Sabtu, 05 Desember 2015

Demi Cintanya, Sang Suami Berbohong Terhadap Istrinya - tips

Demi Cintanya, Sang Suami Berbohong Terhadap Istrinya
ohmlukas.blogspot.com - Pernikahan itu telah berjalan 4 tahun, tapi pasangan suami istri itu belum dikaruniai seorang anak. Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik: kok belum punya anak jg ya, masalahnya di siapa ya? Suaminya / istrinya ya? Dari berbisik-bisik, akhirnya menjadi berisik.
Tanpa sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi ke salah seorang dokter untk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan bahwa sang istri adlh seorang wanita yg mandul, sementara sang suami tak ada masalah apa pun dan tak ada harapan bagi sang istri untk sembuh dlm arti tak peluang baginya untk hamil dan mempunyai anak.
Melihat hasil seperti itu, sang suami mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, lalu menyambungnya dgn ucapan: Alhamdulillah.
Sang suami seorang diri memasuki ruang dokter dgn membawa hasil lab dan sama sekali tak memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri menunggu di ruang tunggu perempuan yg terpisah dari kaum laki-laki.
Sang suami berkata kepada sang dokter: Saya akan panggil istri saya untk masuk ruangan, akan tetapi, tolong, nanti anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya ada di saya, sementara dia tak ada masalah apa-apa.
Kontan saja sang dokter menolak dan terheran-heran. Akan tetapi sang suami terus memaksa sang dokter, akhirnya sang dokter setuju untk mengatakan kepada sang istri bahwa masalah tak datangnya keturunan ada pd sang suami dan bukan ada pd sang istri.
Sang suami memanggil sang istri yg telah lama menunggunya, dan tampak pd wajahnya kesedihan dan kemuraman. Lalu bersama sang istri ia memasuki ruang dokter. Maka sang dokter membuka amplop hasil lab, lalu membaca dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata: ...Oooh, kamu -wahai fulan- yg mandul, sementara istrimu tak ada masalah, dan tak ada harapan bagimu untk sembuh.
Mendengar pengumuman sang dokter, sang suami berkata: inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, dan terlihat pd raut wajahnya wajah seseorang yg menyerah kepada qadha dan qadar Allah SWT.
Lalu pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya, dan secara perlahan tapi pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat dan sanak saudara.
Lima tahun berlalu dari peristiwa tersebut dan sepasang suami istri bersabar, sampai akhirnya datanglah detik-detik yg sangat menegangkan, di mana sang istri berkata kepada suaminya: Wahai fulan, saya telah bersabar selama 9 tahun, saya tahan-tahan untk bersabar dan tak meminta cerai darimu, dan selama ni semua orang berkata: betapa baik dan shalihah-nya sang istri itu yg terus setia mendampingi suaminya selama Sembilan tahun, padahal dia tahu kalau dari suaminya, ia tak akan memperoleh keturunan. Namun, sekarang rasanya saya sudah tak bisa bersabar lagi, saya ingin agar engkau segera menceraikan saya, agar saya bisa menikah dgn lelaki lain dan mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa melihat anak-anakku, menimangnya dan mengasuhnya.
Mendengar emosi sang istri yg memuncak, sang suami berkata: istriku, ni cobaan dari Allah SWT, kita mesti bersabar, kita mesti ... mesti ... dan mesti ... Singkatnya, bagi sang istri, suaminya malah berceramah di hadapannya.
Akhirnya sang istri berkata: OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat, hanya satu tahun, tak lebih.
Sang suami setuju, dan dlm dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah SWT memberi jalan keluar yg terbaik bagi keduanya.
Beberapa hari kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh sakit, dan hasil lab mengatakan bahwa sang istri mengalami gagal ginjal.
Mendengar keterangan tersebut, jatuhnya psikologis sang istri, dan mulailah memuncak emosinya. Ia berkata kepada suaminya: Semua ni gara-gara kamu, selama ni aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini, kenapa selama ni kamu tak segera menceraikan saya, saya kan ingin punya anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan ... saya kan ...
Sang istri pun bedrest di rumah sakit.
Di saat yg genting itu, tiba-tiba suaminya berkata: Maaf, saya ada tugas keluar negeri, dan saya berharap semoga engkau baik-baik saja.
Haah, pergi? Kata sang istri.
Ya, saya akan pergi karena tugas dan sekalian mencari donatur ginjal, semoga dapat. Kata sang suami.
Sehari sebelum operasi, datanglah sang donatur ke tempat pembaringan sang istri. Maka disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur.
Saat itu sang istri teringat suaminya yg pergi, ia berkata dlm dirinya: Suami apa an dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku terkapar dlm ruang bedah operasi.
Operasi berhasil dgn sangat baik. Setelah satu pekan, suaminya datang, dan tampaklah pd wajahnya tanda-tanda orang yg kelelahan.
Ketahuilah bahwa sang donatur itu tak ada lain orang melainkan sang suami itu sendiri. Ya, suaminya telah menghibahkan satu ginjalnya untk istrinya, tanpa sepengetahuan sang istri, tetangga dan siapa pun selain dokter yg dipesannya agar menutup rapat rahasia tersebut.
Dan subhanallah ...
Setelah 9 bulan dari operasi itu, sang istri melahirkan anak. Maka bergembiralah suami istri tersebut, keluarga besar dan para tetangga.
Suasana rumah tangga kembali normal, dan sang suami telah menyelesaikan studi S2 dan S3-nya di sebuah fakultas syari'ah dan telah bekerja sebagai seorang panitera di sebuah pengadilan di Jeddah. Ia pun telah menyelesaikan hafalan Al-Qur'an dan mendapatkan sanad dgn riwayat Hafs, dari 'Ashim.
Pada suatu hari, sang suami ada tugas dinas jauh, dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja, buku harian yg selama ni ia sembunyikan. Dan tanpa sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut, membuka-bukanya dan membacanya.
Hampir saja ia terjatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia menangis meraung-raung. Setelah agak reda, ia menelpon suaminya, dan menangis sejadi-jadinya, ia berkali-kali mengulang permohonan maaf dari suaminya. Sang suami hanya dpt membalas suara telpon istrinya dgn menangis pula.
Dan setelah peristiwa tersebut, selama tiga bulanan, sang istri tak berani menatap wajah suaminya. Jika ada keperluan, ia berbicara dgn menundukkan mukanya, tak ada kekuatan untk memandangnya sama sekali.
Selang beberapa waktu sang isteri meninggal dunia karena kelainan pd organ ginjalnya. Betapa terpukulnya sang suami dan sejak saat itulah sang suami berjanji akan merawat anak semata wayangnya dan tak akan menikah lagi demi cintanya pd sang istri.


Bagikan tausiyah ni kepada teman-temanmu dgn meng-klik 'bagikan'/'share'



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

D.M.C.A Disclaimer of Lukas Blog - All contents published under GNU General Public License.
All images/photos/videos found in this site reserved by its respective owners. We does not upload or host any files.