Web Browser perusahahan internet raksasa Google yaitu Google Chrome memiliki tingkat keamanan yg sangat tinggi dari para peretas / hacker.
Tapi, pada acara konferensi tentang keamanan teknologi di Vancouver, Kanada, ada sebuah group hacker yg berhasil menemukan dua celah keamanan pada Google Chrome.
Untuk pertama kalinya, Web Browser andalan Google itu bertekuk lutut dihadapan mereka, dan itu menjadi pukulan berat untuk Google, seperti dilansir Forbes, Minggu 21 Juli 2013
Grup Hacker tersebut bernama Vupen Security asal Perancis. Akhirnya Google menawarkan uang sebesar USs60.000 / setara Rp604 juta, kepada masing-masing dua hacker, dgn syarat mereka harus memberitahu bagaimana mereka membobolnya supaya google bisa segera memperbaikinya.
Tapi, Grup Hacker tersebut menegaskan tidak akan memberitahu Google tentang teknik rahasia dalam aksi pembobolan yg dilakukan.
"USs60.000 adalah sebuah pembodohan dari Google. Jika ditawari USs1 juta pun kami tidak akan membuka rahasia, tapi kami akan berbagi celah ini pada pelanggan-pelanggan kami," tegas Chaouki Bekrar, Chief Executive Vupen Security.
Seorang analis Frost & Sullivan pernah mengatakan untuk mendapatkan rahasia keamanan dari browser, klien dari Vupen Security harus membayar USs100 ribu per tahun.
Nantinya, klien akan mendapat kesempatan belajar teknik-teknik pembobolan Microsoft Word, Adobe Reader, Google Android, iOS dan banyak lagi.
Tindakan Vupen Security mendapat banyak kritikan. Salah satu yg paling bersemangat adalah Chris Soghoian, aktivis privasi dari Open Society Foundations.
Dia mengatakan Vupen Security adalah perusahaan yg menjual peluru untuk cyberwar.
"Vupen adalah salah satu perusahaan yg terbuka mengenai pekerjaannya. Tapi, mereka tidak tahu malu! Dia menjual sesuatu yg buruk bagi dunia Internet," ujar Soghoian.
Tapi, Bekrar acuh tak acuh dgn kritikan-kritikan yg datang padanya. Bahkan, ia pernah membuat video ejekan yg ditujukan kepada perusahaan-perusahaan yg pernah dibobol sistem keamanannya.
"Kami tidak bekerja keras seperti yg dilakukan oleh staf keamanan di perusahaan yg membuat sistem keamanan dgn biaya milyaran dolar," kata Bekrar.
"Jika Anda pikir kami mau bergabung menjadi relawan di perusahaan, itu tidak mungkin. Kami lebih memilih menjadi relawan untuk tunawisma," tutup Bekrar.
Tapi, pada acara konferensi tentang keamanan teknologi di Vancouver, Kanada, ada sebuah group hacker yg berhasil menemukan dua celah keamanan pada Google Chrome.
Untuk pertama kalinya, Web Browser andalan Google itu bertekuk lutut dihadapan mereka, dan itu menjadi pukulan berat untuk Google, seperti dilansir Forbes, Minggu 21 Juli 2013
Grup Hacker tersebut bernama Vupen Security asal Perancis. Akhirnya Google menawarkan uang sebesar USs60.000 / setara Rp604 juta, kepada masing-masing dua hacker, dgn syarat mereka harus memberitahu bagaimana mereka membobolnya supaya google bisa segera memperbaikinya.
Tapi, Grup Hacker tersebut menegaskan tidak akan memberitahu Google tentang teknik rahasia dalam aksi pembobolan yg dilakukan.
"USs60.000 adalah sebuah pembodohan dari Google. Jika ditawari USs1 juta pun kami tidak akan membuka rahasia, tapi kami akan berbagi celah ini pada pelanggan-pelanggan kami," tegas Chaouki Bekrar, Chief Executive Vupen Security.
Seorang analis Frost & Sullivan pernah mengatakan untuk mendapatkan rahasia keamanan dari browser, klien dari Vupen Security harus membayar USs100 ribu per tahun.
Nantinya, klien akan mendapat kesempatan belajar teknik-teknik pembobolan Microsoft Word, Adobe Reader, Google Android, iOS dan banyak lagi.
Tindakan Vupen Security mendapat banyak kritikan. Salah satu yg paling bersemangat adalah Chris Soghoian, aktivis privasi dari Open Society Foundations.
Dia mengatakan Vupen Security adalah perusahaan yg menjual peluru untuk cyberwar.
"Vupen adalah salah satu perusahaan yg terbuka mengenai pekerjaannya. Tapi, mereka tidak tahu malu! Dia menjual sesuatu yg buruk bagi dunia Internet," ujar Soghoian.
Tapi, Bekrar acuh tak acuh dgn kritikan-kritikan yg datang padanya. Bahkan, ia pernah membuat video ejekan yg ditujukan kepada perusahaan-perusahaan yg pernah dibobol sistem keamanannya.
"Kami tidak bekerja keras seperti yg dilakukan oleh staf keamanan di perusahaan yg membuat sistem keamanan dgn biaya milyaran dolar," kata Bekrar.
"Jika Anda pikir kami mau bergabung menjadi relawan di perusahaan, itu tidak mungkin. Kami lebih memilih menjadi relawan untuk tunawisma," tutup Bekrar.
source : http://stackoverflow.com, http://www.transiskom.com, http://detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar