Oleh : Surtiana Nitisumantri Era global menuntut kecerdikan dan kepatutan kita dlm memilih dan memilah tuntunan dan tontonan yg membutuhkan tingkat kearifan yg tinggi. Kita sering mendengartrade-mark dari salah satu perusahaan nasional di bidang telekomunikasi dgn motto dunia dlm genggamanmu / menembus batas yg mana hal itu kini sudah bukan sesuatu yg mustahil lagi. Semua bisa, apapun ada, siapapun welcome. Hanya saja selain berdampak positif bagi perkembangan ilmu dan teknologi, juga disinyalir banyak berdampak negatifnya, terutama bagi generasi muda usia pemula. Hal itu diperparah pula dgn banyaknya tayangan-tayangan yg merusak karakter bangsa, serta anak-anak remaja dewasa ini, yg disertai banyak kasus-kasus faktual yg mencerminkan demoralisasi dikalangan anak-anak remaja kita, baik yg terkait dgn kasus narkoba, maupun kasus asusila. Malah kasus-kasus yg terkait dgn demoralisasi tersebut, tak hanya terjadi pd kalangan remaja saja, hal ni sudah merambah hampir keseluruhan lapisan masyarakat. Karenanya perlu adanya Pendidikan karakter sebagai salah satu upaya character building. Pendidikan karakter ni harus mampu mengelaborasi fakta-fakta yg terjadi di masyarakat kita, ketika melihat maraknya kekejian moral yg terjadi, seperti kasus korupsi, suap-menyuap, pelecehan seksual, bahkan saling membunuh (includedpembunuhan karakter) hanya untk mendapatkan suatu jabatan ataupun harta, dan ironisnya terjadi pula di kalangan para pejabat tinggi dan politisi, padahal dlm Q.S. Al-AnÄm ayat 151 ditekankan adanya keharusan manusia untk menghindari kebejatan moral, baik terhadap Allah maupun sesama manusia. ÙُÙْ تَعَاÙَÙْا۟ Ø£َتْÙُ Ù
َا ØَرَّÙ
َ رَبُّÙُÙ
ْ عَÙَÙْÙُÙ
ْ ۖ Ø£َÙَّا تُØ´ْرِÙُÙا۟ بِÙِÛ¦ Ø´َÙْÙًٔا ۖ ÙَبِاÙْÙٰÙِدَÙْÙِ Ø¥ِØْسٰÙًا ۖ ÙَÙَا تَÙْتُÙُÙٓا۟ Ø£َÙْÙٰدَÙُÙ
Ù
ِّÙْ Ø¥ِÙ
ْÙٰÙٍ ۖ ÙَّØْÙُ ÙَرْزُÙُÙُÙ
ْ ÙَØ¥ِÙَّاÙُÙ
ْ ۖ ÙَÙَا تَÙْرَبُÙا۟ اÙْÙَÙٰØِØ´َ Ù
َا ظَÙَرَ Ù
ِÙْÙَا ÙَÙ
َا بَØ·َÙَ ۖ ÙَÙَا تَÙْتُÙُÙا۟ اÙÙَّÙْسَ اÙَّتِÙ ØَرَّÙ
َ اÙÙّٰÙÙُ Ø¥ِÙَّا بِاÙْØَÙِّ ۚ Ø°ٰÙِÙُÙ
ْ ÙَصَّÙ®ٰÙُÙ
بِÙِÛ¦ ÙَعَÙَّÙُÙ
ْ تَعْÙِÙُÙÙَKatakanlah: Marilah kubacakan apa yg diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dgn Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yg keji, baik yg nampak di antaranya maupun yg tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yg diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dgn sesuatu (sebab) yg benar. Demikian itu yg diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). Kendati demikian, nilai-nilai yg diamanatkannya dpt diterapkan pd tiap situasi dan kondisi. Nilai-nilai itu sejalan dgn perkembangan masyarakat sehingga Al-Qur’an dpt benar-benar menjadi petunjuk, pemisah antara yg hak dan batil, serta jalan bagi tiap problematika kehidupan yg dihadapi. Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam, yg relevan dgn perkembangan peradaban kontemporer jg membawa cerita peradaban masa lalu seperti kisah para nabi. Prof. DR. Quraish Shihab mengungkapkan dlm tafsirnya bahwa Q.S. Al-AnÄm ayat 151-153 memiliki kandungan sepuluh wasiat Allah yg diwasiatkan kepada Nabi Musa AS. Adanya persamaan tersebut semakin menekankan pentingnya pengkajian terhadap tiga ayat ini. Mengingat terjadinya pertikaian di masyarakat yg dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan agama, seperti yg terjadi dlm kasus Ambon. Sepuluh wasiat Allah dlm Q.S. Al-AnÄm ayat 151-153 tertulis dlm bentuk larangan. Dalam kajian Islam larangan memiliki cakupan luas, di mana larangan itu bisa bersifat terbatas / tak terbatas. Dalam pembahasan akhlak kalimat-kalimat larangan yg dijumpai dlm nash lebih bersifat tak terbatas, artinya larangan tersebut berlaku tanpa dibatasi waktu. Melihat bahwa dlm surat Al-AnÄm ayat 151-153 terkandung nilai-nilai karakter yg jg layak untk dikaji seiring dgn perkembangan zaman. Memahami suatu makna Al-Qur’an tentunya tak dpt lepas dari tafsir. Dalam hal ni kita perlu menganalisa makna yg terkandung dlm Q.S Al-AnÄm ayat 151-153 sesuai Tafsir Al-Misbah. Pertimbangan penggunaan tafsir ni adlh karena Tafsir Al-Misbah adlh karya mufassir kontemporer Indonesia, sehingga akan lebih relevan penafsirannya dgn konteks masyarakat Indonesia saat ini. Selain hal itu Prof. DR. Quraish Shihab selaku penulis tafsir Al-Misbah jg menyampaikan uraian terhadap akhlak. Beliau jg banyak menekankan dimensi moral dlm berbagai tulisannya. Dalam buku Lentera Hati Prof. DR. Quraish Shihab menyampaikan bahwa moral merupakan suatu hal yg harus diperhatikan dlm pembangunan masyarakat, sebab dgn memperhatikan hal tersebut maka manusia tak terjerumus pd kekeliruan dan penyimpangan. ÙَÙَا تَÙْرَبُÙا۟ Ù
