Sabtu, 19 September 2015

[2014] Green Street Hooligan (2005)

Green Street Hooligan (2005)

ohmlukas.blogspot.com - Rottentomatoes : 46% (5.5/10)
IMDb: 7,5/10
Metacritic: 55/100
NikenBicaraFilm: 3,5/5

Rated: R
Genre : Drama
Directed by Lexi Alexander ; Produced by Donald Zuckerman, Deborah Del Prete ; Written by Lexi Alexander, Dougie Brimson, Josh Shelov ; Narrated by Elijah Wood ; Starring Elijah Wood, Charlie Hunnam, Claire Forlani, Leo Gregory ; Music by Terence Jay ; Distributed by Baker Street, OddLot Entertainment ; Release date(s) September 9, 2005 ; Running time 109 min. ; Country United Kingdom, United States ; Language English

Story / Cerita / Sinopsis : Matt Buckner(Elijah Wood) baru saja dikeluarkan dari jurusan jurnalisme di Harvard karena ditemukannya obat bius di dlm kamarnya - yg sebenarnya adlh milik roommate-nya yg jahat. Matt kemudian memutuskan untk ke England mengunjungi kakak perempuannya Shannon (Claire Forlani) yg sudah menikah dgn Steve (Marc Warren). Matt kemudian menjalin pertemanan dgn adik laki-laki Steve, Pete (Charlie Hunnam) yg kemudian memperkenalkan Matt dgn dunianya: sebuah genk (they called it firm) supporter klub sepakbola West Ham United yg tengah berupaya meningkatkan reputasinya di antara genk-genk lainnya.

Review / Resensi:
Gag ada yg lebih nikmat emang daripada menonton film yg penuh dgn cowok-cowok Inggris dgn aksen Inggrisnya yg totally hot. Green Street Hooligans menceritakan tentang sebuah genk pemuja klub sepak bola, yg pastinya anggotanya adlh cowok-cowok Inggris yg hobi berkelahi. Whoaaa... adakah yg lebih seksi dari cockney badboy? Tapi harapan saya sedikit menjadi buyar karena tokoh utamanya adlh seorang mantan hobbit dgn bulu mata yg lentik : Elijah Wood. Sungguh, kesalahan dimulai sejak pemilihan aktor utama. Masih kebayang di otak saya Elijah Wood memerankan Mr. Frodo di Lord of The Ring yg agak lemah. Melepaskan imej-nya sebagai cowok baik-baik dgn tampang imut-imut masih sangat susah untk dilakukan oleh seorang Elijah Wood.

Wood sebenarnya berakting paling baik di sini - mungkin karena pengalamannya jauh lebih banyak dari aktor-aktor lainnya di sini, cuma kelemahannya memang adlh karakter face-nya yg mustahil untk tampil garang. Sedangkan aktor-aktor lainnya di sini berakting dgn sangat lemah. Akting mereka sama sekali gag meyakinkan, bahkan termasuk Charlie Hunnam - second character yg namanya nampang di poster film. Padahal dia termasuk cukup sentral di sini. Untung Charlie Hunnam sempet tampil shirtless di sini jadi setidaknya menambah poin plus di mata saya.

Semakin bertambah parah, karena adanya naskah dan alur cerita yg lemah. Setelah mencapai klimaks film, film ni kemudian berubah menjadi film ala drama yg klise dan sangat mudah ditebak. Saya pikir ni akan menjadi film jantan yg keras (*namanya aja udah ada hooligans-nya!) ala Fight Club, tapi hasilnya adlh film drama yg chesst. Dialog-dialognya sangat average dan tak kuat. Belum lagi pesan moral macam apa yg hendak ditampilkan oleh sang penulis naskah? Okelah pd awalnya film ni bercerita mengenai loyalitas dan persahabatan. Tapi persahabatan macam apa yg saling mengundang bahaya dgn sok cari musuh? Ada banyak adegan perkelahian di sini, seolah-olah ingin menonjolkan berandalan hooligan di Inggris sana yg bertarung tanpa alasan yg jelas selain meraih reputasi sebagai genk yg paling kuat. Tidak ada motivasi yg kuat dan bisa dipercaya. Dan biarpun film ni tentang genk yg awalnya dibentuk sebagai fans football, adegan sepakbolanya sendiri cuma nampil satu kali. Selebihnya perkelahian-perkelahian lainnya terjadi bahkan ketika pertandingan belum berjalan. Mengutip dari salah satu kritikus yg saya baca komentarnya mengenai film ini, film ni seolah-olah hendak menyampaikan suatu pesan:
We learn that violence is bad, except when it feels good, or helps solve our problems - Gary Thompson, Philadelphia Daily News.

*Watch out! Kalimat berikut mengandung Spoiler* Dan ketika Pete akhirnya tersungkur tak bernyawa pd perkelahian di akhir film, tak ada kesedihan yg muncul di benak saya. Yang ada malah : Sukurin! Semua jg tahu bahwa hal-hal sok jagoan macam gini mungkin awalnya menyenangkan, tapi semua jg sudah tahu kalo nyawa berpeluang besar melayang...*oke, spoiler berakhir*.

Banyak konflik-konflik yg kemudian dilibatkan, berakhir di ‘awang-awang’ tanpa eksekusi yg manis. Contohnya, kayak bagaimana Matt berantem ama Bapaknya sendiri yg kerja sebagai jurnalis, serta bagaimana kakak perempuannya itu langsung pergi ke Inggris setelah ibu mereka meninggal. Hal ni disampaikan di film, tapi nyatanya gag ada penyelesaian yg jelas sampai akhir. Intinya, perjalanan Matt ke England dan kemudian ia mulai belajar berkelahi (*once again, tanpa alasan yg jelas*), mengajarkan kepada Matt bahwa ia harus melawan. Makanya, *spoiler starts* di akhir film Matt akhirnya berani untk melawan roommatenya yg ngeselin yg membuatnya harus keluar dari universitas terbaik di dunia. Tapi saya pikir, kenapa kayak gini aja harus nunggu belajar berkelahi dan harus nunggu dulu sampai ada yg mati?! *spoiler end*.
Last, saya pribadi sih jg berharap, namanya jg film Inggris, bahwa film ni akan dipenuhi oleh lagu-lagu dari musisi negeri itu. Ohhh... harapan saya itu pun jg pupus sudah bersamaan dgn bulu mata lentik Elijah Wood. Arghhhhh...
Tidak direkomendasikan untuk:
Penggemar sepakbola. Cerita ni adlh sebuah melodramatik yg kebetulan aja melibatkan fans sepakbola.

source : http://youtube.com, http://tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

D.M.C.A Disclaimer of Lukas Blog - All contents published under GNU General Public License.
All images/photos/videos found in this site reserved by its respective owners. We does not upload or host any files.