Selasa, 29 Desember 2015

Cerita Dewasa Desahan Nikmat Santi - Foto Toket

Cerita Dewasa Desahan Nikmat Santiohmlukas.blogspot.com - Cerita Dewasa Desahan Nikmat Santi - Nama saya Erwin (23 tahun), WNI keturunan yg tinggal di Bandung dan kuliah ekonomi manajemen di Universitas Maranatha. Kuliahku agak tersendat karena keranjingan membantu orang tuaku menjalankan usaha percetakan keluarga kami, jadi SKS-nya kuambil sedikit-sedikit biar tak semerawut. Dalam materi aku sama sekali tak ada masalah, begitupun halnya dlm pergaulan, statusku membuat orang-orang mudah dekat denganku, terutama wanita, sudah beberapa kali aku gonta-ganti pacar dan hampir semua pernah ML denganku. Orang tuaku sudah mempercayai perusahaan ni sepenuhnya padaku sehingga mereka bisa menikmati hari tuanya dgn santai dgn bepergian ke luar negeri / mengunjungi sanak saudara lainnya. Aku mempunyai seorang cici yg sudah menikah dan ikut suaminya, jadi sekarang aku tinggal sendirian di rumah yg megah ni mengurus bisnis sekaligus kuliah.

Kejadian gila ni terjadi pd bulan Agustus 2010 yg lalu. Waktu itu aku baru putus dgn pacarku, dlm kesepian itu kalau sudah tak ada kerjaan aku menghibur diriku dgn nonton bokep, clubbing (tapi tak sering karena besoknya harus bangun pagi-pagi, malu dong bos kesiangan), ataupun main internet berjam-jam. Suatu hari aku membaca cerita-cerita ah-uh.tk, disitu aku menemukan hiburan yg menggairahkan, aku sangat terkesan dgn cerita-cerita karya penulis wanita seperti Lily Panther, Citra Andani, Dania, Deknas, dll dimana wanita-wanita itu terlibat dlm seks liar, ternyata wanita jaman sekarang tak kalah berani dari pria. Lalu aku sampai pd cerita berjudul "Kejutan Untuk Teman-temanku" yg memberiku inspirasi mengadakan acara gila ini.

Terbayang-bayang dlm pikiranku dimana cewek putih cantik, sexy, dan imut dikerjai
oleh cowok-cowok kasar, tua, hitam, dan jelek yg statusnya lebih rendah darinya, sungguh suatu kekontrasan seks yg menggairahkan.

Aku kemudian mulai memikirkan rencana untk mewujudkan fantasi liarku,
rencanaku mencari cewek-cewek dari kalangan teman-temanku untk diadu dgn buruh-buruh bawahanku. Yang pertama harus kulakukan adlh mencari ceweknya dulu, karena cukup sulit dan perlu lobi-lobi yg jitu, kalau untk prianya itu sih nanti saja, kemungkinan menolaknya pasti kecil, cuma satu banding sepuluh. Besoknya aku kuliah siang dan membicarakan hal ni dgn seorang teman wanita yg pernah ML denganku, hasilnya nol, ditolak mentah-mentah. Aku jadi malu dan hampir mengurungkan niatku, tapi bintangku mulai bersinar di waktu malam ketika ngedugem, di sana
aku bertemu Santi (22) dan Sandra (22) yg jg sefakultas denganku, mereka akrab denganku maka aku tanpa tendeng aling-aling mengutarakan maksudku pd mereka. Mulanya mereka merasa risih dgn ideku, tapi setelah susah payah kurayu-rayu, akhirnya Santi bangkit jg gairahnya membayangkan hal itu, sedangkan Sandra, meskipun masih ragu-ragu, akhirnya mengiyakan jg karena kudesak terus (duh...kaya salesman aja nih !).
Setelah puas ngedugem, aku mengantar Santi pulang (Sandra naik mobil sendiri), sambil menyetir Santi sempat mengoralku sampai keluar dan dihisapnya habis.

Berikutnya aku mencari seorang lagi untk lebih meriah, kutelepon beberapa teman yg pernah kencan denganku dan mereka-mereka yg bispak (bisa pakai). Dari tiga orang yg kuhubungi akhirnya ada jg yg setuju yaitu Ivana (23), mahasiswi Sastra Inggris yg pernah pacaran singkat denganku, kebetulan waktu itu dia baru putus dgn pacarnya.
Phew...akhirnya jerih payahku dgn menebalkan muka tak sia-sia. Kini tinggal
mencari cowoknya, aku keliling pabrikku untk menyeleksi kandidat yg pas, lima orang saja kurasa cukup, kalau terlalu banyak takutnya berabe, bisa ada kasak-kusuk ga enak. Sebentar saja aku sudah mendapatkan lima kandidat itu, pilihanku jatuh pd : Pak Andang, seorang buruh tua berumur lima puluhan yg telah bekerja sejak usaha kami masih kecil-kecilan, kurasa pantas dia menerima hadiah ni mengingat pengabdiannya, meskipun berusia senja dan sudah mulai beruban, tubuhnya masih tetap fit karena terbiasa kerja keras; Pak Usep, usianya sebaya dgn Pak Andang, sudah menduda, jadi kupikir inilah saatnya sekali-sekali memberi upah biologis padanya; Mang Nurdin, berusia empat puluhan, badannya kekar dan berisi, inilah yg menjadi pertimbanganku memilih dia; Mang Obar, tiga puluhan, tampangnya mirip tikus dgn kumis tipis, kurus tinggi seperti pohon kelapa; Endang, paling muda dari kelimanya, baru dua puluh tiga tahun, bekerja disini baru setahun lebih, tapi rajin dan kerjanya
bagus, patut mendapat hadiah ini.

Seusai jam kerja aku memanggil mereka untk bertemu secara pribadi di kantorku. Awalnya mereka bingung kok dipanggil mendadak seperti ada salah saja. Tapi setelah aku menjelaskan maksudku selama beberapa menit, mereka hampir terlompat, antara kaget dan senang, seperti tak percaya apa yg baru kutawarkan.

"Hah, serius nih tuan ?" Pak Andang dan Mang Obar bertanya hampir bersamaan
"Iya, siapa yg main-main, pokoknya kalian tinggal datang dan nge-jos,
apa-apanya saya yg atur, dan satu hal lagi jangan sampai ada yg tau lagi selain kita, / tak sama sekali" jawabku meyakinkan.
Seperti yg kuduga, tak satupun dari mereka ragu / menolak, tak sesulit mengajak para ceweknya. Ya, sifat dasar pria lah, siapa yg bisa melewatkan kesempatan emas gini lalu begitu saja, apalagi kalau soal perempuan, bahkan Raja Daud yg bijak itu saja tak bisa menghindar dari godaan seksual, ya kan !

Sebenarnya menurut rencana harusnya besok bisa mulai, tapi karena Santi meng-SMS bilang bahwa ada tugas kuliah yg harus diselesaikan, terpaksa acara ditunda besok lusa. Duh, aku jadi agak bete, tak sabar menunggu hari esok, satu jam jadi terasa setahun karena sudah kebelet. Malamnya aku sampai masturbasi saking bergairahnya, tapi sisi positif dari tertundanya acara ni aku bisa mempersiapkan segalanya lebih baik. Ketiga pembantu wanitaku kubebastugaskan hari itu, yg kebetulan sehari
sebelum hari kemerdekaan RI, kusuruh saja mereka berkunjung ke sanak saudaranya / kemana kek, pokoknya tak mengganggu acara gilaku. Kupompa kasur udaraku yg empuk (beli dari Dr. TV, hehe..promosi nih ceritanya?) dan kuletakkan di ruang tamu sebagai arena pertarungan nanti.

Akhirnya sampai jg hari-H itu, sekitar pukul dua siang aku sudah membereskan segala dokumen yg harus kutangani, sisanya, pekerjaan kecil lainnya kuserahkan pd staffku. Saat itu sudah ada SMS masuk dari Ivana yg mengatakan bahwa dia sudah datang dan sedang menunggu di depan kediamanku.
"Pagi-pagi amat dia datang, baru jg jam segini" pikirku. Aku pun segera menuju ke rumahku yg terletak di samping pabrik, dibatasi dua buah gerbang kayu. Aku memasuki pekarangan rumahku, disana Ivana sedang jongkok mengelus-elus si Buster, kelinci peliharaanku.
"Hoi, Na, cepat amat kesininya, kan gua bilang jam limaan sesudah bubar kerja" sapaku
"Tanggung, kalo pulang, nanti harus bolak-balik jauh lagi" jawabnya
"Naik apa kesini ?"
"Tadi nebeng si Stephanie kan dia di Lingkar Selatan sana"
Hari itu Ivana terlihat cantik sekali, kaos ketatnya tanpa lengan dan celana panjang sedengkulnya semua serba putih, rambutnya yg panjang diikat ekor kuda. Walaupun pernah putus denganku akibat ketidakcocokan sifat, tapi kami masih berteman baik, bahkan terkadang kita melakukan hubungan badan. Secara fisik, dia termasuk perfect, buah dadanya sedang saja, standar cewek Asia, tubuhnya langsing bak biola, dia jg jago dancing dan piano.

Kuajak dia masuk ke rumah, disana kami menonton DVD Troy sambil
ngobrol dan makan snack menunggu waktu bubaran pabrik. Ketika film lagi seru-serunya, tiba-tiba intercom berbunyi, ada urusan di pabrik yg memintaku datang.
"Gimana sih nih orang-orang, masih butuh gua jg !" omelku dlm hati
"Lu nonton sendiri dulu, gua ada perlu dulu nih, sori yah"
Huh, ternyata cuma ada dokumen yg perlu kutandatangan, cuma itu saja,
itulah kenapa aku tak mengatur acaranya jam segini, ya banyak gangguan seperti ni loh. Aku memeriksa sejenak kegiatan di pabrik, setelah yakin tak ada apa-apa lagi aku pun kembali ke samping. Waktu keluar dari sana, kulihat Vios hitamnya Santi sudah ada di halaman pabrik. Aku menengok arlojiku, wah...sudah mau jam setengah lima, ga kerasa ya, cepat amat, berarti sebentar lagi pesta gila-gilaan ala Kaisar Caligula akan segera dimulai hehehe...aku jadi ngeres.

"Lho, si Santi mana, tadi ada mobilnya di depan ?" tanyaku pd Ivana karena tak melihat Santi di rumah
"Tuh, lagi ke WC, masih lama ga nih acaranya Win, gua udah deg-degan nih ?" tanyanya
"Bentar lagi kok, jam lima baru bubar, rileks aja Na, ga usah tegang gitu, ntar jg enjoy" kataku
"Yo, San darimana aja, you are so hot today !" sapaku begitu keluar dari kamar mandi
Waktu itu Santi memakai tank-top merah yg talinya diikat ke leher dan membiarkan setengah punggungnya terbuka. Bawahnya memakai rok yg mini dari bahan jeans ungu memamerkan pahanya yg putih mulus. Aku terpana beberapa detik menatap tubuh mulus Santi yg tinggi semampai (170cm), wajahnya cantik ala oriental tapi ekspesinya agak dingin, sehingga sering terkesan jutek bagi yg belum kenal dekat dengannya, tapi kalau akrab dia enak diajak bicara, blak-blakan dan pendengar yg baik,
setahuku dia ni orangnya pilih-pilih dlm memilih patner sex, tapi mau saja menerima tantanganku ini, entah dia yg kepingin / diplomasiku yg hebat.
"Dari rumahlah, masa dari kampus pake baju glamor gini, eh tinggal si Sandra ya yg belum ada ?" jawabnya
"Iya belum tuh, ga ada berita lagi, tadi gua telepon HPnya ga dinyalain"

"Lu pake ginian bikin gua kepanasan nih San" kataku sambil memandangi dirinya, dibalik celanaku, adikku jg mulai bangun.
Tak dpt menahan diri lagi, langsung kupeluk tubuh Santi, tanganku menggerayangi pahanya sambil menyingkap roknya, lalu telapak tanganku bergerak ke belakang meremas pantatnya yg montok.
"Nngghh...buru-buru amat sih, ntar aja ah !" katanya antara menolak dan menerima
"Sori San...dikit aja, lu bikin gua nafsu sih" sahutku seraya memagut lehernya
Rambutnya yg pendek model Utada Hikaru memudahkan aku menjilati lehernya yg jenjang hingga ke tenguknya. Dari sana bibirku menjelajah secara erotis ke dagu, pipi, hingga mencaplok bibirnya yg tipis. Dengan kedua tangan meremas pantatnya, aku menciuminya dgn panas, nafas kami yg memburu terasa pd wajah masing-masing. Perhatian Ivana pd layar TV jadi tersita ke arah mantan pacarnya yg berciuman dgn penuh gairah dgn temannya. Dia menatapi kami tanpa berkedip dan terlihat gelisah, tangannya secara sembunyi-sembunyi meremas payudara sendiri. Aku yakin cintanya padaku masih tersisa sedikit walaupun cuma lima persen, dan hal itu tentu menimbulkan sensasi cemburu yg membuatnya horny.

Santi pun mulai merespon dgn meremas selangkanganku yg sudah menonjol. Lagi enak-enak ber-French kiss, tiba-tiba bel musikku berbunyi, kami melepaskan diri. Hhmm...siapa ya, Sandra / para bawahanku ? Pintu kubuka, ternyata para buruhku, lima-limanya pula, aku memberitahukan bahwa cewek-ceweknya sudah datang tapi dari tiga baru dua yg datang, kuminta agar mereka bisa berbagi jatah dgn adil.
"Ini beneran kan tuan ? kita ga usah keluar uang kan ?" si Endang seakan masih tak percaya, aku cuma mengangguk meyakinkannya
"Udahlah ga usah banyak bacot, enjoy aja euy !" Pak Usep menepuk punggung pemuda itu
Kubawa mereka ke ruang tengah dan kupertemukan dgn para cewek. Ivana terlihat nervous, dia tetap duduk di sofa dan memberi senyum dipaksa ketika kuperkenalkan buruh-buruhku satu persatu. Sedangkan Santi, meskipun agak gugup, tapi lebih luwes, dia berdiri menyambut kedatangan mereka bahkan menyalami mereka waktu keperkenalkan. Ketika Mang Obar dgn nakal mencolek pantatnya pun, dia membalasnya dgn senyum menggoda.

Setelah saling kenal dan basa-basi sejenak kupersilakan mereka memilih sesuai selera mereka, dgn ni pesta resmi kubuka. Pak Usep dan Endang sepertinya lebih memilih Ivana, merekapun menghampirinya dan duduk disofa mengapit kanan dan kirinya. Sedangkan sisanya yg memilih Santi mulai berdiri mengerubunginya. Aku sendiri duduk di sebuah sudut yg strategis untk menyaksikan the hottest live show ini.
Nah, pembaca, dari sini aku sempat bingung bagaimana menguraikan kedua adegan ni secara lengkap dan detail, karena tak seru kan kalau aku hanya menguraikannya sekilas-sekilas. Akhirnya setelah kupikir-pikir aku memutuskan menceritakannya per adegan plus berdasarkan penuturan mereka, supaya lebih fokus dan pembaca pun turut menghayati kenikmatan yg kurasakan waktu itu, semoga metode berceritaku ni memuaskan pembaca sekalian, aku akan memulainya dgn adegan Santi. (beberapa dialog disini, terutama yg diucapkan para buruhku adlh dlm Bahasa Sunda, sebenarnya aku lebih sreg menuliskan seperti aslinya, tapi mengingat pembaca ah-uh.tk bukan cuma dari Jawa Barat, jg peraturan dari admin yg mengharuskan pemakaian Bahasa Indonesia yg baik dan benar, maka aku harus taat sama aturan mainnya)

Santi dikerubungi ketiga orang itu Santi nampak tegang, tapi dia menutup-nutupi ketegangan itu dgn senyumannya dan jg menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, terkadang mereka mengajukannya pertanyaan nakal yg membuat wajahnya memerah tersipu-sipu. Pak Andang mulai berani mengelusi punggung Santi yg terbuka.
"Eeemm...geli Pak !" desahnya menggoda.
"Masa digituin aja geli sih Neng, gimana kalo diginiin ?" Mang Obar meremas payudaranya.
Tangan-tangan kasar itu mulai menggerayanginya. Mang Nurdin jg mulai merayapi lekuk tubuh Santi sambil menyingkap rok mininya, paha mulus itu dia raba-raba, tangannya makin merayap ke atas hingga menyentuh selangkangan Santi yg masih tertutup celana dlm biru langit.

"Bapak buka bajunya ya Neng"
Tanpa menunggu jawaban Santi, Pak Andang membuka tali leher yg menyangga pakaiannya. Santi tak memakai bra karena tank top itu mempunyai cup dada didalamnya sehingga begitu melorot payudara montok dgn puting kemerahan itu langsung terekspos. Pak Andang dan Mang Obar mencaplok masing-masing kiri dan kanannya. Mang Nurdin kini berjongkok sedang mengagumi keindahan paha Santi yg jenjang dan mulus itu, tangannya tak henti-hentinya mengelusi paha itu.
"Neng, pahanya mulus amat...putih lagi" puji Mang Nurdin sambil menjilatnya.
Yang tak kalah menarik tentu bagian pangkalnya dan kini tangan Mang Nurdin telah sampai kesitu membelai kemaluannya dari luar, jari-jarinya lalu menyusup lewat tepi celana dalamnya. Mang Obar mengenyot payudara kanannya. Santi menengadah dgn mata terpejam, mulutnya mengap-mengap mengeluarkan desahan. Dia telah mabuk birahi, tubuhnya menggelinjang saat Mang Nurdin menggosok vaginanya dgn jari-jarinya sampai terlihat bercak cairan vaginanya di tengah celana dalamnya.

"Pak Andang, disana aja atuh, cape dong berdiri melulu ?" kataku menunjuk kasur pompa yg terletak tak jauh dari situ.
Mereka pun menggiring dan merebahkan tubuh Santi di kasur empuk itu,
lalu pakaiannya dilucuti satu persatu hingga tak tersisa apapun lagi di tubuhnya. Tampaklah tubuh mulus Santi yg berpayudara kencang, berperut rata, dan kemaluannya yg masih rapat ditumbuhi bulu-bulu yg tak terlalu lebat dan tercukur rapi. Setelah menelanjanginya, mereka jg membuka baju masing-masing. Tiga batang kemaluan mengarah padanya bak meriam yg siap menembak, Santi sampai terpana menatap ketiga senjata yg akan segera ‘membantainya’ itu. Ketiganya kembali mengerubungi Santi yg terlihat nervous dgn menutupi kemaluan dan payudaranya dgn tangan.
"Hehehe...si neng malu-malu gini bikin saya tambah nafsu aja ah !" kata
Mang Nurdin mengangkat tangan kiri Santi yg menutup payudaranya.
"Wah ternyata bodynya amoy bagus banget ya!" kata Mang Obar yg tangannya mulai menjelajahi tubuh mulus itu.

Pak Andang menciumi payudara kanannya sambil tangannya meraba-raba kemaluannya. Dijilatinya seluruh gunung itu sampai basah lalu dgn ujung lidahnya dia main-mainkan putingnya. Jantungku berdebar-debar dan mataku melotot menyaksikan adegan itu, ditambah lagi adegan pd sofa di hadapanku dimana tubuh telanjang Ivana sedang dijilati dan digerayangi.
Aku membuka celana pendekku dan mengeluarkan penisku lewat pinggir celana dlm lalu mulai memijatnya, ni jauh lebih spektakuler dari film bokep dgn artis tercantik sekalipun. Mang Nurdin mencium dan menjilat leher jenjang Santi sambil mengusap-usap payudara satunya, lalu ciumannya bergerak ke atas menggelikitik kupingnya menyebabkan Santi menggeliat dan mendesah nikmat. Dari telinga mulut Mang Nurdin memagut bibir Santi, mulut lebar dgn bibir tebal itu seolah mau menelan bibir Santi yg mungil lagi tipis. Sekonyong-konyong terdengar kecipak ludah dari lidah mereka yg beradu. Santi nampak sudah tak merasa risih lagi, yg dirasakannya sekarang adlh birahi yg menggebu-gebu akan pengalaman barunya ini, terlihat dari matanya yg terpejam menghayati permainan ini. Sikapnya yg semula pasif mulai berubah dgn meraih penis Mang Nurdin dlm genggamannya.

Mang Obar sedang berlutut diantara kedua paha Santi, tapi dia belum jg mencoblosnya. Agaknya dia masih belum puas bermain-main dgn tubuh mulus itu. Sekarang dia sedang membelai-belai tubuh bagian bawahnya, terutama pantat dan kemaluannya. Dia mengangkat paha kiri itu, lalu menciumi mulai dekat pangkalnya, terus turun ke betis, pergelangan, dan akhirnya dia emut jari kaki yg lentik itu. Lagi enak-enak nonton live-show sambil ngocok, tiba-tiba ada SMS masuk, kuraih HP-ku, oh...si Sandra, hampir lupa aku sama anak ni saking asyiknya, pesannya berbunyi demikian :

"Win, pstanya jd g? psti lg asyk y? sori nih tlat, td diajak tmn jln2 sih, kl stgh7 gw ksana msh bsa g?"

Brengsek bikin orang nunggu aja, mana datangnya telat banget lagi, tapi aha...terbesit sebuah cara untk menghukumnya, hihihi...aku nyeringai sambil mereply SMS-nya
"Gile tlat amt sih, y dah u dtg aja, mngkin msh kburu, kl g kta skalian
mkn mlm aja, ok"

Wow, kini Santi sedang menjilati secara bergantian penis Pak Andang dan Mang Nurdin yg berlutut di sebelah kiri dan kanan kepalanya. Sementara itu Mang Obar menjilat serta menusuk-nusukkan lidahnya ke dlm vagina Santi, rangsangan itu membuatnya sering mengapitkan kedua paha mulusnya ke kepala Mang Obar. Kini Santi membuka mulut dan mendekatkan kepalanya pd penis Pak Andang, setelah masuk ke mulutnya, dia mulai
mengulum benda itu dgn nikmatnya sambil tangan kanannya mengocok pelan penis Mang Nurdin. Tak lama kemudian Mang Obar menghentikan jilatannya dan merentangkan paha Santi lebih lebar, dia bersiap memasukkan penisnya.
Santi jg menghentikan sejenak oral seksnya, menatap penis yg makin mendekati bibir vaginanya dgn deg-degan.
"Pelan-pelan yah Mang, saya takut sakit abis kontol Mang gede gitu !" ucap Santi memperingatkan
"Tenang aja Neng, Mamang ga bakal kasar kok !" hiburnya sambil mengarahkan senjatanya ke liang senggamanya.

Nampaknya Mang Obar kesulitan memasukkan penisnya ke dlm vagina Santi karena ukurannya itu, maka dia lakukan itu dgn gerakan tarik-dorong.
"Aakkhh...nggghhh...sakit !" rintih Santi menahan rasa nyeri, padahal penis itu belum jg masuk seluruhnya
"Masa pelan gitu sakit sih Neng ?" kata Pak Andang yg memegangi tangannya sambil membelai payudaranya
"Mungkin si Neng aja yg memeknya kekecilan kali !" sahut Mang Nurdin cengengesan.
"Aaaaahhh..." jeritnya saat Mang Obar menghentakkan pinggulnya ke depan hingga penisnya terbenam seluruhnya ke dlm liang itu.
Selanjutnya, tanpa ampun dia menggenjotnya dgn buas tanpa menghiraukan perbandingan ukurannya dgn vagina Santi. Sementara di kiri dan kanannya kedua orang itu tak pernah berhenti menggerayangi tubuhnya. Mang Nurdin dgn mulutnya yg lebar menelan seluruh susu kanannya yg disedot dan dikulum dgn rakus. Pak Andang menelusuri tubuh itu dgn lidahnya, bagian-bagian sensitif tubuh Santi tak luput dari jilatannya. Santi mendesah-desah tak karuan sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya, tubuhnya menggelinjang hebat.

Saat itu Endang baru saja selesai dgn Ivana, setelah menyemprot perut Ivana dgn spermanya dia minum dulu dan langsung menuju Santi, sementara itu Mang Obar mulai mencicipi Ivana. Endang duduk di sebelah kanannya dan meminta ijin Pak Andang yg sedang menguasai kedua payudaranya untk memberinya jatah satu saja. Sepertinya dia menggigit putingnya karena badan Santi mengejang dan mendesah tertahan di tengah
aktivitasnya mengoral Mang Nurdin, dia mengenyot dan kadang menarik-narik puting itu dgn mulutnya.
"Ooohh...isep Neng...iseepp !!" tiba-tiba Mang Nurdin mendesah panjang dan makin menekan kepala Santi ke selangkangannya.
Spermanya menyembur di dlm mulut Santi, mungkin karena badannya berguncang-guncang hisapan Santi tak sempurna, cairan itu meleleh sebagian di pinggir mulutnya. Mang Nurdin beranjak pergi meninggalkan Santi setelah di cleaning service, diambilnya segelas aqua dari meja untk diminum.

Tiba-tiba goyangan Santi makin gencar lalu berhenti dgn tubuh mengejang, kepalanya menengadah sambil mendesah panjang, kedua tangannya memegang erat lengan Pak Andang. Dia telah mencapai klimaks, tapi Pak Andang belum, dia terus menghentakkan pinggulnya ke atas menusuk Santi.
Tubuh Santi melemas kembali dan ambruk ke depan menindihnya. Saat itu Endang sudah pindah ke belakangnya, dia meremas pantat yg sekal itu sambil mengorek duburnya. Kemudian dia menindihnya dari belakang, tangannya menuntun penisnya memasuki liang dubur itu diiringi rintihan pemiliknya.
Tubuh Santi kini dihimpit kedua buruh itu seperti sandwich, kedua penis itu menghujam-hujam kedua lubangnya dgn ganas.
"Ooohh....oooh...aakkhh !" gairah Santi mulai bangkit lagi, vaginanya berdenyut-denyut memijat penis Pak Andang yg sudah di ambang klimaks.Pak Andang lalu melenguh panjang menyemburkan maninya di dlm vagina Santi akhirnya dia terbaring lemas di kolong tubuh Santi dgn nafas terengah-engah.

Setelah ditinggalkan Pak Andang, Santi cuma melayani Endang saja, tapi pemuda ni lumayan brutal mengerjainya sehingga dia menjerit-jerit.
Duburnya disodok-sodok sementara payudaranya yg menggantung di remas dgn kasar. Hal ni berlangsung sekitar sepuluh menit lamanya sampai keduanya klimaks, sperma Endang tertumpah di pantatnya sebelum keduanya ambruk tumpang tindih. Keadaan Santi sudah babak-belur, tubuhnya bersimbah peluh, bekas-bekas cupangan masih terlihat pd kulitnya yg mulus, sperma bercampur cairan kewanitaan meleleh dari selangkangannya. Aku jadi kasihan melihatnya, maka aku menghampirinya dgn membawa air dan tissue. Kuangkat tubuhnya dan kusandarkan pd lenganku, dgn tissue kuseka keringat di dahinya, minuman yg kuberikan langsung diteguknya habis.
"Udah ya San, kalau dah ga kuat jangan dipaksain lagi, ntar pingsan lu!" saranku
Tapi dia cuma tersenyum sambil menggeleng, ga apa-apa katanya cuma perlu istirahat sedikit, dia jg bilang rasanya seperti diperkosa massal saja barusan itu. Waktu itu Pak Usep menghampiri kami bermaksud menikmati Santi, tapi kusuruh dia bersabar karena kondisinya belum fit.

Karena tubuh Santi yg sudah lengket-lengket itu, aku menyuruhnya mandi agar lebih segar. Setelah agak pulih, kubantu dia berdiri dan memapahnya ke kamar mandi, kunyalakan shower air hangat untuknya. Sebelum keluar kami berpelukan, kucium dia sambil mengorek vaginanya dgn dua jari, cairan sperma meluber keluar begitu kukeluarkan tanganku, sehingga aku harus cuci tangan.
"Dah mandi dulu yg bersih, supaya nanti siap action !" kataku
Dia cekikikan sambil menyeprotkan shower ke arah kakiku, aku melompat kecil dan keluar sambil tertawa-tawa. Begitu aku keluar, waw...gile, Ivana mantan pacarku itu sedang dikerjai kelima orang itu, dia sudah tak di sofa lagi, melainkan sudah di lantai beralas karpet, the hottest gangbang i've ever seen ! Untuk lebih lengkapnya lebih baik kita ikuti kisah Ivana dari awal.

Pak Usep menjulurkan lidahnya, lalu menyapukannya telak pd leher jenjang Ivana membuatnya merinding dan mendesis. Dia meneruskan rangsangannya dgn mengecup lehernya membuat tanda kemerahan disitu, rambut Ivana yg terikat ke belakang memudahkannya menyerang daerah itu.
Tangannya pun tak tinggal diam, terus bergerilya di dada kirinya dan pelosok tubuh lainnya. Mendadak Pak Usep menghentikan kegiatannya dan memanggil Endang yg lagi asyik nyusu dgn mencolek kepalanya.
"Eh, Dang, kita taruhan yu, yg menang boleh ngentot si Neng duluan !" tantangnya
"Taruhan apaan Pak, saya mah ayu aja"
"Coba tebak, si Neng ni jembutan ga ?" tanyanya dgn nyengir lebar
Muka Ivana jadi tambah memerah karena kenakalan mereka ini, aku jg jadi terangsang dibuatnya. Suatu sensasi tersendiri menonton mantan pacarku ni dikerjai orang lain.
"Hmmm...ada ga Neng ?" tanya Endang sambil menatapi selangkangan Ivana
"Eee...nanya lagi, orang disuruh tebak !" omel Pak Usep menyentil kepalanya Ivana senyum mesem dan menjawab tak tahu menjawab si Endang.

"Ada aja deh !" tebak si Endang
"Yuk kita tes, bener ga !" kata Pak Usep dgn menyusupkan tangannya ke balik celana Ivana
"Eemmhhh..." desis Ivana saat merasakan tangan Pak Usep merabai kemaluannya
"Weleh...sialan, bener jg lu Dang !" gerutunya karena ternyata kemaluan Ivana memangnya berbulu, lebat lagi.
Endang tersenyum penuh kemenangan karena dpt giliran pertama merasakan tubuh Ivana. Merekapun kembali menggerayangi tubuhnya. Tangan Pak Usep tetap didalam celananya mengobok-obok kemaluannya sejak mengetes tadi. Endang mulai membuka sabuk yg dikenakan Ivana dan menurunkan resletingnya, sebelumnya dia menyuruh Pak Usep menyingkirkan tangannya dulu.
Cairan vagina membasahi jari-jarinya begitu dia mengeluarkan tangannya dari sana. Endang turun dari sofa dan jongkok di lantai beralas permadani itu untk menarik lepas celana Ivana. Tampak kemaluan Ivana dgn bulu-bulu yg tebal dari balik celana dalamnya yg semi transparan. Sesaat kemudian pakaian terakhir dari tubuhnya itu dilepaskannya pula. Jadilah Ivana telanjang bulat terduduk separuh berbaring di sofa.

"Pak Usep, mau liat ga nih, bagus banget loh !" sahut Endang padanya
"Hmmm...iya bagus ya, kamu aja dulu Dang, saya mau netek dulu !" kata
Pak Usep sambil mencucukkan sejenak jari tengah dan telunjuk ke vaginanya, waktu dia keluarkan cairan lendirnya menempel dijari itu.
Pak Usep mulai menjilati payudaranya mulai dari pangkal bawah lalu naik menuju putingnya, dia jilat puting itu lalu dihisapnya kuat-kuat, sementara tangannya memilin-milin putingnya yg lain.
"Hhhnngghh...Mang, oohh !" Ivana mendesah menggigit bibir sambil memeluk erat kepala Pak Usep.
Ivana makin menggelinjang saat wajah Endang makin mendekati selangkangannya dan
"Aaaahh...!" desahnya lebih panjang, tubuhnya menggelinjang hebat, kedua pahanya mengapit kepala Endang.
Pemuda itu telah menyapu bibir vaginanya, lalu lidah itu terus menyeruak masuk menjilati segenap penjuru bagian dlm vaginanya, klitorisnya tak luput dari lidah itu, sehingga tak heran kalau desahannya makin tak karuan saling bersahut-sahutan dgn desahan Santi yg saat itu baru ditusuk Mang Obar.

"Oi, kalian berdua kok belum buka baju sih, kasih liat dong kontolnya ke Neng Ivana pasti dah ga sabar dia !" kataku pd Endang dan Pak Usep.
Pak Usep nyengir lalu dia membuka kaos berkerah dan celananya hingga bugil, dia menggenggam penisnya yg tebal dan hitam itu memamerkannya pd Ivana
"Nih, Neng kontol Mamang gede ya, sama pacar Neng punya gede mana ?" tanyanya sambil menaruh tangan Ivana pd benda itu
"Gede yah Mang...keras" jawab Ivana yg tangannya sudah mulai mengocoknya
Ivana yg tadinya malu-malu hilang rasa malunya saking terangsangnya, sepertinya dia sudah tak peduli keadaan sekitar, yg dipikirkannya hanya menyelesaikan gairah yg sudah membakar demikian hebat itu.
Hampir sepuluh menit berlalu, tapi Endang masih seperti kelaparan, belum berhenti menjilati vaginanya sementara Ivana sudah mengapir dan menggesek-gesekkan pahanya pd kepala Endang menahan birahinya yg meninggi.

"Nanti jg enak kok Neng, sakitnya bentar aja !" timpal Mang Obar
Beberapa kali Pak Usep menekan tubuh Ivana jg menghentakkan pinggulnya, akhirnya masuk jg penis itu ke vaginanya, mata Ivana sampai berair menahan sakit. Pak Usep mulai menggoyangkan tubuhnya
"Arrgghh...uuhhh...sempit amat...enak !" gumam Pak Usep di tengah kenikmatan penisnya dipijat vagina Ivana.
Sementara Mang Obar meraih kepala Ivana, wajahnya mendekat dan
hup...mulut mereka bertemu, lidahnya menerobos masuk mempermainkan lidah Ivana,
dia hanya pasrah saja menerimanya, dgn mata terpejam dia coba menikmatinya lidahnya, entah secara sadar / tak turut beradu dgn lidah lawannya.

Limabelas menit lamanya batang Pak Usep yg perkasa menembus vagina, Ivana, runtuhlah pertahanan Ivana, sekali lagi badannya mengejang dan mengeluarkan cairan kewanitaan membasahi penis Pak Usep dan sofa di bawahnya (untung sofanya bahan kulit jadi gampang dibersihkan). Ivana memeluk erat-erat kepala Mang Obar yg sedang mengenyot payudaranya. Sekonyong-konyong terlihat cairan putih meleleh dari selangkangan Ivana, rupanya Pak Usep jg telah orgasme. Desahan mereka mulai reda, keduanya melemas kembali. Nampak olehku ketika Pak Usep melepas penisnya, dari vagina Ivana menetes cairan sperma yg telah bercampur cairan cintanya. Waktu beristirahat baginya cuma sebentar karena Mang Obar langsung menyambar tubuhnya, menindihnya, dan mengarahkan senjatanya ke liang kenikmatan. Segera saja tubuhnya memacu naik-turun diatasnya. Ivana menggelinjang tiap kali dia menghentakkan tubuhnya. Saat itu Mang Nurdin dan Pak Andang mendekati keduanya untk menonton lebih dekat adegan panas itu. Mereka menyoraki temannya yg sedang berpacu diatas tubuh mantan pacarku itu seperti menonton pertandingan olahraga saja.

Setelah itu aku kehilangan sedikit adegan karena sedang mengantar Santi ke kamar mandi, maka adegan yg hilang ni kuceritakan berdasarkan penuturan Mang Nurdin yg kuanggap paling akurat. Dari sofa, Mang Obar menurunkan Ivana ke karpet, dia berlutut di antara paha Ivana dan terus menyodoknya. Mang Nurdin membungkuk agar bisa mengemut payudara yg menggiurkan itu. Pak Andang berlutut di samping kepalanya dan menjejalkan penisnya ke mulutnya, sambil diemut dia memegangi payudara Ivana.

Endang dan Pak Usep yg nganggur kembali mendatanginya, merekapun ikut bergabung mengerjai Ivana. Tangan-tangan hitam kasar menggerayangi tubuh mulus itu, ada yg mengelus pahanya, ada yg meremas payudaranya, ada yg memelintir putingnya, beberapa diantaranya sedang dikocok penisnya oleh Ivana. Ikat rambutnya sudah terbuka sehingga rambutnya tergerai sebahu lebih. Pemandangan itulah yg kulihat ketika keluar dari kamar mandi.

Lebih dari lima menit dia menjadi objek seks kelima buruhku. Mulanya aku sangat menikmati tontonan ini, terlebih ketika sperma mereka muncrat di tubuhnya, ada yg nyemprot di dada, perut, dan mukanya. Tapi aku mulai merasa kasihan ketika mereka memaksanya membersihkan penis-penis mereka dgn mulutnya, beberapa bahkan menjejalkan paksa ke dlm mulutnya, aku terpaksa turun tangan menyudahinya ketika kulihat air matanya mulai menetes. Aku tahu semasa pacaran denganku dulu dia memang tak terlalu suka oral seks dan menelan sperma, jijik katanya, apalagi sekarang dgn yg hitam-hitam gitu, tentu saja aku tak tega melihatnya dipaksa-paksa sampai menangis.
"Udah-udah Mang, cukup...jangan diterusin lagi, nangis nih dia !" kataku membubarkan mereka
Kemudian aku sandarkan dia di kaki sofa dan memberinya minum, kulap sperma yg membasahi mukanya. Dia memelukku dan menangis sesegukan, aku balas memeluknya dan menenangkannya, tak peduli lagi dgn tubuhnya yg masih lengket-lengket.
"Duh...maaf banget Neng, abis tadi kita kirain Neng nikmatin, ga taunya nangis beneran !" kata Mang Obar
"Iya, kalo tau Neng ga suka ngemut kontol, kita jg ga maksa, tadi Neng reaksinya malu-malu sih, jadi kita jg tambah nafsu" tambah Pak Usep

"Sori, sori, Na gua lupa bilang tadi, abis mandi lu pulang aja yah !" hiburku mengelus-elus rambutnya
"Ngga, ga papa kok Win, gua enjoy, cuma tadi gua kaget aja dipaksa-paksa gitu, gua kan ga suka oral" katanya setelah lebih tenang sambil membersihkan air mata.
Legalah kami mendengar dia berkata begitu, kami kira dia bakal trauma / shock. Aku lalu menyuruhnya mandi dan membantunya bangkit, dia pun berjalan sempoyongan ke kamar mandi. Aku dan para buruhku duduk-duduk di ruang tamu merenggangkan otot, kupersilakan mereka menyantap snack dan minuman sambil menunggu Sandra. Aku ngobrol-ngobrol tentang pendapat mereka sekalian memberi pengarahan apa yg harus dilakukan untk menghukum Sandra yg terlambat nanti. Sandra memang bukan type yang
malu-malu seperti Ivana, tapi aku tetap harus memperingatkan mereka agar tak bertindak kelewatan, aku tak ingin terjadi hal-hal yg tak diinginkan gara-gara mewujudkan fantasi gilaku.
"Win, Ivana diapain aja sampe nangis gitu ?" terdengar suara Santi bertanya dari belakang, dia berjalan ke arahku dgn handuk kuning terlilit di tubuhnya, rambutnya masih agak basah
"Ga kok, cuma belum biasa dikeroyok aja, jadi sedikit...ya gitulah !" jawabku sambil meraih pinggangnya mengajak duduk di sebelahku.

Mang Nurdin mengajak Santi duduk disebelahnya saja, tapi Santi menolaknya
"Nggak ah Pak, mending simpen tenaga aja buat si Sandra !" tolaknya
Ketika kami ngobrol-ngobrol ada yg misscall ke HP-ku, si Sandra, semenit kemudian disusul bunyi bel, nah pasti ni dia, pikirku.
Aku menyuruh buruh-buruhku sembunyi di dapur dgn membawa pakaian masing-masing, aku berencana membuat surprise sekaligus hukuman baginya.
Kupakai celana pendekku untk menyambutnya (iya dong, kalau ternyata bukan Sandra, masa aku menyambutnya memakai celana dalam).
"Hai, sori yah telat" katanya begitu pintu terbuka "gua jadi ga usah main sama buruh-buruhlu yah"
"Udah malam gini, kita baru aja bubar, masuk !" ajakku
"Ngapain aja seharian tadi ?"
"Nge-bowling di BSM, pd minta nambah game melulu sih, kan ga enak
kalo gua pulang dulu, sori banget"
Sandra orangnya cantik, rambut panjang kemerahan direbound, tinggi kurang lebih 160cm, dadanya tegak membusung 34B, lebih montok daripada Ivana dan Santi, tampangnya sedikit mirip Vivian Chow, artis HK tahun 90an itu loh, dgn modal itu dia pantas bekerja paruh waktu sebagai SPG.
Hari itu dia memakai baju putih lengan panjang dgn dada rendah dan rok selutut dari bahan jeans.

Sandra
"Hi, baru lembur nih !" sapanya pd Santi
Kubiarkan mereka berbasa-basi sebentar sampai aku menarik rambutnya dari belakang sehingga dia merintih kaget
"Udah arisannya nanti lagi, kaya ga tau lu punya salah aja !"
"Aww...aduh, ngapain sih sakit tau !" rintihnya
Mohon pembaca jangan salah paham mengira aku ni psikopat / apa, dlm bermain sex dengannya aku memang sering memakai cara kasar, karena dia jg menikmati dikasari, cuma sebatas main jambak dan tampar sih, tak sampai masokisme dgn pecut, lilin, dan sejenisnya. Karena dia suka variasi seks kasar inilah aku mengajukan tantangan padanya.Aku mendekapnya dan menciumi bibir dan lehernya habis-habisan sampai nafasnya mulai memburu. Dia pun mulai meraba selangkanganku. Setelah memberi syarat dgn gerakan tangan ke arah dapur, mendadak aku melepas ciumanku dan menepis tangannya dari selangkanganku

"Heh, dasar gatel, datang-datang udah pengen kontol, kalo lu mau kontol gua kasih lu lima sekaligus !" makiku sambil mendorong tubuhnya hingga tersungkur di lantai
Dia menjerit kecil dan begitu menengok ke belakang disana sudah berdiri para buruhku yg bugil yg senjatanya sudah di reload, mengacung tegak siap untk pertempuran selanjutnya. Sebelum sempat bangun dia sudah diterkam kelima orang itu.
"Heeaaa...sikat !" seru mereka sambil menyerbunya
"Win...sialan lu, gila !!" jeritnya
"Huehehehe...tenang San, gua masih nyisain buat lu kok, kan lu suka dikasarin, coba deh biar tau rasanya diperkosa, dijamin sensasional abis !" aku menyeringai padanya
Sandra meronta-ronta, tapi dia tak bisa menghindar karena kedua kaki dan tangannya dipegangi mereka, malah itu hanya menambah nafsu mereka.
Mereka tertawa-tawa sambil mengeluarkan komentar jorok bagaikan gerombolan serigala melolong-lolong sebelum menyantap mangsanya.

Keributan disini memancing Ivana melongokkan kepalanya dari kamar mandi untk melihat apa yg terjadi, kupanggil dia, tapi dia bilang nanti, mandinya belum selesai. Pak Usep meremasi payudaranya yg masih terbungkus pakaian
"Waw...teteknya gede nih, asyik !" komentarnya
Mang Obar dan Pak Andang yg memegangi kakinya jg tak mau kalah, mereka menyingkap roknya sehingga terlihatlah celana dalamnya yg warna hitam dan pahanya yg putih mulus, tangan-tangan mereka segera mengelus-elus pahanya dan terus naik ke pangkal pahanya, bukan cuma itu, jari-jari itu jg mulai menyelinap lewat pinggir celana dlm itu menggerayangi kemaluannya. Mang Nurdin menyusupkan tangannya lewat bawah kaosnya sehingga dada kirinya menggelembung dan ada yg bergerak-gerak. Si Endang meraih tangan Sandra dan menggenggamkannya pd penisnya.
"Kocok Neng, kocokin yg saya !" suruhnya
"Erwin...mhhpphh...Win...gua...mmm !" desahnya di tengah cecaran bibir Pak Usep yg akhirnya melumat bibirnya.

Aku menyaksikan adegan ni dari jarak satu meteran sambil duduk merangkul Santi.
"Win, dasar kelainan seks lu, tega amat lu ngeliat kita digituin tiko!" katanya sambil mencubit pahaku
"Tapi lu suka kan, gua liat tadi lu hot gitu goyangnya, ngaku lo !" sambil memencet payudaranya.
"Buka ah handuknya ngehalangin aja !" kutarik lepas handuk yg melilit badannya
"Lu jg dong buka, biar adil !" balasnya sambil melepasi pakaianku
"Sepongin San, sambil nonton si Sandra dismack down nih !" suruhku
Dengan posisi duduk di sebelahku, dia merunduk menservis penisku, jilatan dan kulumannya menyemarakkan acara yg sedang kusaksikan, seperti popcorn yg menemani nonton di bioskop. Sambil menikmati liveshow dan sepongan, tanganku memijati payudaranya dan menelusuri lekuk-lekuk tubuhnya.

Rontaan Sandra semakin lemah, dia sudah pasrah bahkan hanyut menikmati ulah mereka. Aku berasumsi dia sudah tenggelam dlm hasrat seksualnya, hasrat terliar dlm dirinya, dia menikmati pagutan bibir Mang Nurdin tanpa ada paksaan, mengocok penis Endang dgn sukarela, jg ketika Pak Usep menempelkan penisnya ke mulutnya, tanpa diminta dia sudah menjilat dan mencium penis itu.
"Telanjangin euy, biar kita bisa ngeliat bodinya !" kata salah seorang dari mereka
"Iya bugilin, bugilin, ewe...ewe !!" timpal yg lain
Mereka bersorak-sorak dan mulai melucuti baju Sandra, pakaiannya beterbangan kesana-kemari hingga akhirnya tak satupun tersisa di tubuhnya yg indah selain arloji, cincin, dan gelang kakinya. Kelimanya memandangi tubuh telanjang Sandra tanpa berkedip.
"Anjrit, kulitnya mulus banget, cantik lagi !" komentar seseorang
"Wih, teteknya...jadi ga tahan pengen netek eemmm...!" sahut Mang Nurdin yg langsung melahap payudara kanannya

"Sebelah sini jg bagus" sahut Pak Andang membuka lebar kedua belah pahanya.
Bersama Mang Obar dia memandangi daerah kemaluan Sandra yg berbulu lebat dgn tengahnya yg memerah. Keduanya menjilati vaginanya yg mulai becek. Tubuhnya menggelinjang hebat merasakan dua lidah menggelikitik vaginanya. Endang menciumi leher, bahu dan sekitar ketiak, sambil jarinya memilin-milin putingnya. Pak Usep menjilati bagian pinggir tubuhnya sambil tangannya menelusuri punggung dan pantatnya. Sandra hanya bisa menggeliat-geliat dikerubuti lima buruh kasar, mulutnya mengeluarkan suara desahan. Saat itu Ivana baru selesai mandi, dia menjatuhkan
pantatnya di sebelahku, seperti Santi tadi dia jg memakai handuk melilit badannya, rambutnya masih agak basah.
"Buka ah ! ngapain sih malu-malu gitu !" kataku menarik lepas handuknya
Bekas cupangan memerah masih nampak pd kulit payudara dan lehernya yg putih, kurangkul tubuhnya yg mulus itu di sisi kiriku. Santi tak terlalu menghiraukan kedatangan Ivana, dia terus saja menjilat penisku dgn gerakan perlahan sambil memijat lembut buah pelirnya

"Kasian ih, masa lu tega si Sandra dikeroyok gitu !" kata Ivana
"Santai aja Na, Sandra kan ga kaya lu, dia sih enjoy aja dikasarin gitu, dah biasa" jawabku santai
"Ooo...ga kaya gua yah !" sehabis berkata dia langsung menyambar putingku dan menggigitnya
"Adawww...!!" jeritku refleks menepis kepalanya.
"Jahat ih, keras gitu masa gigitnya, putus nanti" kataku mengelus-elus putingku yang
nyut-nyutan digigitnya.
Dia malah tertawa melihatku begitu, si Santi jg ikutan ketawa.
"Lho, kan ke Sandra lu bilang suka main kasar, baru digituin aja dah kaya disembelih hihihi !" Santi mengejekku
"Ini sih bukan kasar, tapi sadisme gila" gerutuku.
"Dah ah, lu terusin aja sana, jangan ngeledek ah !" kutekan kepalanya ke bawah
"Sini lo !" kusambar tubuh Ivana yg masih cekikikan ke pelukanku
Dengan bernafsu kupaguti lehernya dan payudaranya kuremas-remas sehingga dia mendesah-desah kenikmatan.

Bukan cuma menjilat, Mang Obar jg memasukkan jarinya ke liang vagina Sandra, diputar-putar seperti mengaduknya sementara lidahnya terus menjilati bibir vaginanya. Setelah puas menjilat, Mang Obar menyuruh Pak Andang menyingkir, dia angkat sedikit pinggul Sandra dan menekankan penisnya pd belahan kemaluan itu, dia melenguh ketika kepala penisnya sudah mulai masuk, lalu ditekan lagi dan lagi. Sandra menahan nafas dan menggigit bibir merasakan benda sebesar itu menyeruak ke vaginanya.
"Aaakkhh !" erangan panjang keluar dari mulut Sandra saat penis Mang Obar masuk seluruhnya dgn satu hentakan kuat.
Penis itu keluar-masuk dgn cepatnya, suara desahan Sandra seirama dgn ayunan pinggul Mang Obar. Desahan itu sesekali teredam bila ada yg mencium / memasukkan penis ke mulutnya.
"Hehehe...liat tuh teteknya goyang-goyang, lucu ya !" sahut Pak Usep memperhatikan payudara yg ikut tergoncang karena tubuhnya terhentak-hentak
"Mulutnya enak, hangat, terus Neng, mainin lidahnya !" kata Endang yg lagi keenakan penisnya diemut Sandra.
"Uuuhh...uuhh...iyahh !" jerit klimaks Mang Obar, penisnya dihujamkan dalam-dalam dan menyemprotkan spermanya di dlm sana.

Ivana yg tadi membersihkan penisku kini sudah diajak Pak Andang
memulai babak berikutnya. Dia berdiri memeluk Ivana dgn kedua tangan
kasarnya, mendekapkan tubuh Ivana ke tubuhnya hingga dada mereka saling
melekat
"Neng Ivana, mmm.." dgn bernafsu dia memagut bibirnya dan melumatnya
Ivana jg balas menciumnya hingga lidah mereka saling melilit, mengeluarkan suara lenguhan, sepertinya dia mau membalas membuatku terbakar api cemburu seperti ketika aku mencumbu Santi di depannya waktu baru datang tadi. Tangan Pak Andang meremas payudaranya dan tangan satunya mengelus punggung hingga pinggulnya. Kemudian dia mengangkat satu kaki Ivana dan menempelkan penisnya di bibir vagina Ivana. Secara refleks Ivana melingkarkan tangan ke leher Pak Andang menahan badannya. Pelan-pelan Pak Andang mendorong pantatnya ke depan hingga penisnya menyeruak ke dlm vagina Ivana. Mereka mendesah hampir bersamaan saat penis itu menerobos dan menggesek dinding vagina Ivana.

Lima menit setelah mereka berpacu dlm posisi berdiri, Pak Andang menghentikan genjotannya sejenak, lalu dia angkat kaki Ivana yg satunya.
Sambil menggendong Ivana, dia meneruskan lagi kocokannya, dgn begini tusukan-tusukan yg diterima Ivana semakin terasa hujamannya, kedua payudaranya tampak seksi tergoncang-goncang. Kata Dr. sex Boyke gaya ni disebut monyet memanjat pohon kelapa , hebat jg Pak Andang ni sampai tahu variasi seks yg satu ini. O iya, masukan buat pembaca nih, kalau mau coba gaya yg satu ni kudu liat-liat kondisi loh, kalau cowoknya kurus kecil sedangkan badan ceweknya lebih besar / bahkan gendut sebaiknya jangan deh, bisa-bisa bukannya nikmat yg didapat malah patah tulang, hehehe...Aku kagum oleh stamina Pak Andang ini, di usianya yg senja dia masih sanggup melakukan gaya ni cukup lama, aku sendiri tak yakin bisa selama itu, sampai Ivana dibuat orgasme dlm gendongannya. Badannya mengejang dan kepalanya menengadah ke belakang serta mendesah panjang, dari selangkangannya cairan hasil persenggamaannya menetes-netes ke lantai. Tubuhnya yg lunglai mungkin sudah jatuh kalalu tangan Pak Andang yg kokoh tak memeganginya.

Pada saat yg sama, Mang Obar baru menuntaskan hajatnya terhadap Sandra. Keduanya klimaks bersamaan, dia mencabut penisnya lalu isinya ditumpahkan ke wajah Sandra, tak sebanyak sebelumnya memang tapi lumayan membasahi wajahnya. Endang yg sudah siap bertarung lagi mendatanginya, dipeluknya Sandra dan dicium-cium bagian-bagian tubuh sensitifnya sambil memberinya waktu untk mendinginkan vaginanya yg kepanasan. Mang Nurdin menghampiri Santi yg sedang dikerjai Pak Usep.
"Yuk Pak, siap action lagi nih ? gabung aja !" kataku mempersilakannya bergabung dgn mereka.
"Iya dong, bos, saya kan belum sempat nyoblos si Neng ni tadi, hehehe...!" katanya berkalakar
Dia menyusup dan duduk di antara Santi dan sofa, tangan Santi dipindahkan ke bahunya yg lebar. Mulutnya menangkap salah satu payudara Santi yg berayun-ayun, dgn nikmatnya dia menyedot-nyedot benda itu sambil meraba-raba tubuhnya. Di sisi lain, Ivana sedang sibuk melayani Pak Andang dan Mang Obar, tubuhnya terbaring di sofa dijilati dan digerayangi mereka.

Aku duduk sambil mengocok penisku menyaksikan pertempuran tiga mahasiswi melawan lima buruh kasar itu. Sungguh pemandangan yg membangkitkan nafsu, pembaca bisa bayangkan tiga orang cewek muda keturunan Chinese, cantik, putih, sexy, dan high class sedang digumuli buruh-buruh kasar, hitam, beda ras dan beda status sosial sungguh pemandangan yg sensual bagiku. Kami melupakan sejenak harga diri, martabat, dan perbedaan lainnya demi kesenangan seksual. My fantasy has come true, demikian kataku dlm hati. Tidak puas hanya dgn menonton sementara yg lain melakukan, aku pun mendekati Sandra yg sedang bergaya woman on top diatas Endang. Kupeluk dia dari belakang dan kupegang kedua payudaranya yg bergoyang-goyang.
"Gimana San rasanya digangbang sama mereka San ?" tanyaku dekat kupingnya
"Sadis...mhh...but it's pretty cool...aah !" jawabnya terengah-engah
"Win lu-lu...masukin lewat...uuhh...belakang...yah !"

Mereka berhenti sebentar agar aku bisa memasukkan penisku ke pantat Sandra, kudorong tubuhnya ke depan hingga agak menelungkup. Aku meringis ketika memasukkan penisku ke duburnya karena sempit sehingga rasanya sedikit ngilu, hal yg sama pun dirasakan oleh Sandra, tapi setelah masuk rasanya jadi enak banget. Sandra mendesah-desah merasakan dua penis yg memompa dua lubangnya. Desahannya bertambah seru karena si Endang menjilati payudaranya yg menggantung itu dijilati Endang dari bawah, sedangkan rambutnya kujambak seperti mengendarai kuda. Tanganku yg satu tak tinggal diam, kadang meremas payudaranya, kadang mengelus punggung dan pantatnya, serta sesekali kutampar pantatnya hingga dia menjerit.
"Harder...harder please, Mang jg dong nyodoknya kencengin !"
Detik-detik terakhir menjelang orgasme, gerakan Sandra semakin liar saja, sodokanku pun kupercepat sesuai yg dimintanya. Akhirnya ditengah sodokan kami yg belum menunjukkan tanda-tanda berhenti dia orgasme yg ke sekian kalinya. Kami terus menggenjotnya tanpa mempedulikannya yg sudah kecapean. Pada akhirnya aku dan Endang menyiram tubuhnya dgn sperma kami, Endang menyiram dada dan perutnya, sedangkan aku menyiram mukanya sampai rambutnya jg kena.

other source : http://areafotohot.blogspot.com, http://pinterest.com, http://okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

D.M.C.A Disclaimer of Lukas Blog - All contents published under GNU General Public License.
All images/photos/videos found in this site reserved by its respective owners. We does not upload or host any files.