َاÙَ اÙْÙَتِÙÙ
ِ Ø¥ِÙَّا بِاÙَّتِÙ ÙِÙَ Ø£َØْسَÙُ ØَتَّÙٰ ÙَبْÙُغَ Ø£َØ´ُدَّÙُÛ¥ ۖ ÙَØ£َÙْÙُÙا۟ اÙْÙَÙْÙَ ÙَاÙْÙ
ِÙزَاÙَ بِاÙْÙِسْØ·ِ ۖ Ùَا ÙُÙَÙِّÙُ ÙَÙْسًا Ø¥ِÙَّا ÙُسْعَÙَا ۖ ÙَØ¥ِØ°َا ÙُÙْتُÙ
ْ ÙَاعْدِÙُÙا۟ ÙَÙَÙْ ÙَاÙَ Ø°َا ÙُرْبَÙٰ ۖ ÙَبِعَÙْدِ اÙÙّٰÙÙِ Ø£َÙْÙُÙا۟ ۚ Ø°ٰÙِÙُÙ
ْ ÙَصَّÙ®ٰÙُÙ
بِÙِÛ¦ ÙَعَÙَّÙُÙ
ْ تَØ°َÙَّرُÙÙَDan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dgn cara yg lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dgn adil. Kami tak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adlh kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. (QS. Al An’am: 152) ÙَØ£َÙَّ ÙٰØ°َا صِرٰØ·ِÙ Ù
ُسْتَÙِÙÙ
ًا ÙَاتَّبِعُÙÙُ ۖ ÙَÙَا تَتَّبِعُÙا۟ اÙسُّبُÙَ ÙَتَÙَرَّÙَ بِÙُÙ
ْ عَ٠سَبِÙÙِÙِÛ¦ ۚ Ø°ٰÙِÙُÙ
ْ ÙَصَّÙ®ٰÙُÙ
بِÙِÛ¦ ÙَعَÙَّÙُÙ
ْ تَتَّÙُÙÙَdan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adlh jalan-Ku yg lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS. Al An’am: 153) Pendidikan Karakter harus mempunyai nilai dlm rangka character building, karena Nilai dpt diartikan sebagai seperangkat moralitas yg paling abstrak dan seperangkat keyakinan / perasaan yg diyakini sebagai suatu idealitas dan memberikan corak khusus pd pola pemikiran, perasaan, dan perilaku. Misalnya nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai keadilan, nilai moral, baik itu kebaikan maupun kejelekan. [Muslim Nurdin dkk., Moral dan Kognisi Islam, ( Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 209] Secara garis besar nilai dibagi dlm dua kelompok, yaitu nilai-nilai nurani (values of being) dan nilai-nilai memberi (values of giving). Nilai-nilai nurani adlh nilai yg ada dlm diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain. Sedangkan nilai memberi adlh nilai yg perlu dipraktikan / diberikan yg kemudian akan diterima sebanyak yg diberikan [Zaim Mubarak, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 7.] Nilai agama dipandang secara hakiki merupakan nilai yg memiliki dasar kebenaran yg paling kuat dibandingkan dgn nilai-nilai yg lain. Nilai agama bersumber dari kebenaran tertinggi yg datangnya dari Tuhan. Struktur mental manusia dan kebenaran mistik adlh dua sisi unggul yg dimiliki nilai agama dlm mewujudkan keselarasan antara kehendak manusia dgn perintah Tuhan, antara ucapan dan tindakan / antara I’tikad dgn perbuatan [Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), hal. 33.] Pendidikan karakter dpt dimaknai dgn pendidikan moral, pendidikan watak, / pendidikan budi pekerti yg memiliki tujuan untk mengembangkan kemampuan masyarakat untk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yg baik, dan mewujudkan kebaikan itu dlm kehidupan sehari-hari dgn sepenuh hati. Pendidikan karakter adlh suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga bangsa yg meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, / kemauan dan tindakan untk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil. Karakter sama dgn akhlak dlm pandangan Islam. Pendidikan karakter dlm pengertian sederhana adlh semua hal positif yg dilakukan pendidik, ustadz, mubaligh ulama, dst dan memberikan pengaruh pd karakter bangsa yg diajarinya. Pendidikan karakter adlh proses pemberian tuntunan kepada generasi bangsa untk menjadi manusia seutuhnya yg berkarakter dlm dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Dalam desain induk character building, pendidikan karakter disebutkan bahwa karakter terdiri atas 3 nilai operatif yg meliputi pengetahuan tentang moral (moral knowing, aspek kognitif), perasaan berlandaskan moral (moral feeling, aspek afektif), dan perilaku berlandaskan moral (moral behavior, aspek psikomotor). Menurut Ahmad Taufiq dan Muhammad Rohmadi, moral akhlak yg kokoh (Matin al-KhÅ«luq) penting dimiliki umat manusia sehingga Rasulullah diutus untk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri yg telah mencontohkan kepada kita akhlak yg agung dlm Al-Qur’an.
source : http://pinterest.com, http://fb.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar