
عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِي صَلَاتِي قَالَ قُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي إِنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ Abu Bakar ash-Shidiq radhiyallaahu ‘anhu pernah berkata kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Ajarkanlah kepadaku suatu do’a yg dgn do’a itu aku akan berdo’a di dlm shalatku.
Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Ucapkanlah :
Allaahumma innii zhalamtu nafsii zhulman kastiiran wa laa yaghfirudz-dzunuuba illaa anta. Faghfirlii maghfiratan min indika. Warhamnii, innaka antal-ghafuurur-rahiim.
(Artinya : Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku sendiri dgn kezhaliman yg banyak, dan tak ada yg dpt mengampuni dosa kecuali Engkau. Maka, ampunilah aku dgn ampunan dari-Mu. Rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.)
(Shahih al-Bukhari 1/166 no.834)
Terkait dgn do’a di atas, maka ada dua hal di sini yg perlu dijelaskan, yakni tentang penjelasan kapan do’a itu dibaca di dlm shalat dan penjelasan tentang kandungan do’a.
Pertama : Penjelasan kapan do’a itu dibaca di dlm shalat
Dikatakan bahwa do’a itu diucapkan setelah tasyahud dan sebelum salam.
Dalam hal ini, Imam Al-Bukhari rahimahullah seakan berpendapat bahwa do’a ni dibaca setelah ucapan tasyahud dan sebelum salam. Hal ni tampak saat beliau memberikan judul bab-nya dgn Do’a Sebelum Salam.
Dikatakan jg bahwa tak ada ketentuan khusus kapan do’a ni dibaca di dlm shalat, sehingga seseorang itu boleh saja mengucapkannya saat ruku’, saat sujud, ataupun saat tasyahud.
Ibnu Daqiq al-‘Id rahimahullah mengatakan :
- هذا يقتضي الأمر بهذا الدعاء في الصلاة من غير تعين محله، ولعل الأولى أن يكون في أحد موطنين - السجود أو التشهد - لأنهما أمر فيهما بالدعاء
Hal ni memberikan konsekuensi perintah untk berdo’a dgn do’a ni di dlm shalat tanpa adanya ketentuan khusus tentang tempatnya. Mungkin yg utama adlh jika do’a ni diucapkan pd salah satu diantara dua tempat, yakni saat sujud / saat tasyahud, sebab pd kedua tempat ni memang telah diperintahkan untk berdo’a.
(Fathul-Bari 2/370)
Dalam hal ini -wallaahu a’lam- bisa kita katakan bahwa seseorang itu boleh jika hanya mengucapkannya setelah membaca tasyahud (yakni sebelum salam) dan tak di tempat lainnya, akan tetapi seseorang jg boleh memilih apakah akan mengucapkan do’a ni di dlm sujudnya, ataukah akan dia ucapkan setelah membaca tasyahud.
Kedua : Penjelasan kandungan do’a
Do’a yg diajarkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Bakar ash-Shidiq radhiyallaahu ‘anhu ni merupakan do’a yg ringkas tapi memiliki makna yg sangat luas dan agung.
Adapun, ketika seseorang mengucapkan di dlm do’a tersebut : sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku sendiri dgn kezhaliman yg banyak, maka ni menunjukan kerendahan diri, pengakuan seorang hamba bahwa dirinya itu tak pernah luput dari kekurangan dan kesalahan dan adakalanya ia dpt terjerumus untk melakukan suatu kezhaliman yg bisa saja mengakibatkan Allah murka kepadanya dan menyiksanya.
Al-Hafizh ibnu Hajar rahimahullah mengatakan :
قوله: "ظلمت نفسي" أي بملابسة ما يستوجب العقوبة أو ينقص الحظ. وفيه أن الإنسان لا يعري عن تقصير ولو كان صديقا
Perkataan beliau : Aku menzhalimi diriku sendiri, yakni melakukan apa yg dpt mendatangkan hukuman ataupun mengurangi derajat. Dan di dlm hal ni terdapat sesuatu yg menunjukan bahwa seseorang itu tidaklah pernah luput dari kekurangan, meskipun seseorang itu memiliki derajat sebagai seorang shidiq.
(Fathul-Bari 2/372)
Sedangkan tentang ucapan selanjutnya di dlm do’a : dan tak ada yg dpt mengampuni dosa selain Engkau, maka di dalamnya terkandung pengakuan dari seorang hamba akan ke-Esa-an Allah dan jg permohonan seorang hamba kepada Allah agar Allah mengampuni segala ke-zhaliman dirinya.
Al-Hafizh ibnu Hajar rahimahullah mengatakan :
: قوله: "ولا يغفر الذنوب إلا أنت" فيه إقرار بالوحدانية واستجلاب للمغفرة، وهو كقوله تعالى: {والذين إذا فعلوا فاحشة أو ظلموا أنفسهم} الآية، فأثنى على المستغفرين وفي ضمن ثنائه عليهم بالاستغفار لوح بالأمر به
Perkataan : dan tak ada yg dpt mengampuni dosa selain Engkau, maka di dalamnya terdapat pengakuan akan ke-Esa-an Allah dan permohonan ampunan kepada-Nya. Hal ni adlh seperti firman Allah ta’ala : Dan orang2 yg apabila melakukan suatu keburukan / menzhalimi diri sendiri, maka Allah memuji orang2 yg memohon ampunan kepada-Nya. Kemudian, pd saat Allah memuji mereka karena istighfarnya, maka secara tak langsung sebenarnya Allah jg memerintahkan mereka untk ber-istighfar (kepada-Nya).
(Fathul-Bari 2/372)
Pada akhirnya, mari kita renungkan, jika saja Abu Bakar radhiyallaahu ‘anhu diajarkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam untk merendahkan diri kepada Allah dan berkata : sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku sendiri dgn kezhaliman yg banyak, sedangkan beliau adlh salah seorang yg telah dijamin masuk surga berdasarkan lisan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan beliau jelas merupakan orang yg paling utama sesudah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka bukankah seharusnya kita lebih harus dan lebih berhak untk mengucapkannya?
Semoga Allah senantiasa memberikan kita petunjuk dan senantiasa menjadikan kita sebagai salah seorang hamba yg senantiasa meminta ampun kepada-Nya.
Wallaahu a’lam.
other source : http://reddit.com, http://flickr.com, http://al-muzaniy.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar