Selasa, 16 Desember 2014

Cries at Night

Cries at Night Those lungs were made for screaming: In earliest human times, babies that cried and woke their moms at night had a better chance of surviving and having Art community of artists and those devoted to art. Digital art, skin art, themes, wallpaper art, traditional art, photography, poetry / prose. Art prints. She doesn't talk about love, but I can see it in her eyes She doesn't talk about faith, but she's got me hypnotized She's a beautiful girl, but she cries at night
Hujan yg masih terdengar gemiricik di luar gubuk bilik bercahayakan lampu minyak menjadi satu-satunya irama pengiring kesunyian malam ini. Sayup sayup lambaian angin yg meniup memberikan sentuhan ngilu bagi sebaris bulu kuduk di daerah tengkuk. Sesekali sang kodok tak kalah irama menyanyikan lagu sendu nan menyakitkan genderang telingku. Aku yg semenjak tadi terduduk di balai bambu berselimut sarung hanya menatap hampa kepulan asap hitam yg keluar dari lampu minyak yg tersangkut miring di bilik sebelah pintu sebagai dinding kamar. Kepulan itu terus menari mengiringi irama gerimis sejak matahari terbenam sore tadi.
Sementara kerongkonganku mulai mendemo meminta sesuatu masuk mengalir melewatinya, spontan saja kujulurkan kedua kaki untuk segera beranjak dari balai bambu satu meter persegi tempat kami sekeluarga biasa bercengkrama sambil makan malam, balai bambu itu saksi dimana keluarga kami tumbuh dan berkembang, ia jg setia mengiringi kelahiran adik lelaki ketiga ku 48 purnama silam. Lantai tanah yg kupijak dimana alas kaki yg terbuat dari kayu mulai kuayunkan pun kini ikut meramaikan suasana dgn irama pemukul kayu.
Cries at Night
Gelap, sunyi, senyap, itulah dapur tempatku akan mengambil kendi dimana tersimpan cukup air yg akan kutuangkan dalam gelas sekedar mengikuti keinginan sang kerongkongan. Aku yg sejak lahir disini sudah sangat hapal dimana ibuku meletakan segala perabotan dapur di rak bambu sebelah tungku dari tanah yg biasa kami gunakan untuk memasak tak membuatku sulit mengambil gelas. Segera saja kubalikan tubuh agar mudah meraih kendi penyimpan air, namun betapa terkejutnya aku saat mendengar suara sangat nyaring dari arah kamar bilik di tengah rumah, kamar itu kamar kami, tempat dimana aku dan dua orang adikku tidur saat malam merayap menjeput mentari esok pagi. Kamar itu dimana aku mencoba belajar membaca dgn ayah saat sore sepulang ayah dari ladang.
Suara itu semakin nyaring, nyaring sekali, memecah kesunyian yg hanya di iringin suara gemericik hujan. dan dalam hitugan ke tiga kalinya suara itu menghancurkan dinding telinga ibuku yg sedang me nina bobokan adik bungsuku yg lahir 24 purnama silam. Serta merta ibu berlari mendekati suara itu tanpa memperdulikan gelap ruangan yg dilewatinya. Dalam satu jurus saja ibu sudah berada dimana suara itu berasal, aku pun ikut berlari menuju suara itu. Suara itu belum berhenti. Suara itu teriakan adik ke tiga ku.
Aku pun berlari ... semakin cepat ...
Adik ku ...
Suara itu berbunyi ... " MAK ... PENGEN E..E .."
Cries at Night

Catatan :
Ini hanya fiksi lho ...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

D.M.C.A Disclaimer of Lukas Blog - All contents published under GNU General Public License.
All images/photos/videos found in this site reserved by its respective owners. We does not upload or host any files.