Kristen, tak serta merta saya jg berkeyakinan sama dengannya. Atau ketika Mbak Asma sedang terjebak di jalan yg sama dgn rombongan iring-iringan penganten, kita tentu tak bisa serta-merta menyebut beliau bagian dari rombongan tersebut.
Satu lagi bukti bahwa Mbak Asma bukanlah Syiah, pd Pilpres yg lalu saya dapati semua Syiah yg saya kenal memilih Jokowi, sedang Mbak Asma memilih Prabowo. Begitu juga, sampai sejauh ini, baik secara verbal / pun tulisan, saya tak mendapati dari Mbak Asma ungkapan ungkapan yg akrab dari orang-orang Syiah. Seperti: Syiah adlh madzhab Ahlul Bait, krtikan / cacian kepada khalafaurrasyidin selain Sayyidina Ali, ukhuwah Sunni-Syi’i dan lain sebagainya.
Tapi, bahwa pd tulisan ‘Karpet Merah Perenggut Nyawa’ itu Mbak Asma mempunyai kesamaan sikap dgn para pejabat Iran, itu realitanya. Di Twitter saya baca, Mbak Asma menyebut bahwa di tulisan itu beliau telah menyertakan bantahan pemerintah Saudi, padahal sampai tulisan itu dimuat di Republika, belum ada bantahan apapun dari pihak KSA terhadap tuduhan konvoi Pangeran Muhammad Bin Salman yg disebut sebagai penyebab kemacetan sehingga terjadi kecelakaan mengenaskan tersebut. Mas Isa Alamsyah di facebook tetap membantah bahwa berita tersebut bukan hoax. Hanya karena telah dilansir dan dikutip media Nasional, termasuk Republika. Jadi, sekali lagi saya ingin menegaskan, bahwa berita itu hanya berasal dari media media Syiah:satuislam, arrahmahnewsdsb, yg dikutip daripresstvIran.
Mbak Asma menyertakan contoh dirinya sendiri yg pernah terjepit karena thawaf yg berhenti mendadak, disebabkan adanya pintu Ka’bah yg terbuka disertai kehadiran pejabat kerajaan. Ditambah lagi contoh adanya kecelakaan beruntun di jalan tol, karena iring-iringan mobil VVIP. Jadi, walau menurut Mas Isa Alamsyah dan Mbak Asma tulisan itu dimaksudkan sebagai masukan dan kritikan untk Pemerintah Saudi untk melakukan evaluasi penuh terhadap rangkaian ibadah haji, tapi tulisan Mbak Asma tetap lebih dominan akan pesan perihal bahwa penyebab tragedi itu adlh karena adanya rombongan iring-iringan Pangeran Muhammad.
Terlebih pd paragraf sebelumnya, Mbak Asma menulis: Awalnya, saya hanya menduga alasan sederhana. Mungkin ada jamaah yg tali sepatunya lepas, lalu terjatuh dan jamaah di belakangnya tersandung, hingga terjadi saling dorong dan memakan korban. Atau mungkin beberapa jamaah pingsan, bahkan wafat di barisan depan hingga jamaah lain tertahan. Begitu seterusnya seperti efek domino hingga memakan korban. Akan tetapi, beberapa media melansir meninggalnya lebih dari 700 orang jamaah haji di Mina kali ni dipicu iring-iringan pengamanan seorang pejabat kerajaan yg menghambat jalan. Berita tersebut sudah dibantah pemerintah setempat karena mereka jg mempunyai standar pengamanan yg tak akan mengganggu jamaah haji.
Tulisan Mbak Asma pun ditutup dgn contoh Rasulullah saw dan Umar ra sebagai dua pemimpin sederhana. Pesannya jelas, bahwa Kerajaan Saudi, jika ingin memimpin / melayani Jamaah Haji, tirulah dua pempimpin itu. Kalau mau haji, haji saja. Tidak usah pakai pengamanan, konvoi dan iring-iringan. Kalau mau ke Ka’bah, datang saja, tak usah ada prioritas sehingga mengganggu jamaah yg lain. Karena itu yg dianggap Mbak Asma sebagai penyebab kecekaan. Jadi di sinilah saya menyebut tulisan Mbak Asma itu kebetulan sama dgn propaganda Iran, Syiah dan berbagai pendukungnya. Terlepas dari keyakinan saya pribadi bahwa Mbak Asma bukanlah Syiah.
Demikian, wallahu a’lam.
*dari fbAbrar Rifai(28/9/2015)
Bismillahirrahmanirrahim
Satu di antara kebiasaan saya ketika ingin menyikapi sesuatu / sedang ingin menjatuhkan satu pilihan, adlh dgn membuka halaman mushaf seacara acak.Istikharah Qur`an, demikian sebagian teman memberi istilah. Biasanya hal seperti ni dilakukan oleh parahafizhahsaat ingin menentukan pilihan lelaki yg akan menikahinya. Ayo, para hafizhah, ngaku...
Pagi ni pun, sebelum saya memulai tulisan ini, saya membuka mushaf, yg saya dapati adlh halaman 363 pd surat Al Furqan, ayat 33: Wa laa ya`tunaka bi matsalin illa ji`naaka bilhaqqi wa ahsana tafshiran= Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu membawa sesuatu yg ganjil, melainkan kami jg akan mendatangimu dgn kebenaran dan sebaik-baik penjelasan.
Setelah status saya yg mengkoreksi Asma Nadia beredar dan dibagi beberapa orang (Baca:Imajinasi Asma Nadia), sepertinya Mbak Asma bereaksi. Tidak secara langsung dgn saya. Karena saya memang tak berteman dgn beliau diFacebookdan diTwitter, beliau jg bukafollowersaya. Tapi saya mendapatinya pd diskusi / perdebatan Asma Nadia dgn pengguna twitter dan Isa Alamsyah (suami Asma Nadia -red) dgn penggunaFacebook. Walau memang bantahan dan debat tersebut tak secara khusus tentang tulisan saya, sebab yg mengkrtik tulisan Mbak Asma bukan hanya saya.
Baiklah, sekarang saya akan lanjut bicara. Yang pertama, bahwa sebagai penulis produktif, Mbak Asma adlh aset Islam di Indonesia. Sumbangsihnya kepada literasi Indonesia sungguh luar biasa. Kita tak bisa menafikan itu. Bahwa semua orang yg mengkritik beliau tidaklah berkarya sebanyak beliau, itu kenyataan. Artinya, kalau pun Asma Nadia menulis satu dua kesalahan dan keburukan, tetap tak sebanding dgn kebenaran dan kebaikan yg telah ditulisnya.
Tapi, bagaimana pun juga, kesalahan tak bisa dibiarkan, sebab ada banyak kebenaran yg kemudian hilang hanya karena satu kesalahan. Dalam Islam kita mengenal terminologisu`ul khatimah. Yaitu, seseorang yg sepanjang hidupnya melakukan kebaikan dan kebenaran, tapi sesaat sebelum meninggal Dunia, ia melakukan kejahatan yg menghapus semua kebaikannya. Dan celakanya, itulah yg menjadi penentu dirinya di hadapan Tuhan.Na’udzu bilLah!
Yang ke dua, saya pribadi sangat menghormati Asma Nadia, makanya pd kritikan saya kemaren, saya lebih banyak menggunakan kata ‘Mbak’ daripada menyebut namanya langsung. Saya mencintai Mbak Asma sebagaimana saya mencintai kakaknya. Dengan ibu beliau, saya jg memposisikan sebagai anak, makanya tiap kali ketemu / kontak Mbak Helvy, saya selalu titip salam untk Mami. Ain, anak saya pun menjadikan Bunda Helvy dan Bunda Asma sebagai penulis favoritnya.
Jadi kalau pun saya mengoreksi Mbak Asma, percayalah bahwa itu tak keluar dari kerangka cinta. Karena saya peduli, maka saya bicara. Karena saya menganggap Mbak Asma begitu berharga, maka saya ingin tetap menjaga harga itu. Karena Mbak Asma adlh aset Islam, maka saya tak ingin aset itu diakuisisi oleh selain Islam. Atau tetap diposisikan pd seolah-olah Islam, tapi diperalat oleh pembenci Islam. Sadar / tak sadar. Jujur harus saya akui, bahwa mengkritik Presiden Jokowi jauh lebih mudah saya lakukan daripada mengkritik Asma Nadia. Sebab saya tak hanya menjaga perasaan Mbak Asma, tapi jg terkait dgn hati beberapa orang yg saya anggap dekat. Tapi, pengetahuan harus disampaikan, walau itu pahit. Bukankah kritikan dan teguran itu adlh wujud cinta yg sebenarnya?
Mbak Asma rupanya lebih fokus, bahwasanya beliau melalui tulisannya ‘Karpet Merah Perenggut Nyawa’ dituduh / kalau bahasa beliau, difitnah Syiah. Entahlah kalau mungkin ada yg telah menuduh / menyebut Mbak Asma Syiah hanya karena tulisan tersebut. Tapi, untk tulisan saya sendiri, saya sama sekali tak menyebut demikian. Saya tegaskan di sini, walau ada sikap dan pendapat Mbak Asma yg serupa dgn penganut Syiah, termasuk jg perkawanan beliau denganHaidar Bagir Al Habsyi, yg menurut beliau dicintainya karena Allah, tapi saya tetap meyakini Asma Nadia bukanlah syiah! Karena ketika saya berteman dgn penganut Kristen, tak serta merta saya jg berkeyakinan sama dengannya. Atau ketika Mbak Asma sedang terjebak di jalan yg sama dgn rombongan iring-iringan penganten, kita tentu tak bisa serta-merta menyebut beliau bagian dari rombongan tersebut.
Satu lagi bukti bahwa Mbak Asma bukanlah Syiah, pd Pilpres yg lalu saya dapati semua Syiah yg saya kenal memilih Jokowi, sedang Mbak Asma memilih Prabowo. Begitu juga, sampai sejauh ini, baik secara verbal / pun tulisan, saya tak mendapati dari Mbak Asma ungkapan ungkapan yg akrab dari orang-orang Syiah. Seperti: Syiah adlh madzhab Ahlul Bait, krtikan / cacian kepada khalafaurrasyidin selain Sayyidina Ali, ukhuwah Sunni-Syi’i dan lain sebagainya.
Tapi, bahwa pd tulisan ‘Karpet Merah Perenggut Nyawa’ itu Mbak Asma mempunyai kesamaan sikap dgn para pejabat Iran, itu realitanya. Di Twitter saya baca, Mbak Asma menyebut bahwa di tulisan itu beliau telah menyertakan bantahan pemerintah Saudi, padahal sampai tulisan itu dimuat di Republika, belum ada bantahan apapun dari pihak KSA terhadap tuduhan konvoi Pangeran Muhammad Bin Salman yg disebut sebagai penyebab kemacetan sehingga terjadi kecelakaan mengenaskan tersebut. Mas Isa Alamsyah di facebook tetap membantah bahwa berita tersebut bukan hoax. Hanya karena telah dilansir dan dikutip media Nasional, termasuk Republika. Jadi, sekali lagi saya ingin menegaskan, bahwa berita itu hanya berasal dari media media Syiah:satuislam, arrahmahnewsdsb, yg dikutip daripresstvIran.
Mbak Asma menyertakan contoh dirinya sendiri yg pernah terjepit karena thawaf yg berhenti mendadak, disebabkan adanya pintu Ka’bah yg terbuka disertai kehadiran pejabat kerajaan. Ditambah lagi contoh adanya kecelakaan beruntun di jalan tol, karena iring-iringan mobil VVIP. Jadi, walau menurut Mas Isa Alamsyah dan Mbak Asma tulisan itu dimaksudkan sebagai masukan dan kritikan untk Pemerintah Saudi untk melakukan evaluasi penuh terhadap rangkaian ibadah haji, tapi tulisan Mbak Asma tetap lebih dominan akan pesan perihal bahwa penyebab tragedi itu adlh karena adanya rombongan iring-iringan Pangeran Muhammad.
Terlebih pd paragraf sebelumnya, Mbak Asma menulis: Awalnya, saya hanya menduga alasan sederhana. Mungkin ada jamaah yg tali sepatunya lepas, lalu terjatuh dan jamaah di belakangnya tersandung, hingga terjadi saling dorong dan memakan korban. Atau mungkin beberapa jamaah pingsan, bahkan wafat di barisan depan hingga jamaah lain tertahan. Begitu seterusnya seperti efek domino hingga memakan korban. Akan tetapi, beberapa media melansir meninggalnya lebih dari 700 orang jamaah haji di Mina kali ni dipicu iring-iringan pengamanan seorang pejabat kerajaan yg menghambat jalan. Berita tersebut sudah dibantah pemerintah setempat karena mereka jg mempunyai standar pengamanan yg tak akan mengganggu jamaah haji.
Tulisan Mbak Asma pun ditutup dgn contoh Rasulullah saw dan Umar ra sebagai dua pemimpin sederhana. Pesannya jelas, bahwa Kerajaan Saudi, jika ingin memimpin / melayani Jamaah Haji, tirulah dua pempimpin itu. Kalau mau haji, haji saja. Tidak usah pakai pengamanan, konvoi dan iring-iringan. Kalau mau ke Ka’bah, datang saja, tak usah ada prioritas sehingga mengganggu jamaah yg lain. Karena itu yg dianggap Mbak Asma sebagai penyebab kecekaan. Jadi di sinilah saya menyebut tulisan Mbak Asma itu kebetulan sama dgn propaganda Iran, Syiah dan berbagai pendukungnya. Terlepas dari keyakinan saya pribadi bahwa Mbak Asma bukanlah Syiah.
Demikian, wallahu a’lam.
*dari fbAbrar Rifai(28/9/2015)
other source : http://portalposlinggau.blogspot.com, http://docstoc.com, http://google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar