ohmlukas.blogspot.com - Sudah dilihat
kali.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu
Ustadz, seringkali ana mendapatkan email yg berisikan suatu kisah/cerita yg dimaksudkan agar kita mengambil hikmah didalamnya ataupun dimaksudkan sbg dakwah.
Yg ingin ana tanyakan adlh bagaimana hukum kisah/cerita hikmah tsb jika:
1. Kisah/cerita tsb merupakan kisah nyata.
2. Kisah/certia tsb merupakan karangan saja.
3. Kisah tsb merupakan kisah nyata tapi berasal dari sumber non-muslim yg kemudian diubah redaksinya menjadi kisah yg "islami."
Jazakallahu khairan
Jawaban:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu, wa jazakumullah khairan.
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أما بعد: Untuk menjawab pertanyaan di atas, mari perhatikan beberapa poin di bawah ini:
Pertama, kisah / cerita asal hukumnya diperbolehkan jika kisah itu benar, dalilnya adlh beberapa ayat suci yg ada di dlm Al Quran Al Karim yg menunjukkan akan kebolehan bercerita, dari ayat-ayat yg menunjukkan akan hal tersebut misalnya:
{ لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ}
"Sesungguhnya pd kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yg mempunyai akal. al-Qur'an itu bukanlah cerita yg dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yg sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yg beriman". [QS. Yusuf : 111].
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ }
"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yg benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Rabb mereka; tak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tak (pula) mereka bersedih hati". [QS. Al Baqarah : 62].
{لَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ }
"Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dgn ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yg rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yg mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir". [QS. Al A’raf : 176].
{نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَا الْقُرْآنَ وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ}
"Kami menceritakan kepadamu kisah yg paling baik dgn mewahyukan al-Qur'an ni kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adlh termasuk orang-orang yg belum mengetahui". [QS. Yusuf : 3].
{فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ }
"Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dgn kemalu-maluan, ia berkata:"Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami".Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya).Syu'aib berkata:"Janganlah kamu takut.Kamu telah selamat dari orang-orang yg zalim itu". [QS. Al Qashash : 25].
Dan kalau kita perhatikan Al Quran Al Karim, maka akan kita dapatkan penuh dgn cerita-cerita umat-umat terdahulu, semenjak Nabi Adam sampai kepada Nabi Muhammad 'alaihimash shalatu wassalam, agar kaum muslimin bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah tersebut. Wallahu a'lam
Kedua, Cerita-cerita yg ada di dlm Al Quran Al Karim, hadits-hadits yg shahih, cerita-cerita para shahabat radhiyallahu 'anhum, para tabi'in, para ulama setelahnya rahimahumullah dgn sanad yg benar maka sudah mencukupi untk dijadikan sebagai bahan renungan, dakwah, nasehat dan sebagainya, yg bermanfa'at bagi umat manusia khususnya umat muslim.
Ketiga, Berbohong adlh dosa besar sebagaimana yg disebutkan oleh para ulama yg mengarang kitab tentang dosa-dosa besar, diantaranya Imam Adz Dzahabi dan yg lainnya rahimahumullah, karena dosa berbohong di ancam masuk neraka. Hadits-hadits yg berkenaan dgn dosa berbohong:
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا ، وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ ، حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا.
"Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan menunjukkan kepada surga, sesungguhnya seseorang benar-benar berkata jujur sehingga ia menjadi shiddiq (orang yg terpercaya), dan sesungguhnya dusta menunjukkan kepada perbuatan dosa dan perbuatan dosa menunjukkan kepada neraka dan sungguh seseorang benar-benar berdusta sehingga ditulis di sisi Allah sebagai tukang dusta". [Hadits riwayat Bukhari dan Muslim].
مِنْ أَفْرَى الْفِرَى أَنْ يُرِىَ عَيْنَيْهِ مَا لَمْ تَرَ.
"Termasuk dari dusta yg paling besar adlh kedua matanya memperlihatkan (menceritakan) sesuatu yg tak pernah dilihat olehnya." [Hadits riwayat Bukhari].
فَانْطَلَقْنَا فَأَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مُسْتَلْقٍ لِقَفَاهُ ، وَإِذَا آخَرُ قَائِمٌ عَلَيْهِ بِكَلُّوبٍ مِنْ حَدِيدٍ ، وَإِذَا هُوَ يَأْتِى أَحَدَ شِقَّىْ وَجْهِهِ فَيُشَرْشِرُ شِدْقَهُ إِلَى قَفَاهُ ، وَمَنْخِرَهُ إِلَى قَفَاهُ وَعَيْنَهُ إِلَى قَفَاهُ - قَالَ وَرُبَّمَا قَالَ أَبُو رَجَاءٍ فَيَشُقُّ - قَالَ ثُمَّ يَتَحَوَّلُ إِلَى الْجَانِبِ الآخَرِ ، فَيَفْعَلُ بِهِ مِثْلَ مَا فَعَلَ بِالْجَانِبِ الأَوَّلِ ، فَمَا يَفْرُغُ مِنْ ذَلِكَ الْجَانِبِ حَتَّى يَصِحَّ ذَلِكَ الْجَانِبُ كَمَا كَانَ ، ثُمَّ يَعُودُ عَلَيْهِ فَيَفْعَلُ مِثْلَ مَا فَعَلَ الْمَرَّةَ الأُولَى . قَالَ قُلْتُ سُبْحَانَ اللَّهِ مَا هَذَانِ... وَأَمَّا الرَّجُلُ الَّذِى أَتَيْتَ عَلَيْهِ يُشَرْشَرُ شِدْقُهُ إِلَى قَفَاهُ ، وَمَنْخِرُهُ إِلَى قَفَاهُ ، وَعَيْنُهُ إِلَى قَفَاهُ ، فَإِنَّهُ الرَّجُلُ يَغْدُو مِنْ بَيْتِهِ فَيَكْذِبُ الْكَذْبَةَ تَبْلُغُ الآفَاقَ.
lalu kami berangkat mendatangi seseorang yg berbaring terlentang, dan seorang lagi berdiri di sampingnya sambil memegang serokan besi pengait bara, lalu menghampiri muka temannya dan mengoyak mulut hingga ke tengkuknya dan tulang hidungnya hingga ke tengkuknya, dan matanya hingga ke tengkuknya, lalu dia berpindah ke sisi tubuh temannya bagian yg lain, lalu melakukan hal yg serupa, tatkala selesai mengoyak bagian kedua, sisi tubuh bagian pertama kembali seperti sedia kala, dan dia mengulanginya lagi seperti kali pertama, aku berkata: Subhanallah (Maha suci Allah)! Siapa mereka berdua?...Adapun lelaki yg mulut, hidung dan matanya dikoyak hingga tengkuknya, adlh seorang yg keluar dari rumahnya, lalu memberitakan kabar bohong yg samapi ke seluruh penjuru dunia. [HR. Bukhari]
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ. رواه مسلم
"Cukuplah seorang manusia dikatakan telah berdusta, jika ia mengatakan tiap sesuatu yg ia dengar." [Hadits riwayat Muslim]
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ، وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا، وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ، وَإِنْ كَانَ مَازِحًا، وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسُنَ خُلْقُهُ.
"Aku penjamin sebuah rumah di kebun surga bagi siapa yg meninggalkan pertikaian meskipun ia benar, dan penjamin sebuah rumah di tengah-tengah surga bagi siapa yg meninggalkan dusta meskipun ia bercanda, dan penjamin sebuah rumah di surga yg paling tinggi bagi siapa yg baik akhlaqnya." [Hadits riwayat Abu Daud dan dihasankan oleh Imam Al Albani di dlm kitab Shahihul Jami'].
Keempat, Petunjuk terbaik adlh petunjuknya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, termasuk di dalamnya petunjuk untk berdakwah, karena berdakwah adlh ibadah maka tak ada contoh yg terbaik dlm berdakwah kecuali petunjuk Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Allah Ta'ala berfirman:
{قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
"Katakanlah, "Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yg mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dgn hujjah yg nyata. Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yg musyrik". [QS. Yusuf : 108].
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
"Amma ba'du, maka sesungguhnya sebaik-baiknya perkataan adlh Kitabullahi dan sebaik-baik petunjuk adlh petunjuk Nabi Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adlh yg mengada-ada dan tiap bid'ah itu sesat". [Hadits riwayat Muslim].
Dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tak pernah berdakwah dgn kisah-kisah bohong, begitupula para shahabat beliau radhiyallahu ‘anhum.
Bahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceritakan sebab kebinasaan Bani Israel, tak lain adlh karena mereka mendongeng, berkisah
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ لمَّا هَلَكُوا قَصُّوا
Artinya: Sesungguhnya Bani Israel ketika binasa mereka berdongeng. [HR. Ath Thabarani di dlm kitab Al Mu’jam Al Kabir dan dishahihkan oleh Al Albani di dlm kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 1681].
Ibnu Al Atsir rahimahullah berkata : Arti Ketika binasa mereka berdongeng adlh mereka bersandar kepada ucapan dan meninggalkan amal, maka hal itu penyebab kebinasaan mereka, / kebalikannya, yaitu mereka binasa dgn meninggalkan amal dan akhirnya mereka hanya mendongeng. [Lihat kitab An Nihayah Fi Gharib al Ahadits].
Berkata Al Albani rahimahullah: Dapat jg dikatakan, bahwa sebab kehancuran mereka adlh para dai mereka memperhatikan kisah-kisah dan hikayat tanpa fikih dan ilmu yg bermanfaat yg mengenalkan kepada manusia perihal agama mereka, akhirnya hal itu membawa mereka kepada amal shalih (tanpa ilmu dan pemahaman), maka ketika mereka melakukan itu mereka binasa. Lihat kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 1681.
Berkata Ibnu Al Jauzy rahimahullah: Para Ahli Kisah tak dicela dari sisi namanya ini, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
نَحْنُ نَقصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ القَصَص
Dan jg berfirman:
فَاقْصُص القَصَص
Tetapi para ahli kisah dicela, karena kebanyakan mereka terlalu mudah menyebutkan kisah-kisah tanpa menyebutkan ilmu yg bermanfaat, kemudian kebanyakan mereka keliru dlm penyampaian dan terkadang bersandar dgn sesuatu yg kebanyakan mustahil. [Lihat kitab Talbis Iblis, hal. 150].
Berkata Al Hafizh Al ‘Iraqy rahimahullah: Termasuk penyakit mereka adlh berbicara kepada kebanyakan orang awam dgn sesuatu yg tak sampai akal mereka kepadanya, maka akhirnya mereka terprosok ke dlm keyakinan-keyakinan yg buruk, ni kalau seandainya cerita itu benar, apalagi kalau seandainya cerita itu sesuatu yg batil!!!. [Lihat kitab Tahdzir al Khawash, karya As Suyuthy, hal. 180].
Berkata Ibnu Al Jauzy rahimahullah: Seorang yg suka berkisah meriwayatkan kepada orang-orang awam hadits-hadits yg munkar, dia menyebutkan kepada mereka yg kalau seandainya dia mencium bau ilmu (sedikit saja dari kisah tersebut), niscaya dia tak akan menceritakannya, akhirnya orang-orang awam keluar dari sisinya belajar hal-hal yg batil, jika ada seorang ahli ilmu yg mengingkari mereka, mereka akan menjawab: Kami telah mendapatkan ni dgn lafazh Akhbarana (telah diberitahukan kepada kami) dan hadatsana (dia telah meriwayatkan kepada kami) (artinya kisah ni ada sanadnya), berapa banyak para ahli kisah merusak makhluk dgn hadits-hadits yg palsu, berapa banyak warna tubuh telah menguning gara-gara kelaparan, berapa banyak yg bertekad untk bepergian ke sebuah tempat, berapa banyak orang yg melarang dirinya dari sesuatu yg telah dihalalkan, berapa banyak yg meninggalkan untk meriwayatkan hadits dgn sangkaan darinya hal itu menyelisihi diri di dlm hawa nafsunya, berapa banyak orang yg menjadikan anaknya yatim dgn sikap zuhudnya padahal dia masih hidup, berapa banyak yg tak mau bergaul dgn istrinya tak menunaikan hak istrinya, maka akhirnya si istri bukanlah seorang yg janda bukan pula seorang yg mempunyai suami. [Lihat kitab al Maudhu’at, 1/32].
Perkataan Ibnu Al Jauzy di atas menjelaskan bahwa berapa banyak penyimpangan-penyimpangan syariat dilakukan oleh sebagian orang akibat cerita-cerita palsu yg mereka dgn dari para ahli kisah, berupa kisah zuhud, wara’ dan sebagainya.
Dari sinilah sebagian ulama terdahulu mencela para ahli kisah ni di dlm rangka berdakwah:
Ahmad bin Hanbal berkata: Manusia yg paling pendusta adlh para ahli kisah dan para peminta-minta, sungguh orang-orang sangat membutuhkan para ahli kisah yg jujur, karena mereka menyebutkan kematian dan siksa kubur, kemudian beliau ditanya: Apakah engkau menghadiri perkumpulannya?, beliau menjawab: Tidak. Lihat kitab Al Adab Asy Syar’iyyah, karya Ibnu Muflih Al Hanbaly, 2/82.
InsyaAllah dari poin-poin yg sudah disampaikan di atas bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, wallahu a’lam.

*) Ditulis oleh Ahmad Zainuddin, Jumat 21 Al Muharram 1433H, Dammam KSA.
Sumber : http://dakwahsunnah.com/artikel/tanyajawab/38-hukum-berdakwah-dengan-cerita-dusta

Ustadz, seringkali ana mendapatkan email yg berisikan suatu kisah/cerita yg dimaksudkan agar kita mengambil hikmah didalamnya ataupun dimaksudkan sbg dakwah.
Yg ingin ana tanyakan adlh bagaimana hukum kisah/cerita hikmah tsb jika:
1. Kisah/cerita tsb merupakan kisah nyata.
2. Kisah/certia tsb merupakan karangan saja.
3. Kisah tsb merupakan kisah nyata tapi berasal dari sumber non-muslim yg kemudian diubah redaksinya menjadi kisah yg "islami."
Jazakallahu khairan
Jawaban:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu, wa jazakumullah khairan.
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أما بعد: Untuk menjawab pertanyaan di atas, mari perhatikan beberapa poin di bawah ini:
Pertama, kisah / cerita asal hukumnya diperbolehkan jika kisah itu benar, dalilnya adlh beberapa ayat suci yg ada di dlm Al Quran Al Karim yg menunjukkan akan kebolehan bercerita, dari ayat-ayat yg menunjukkan akan hal tersebut misalnya:
{ لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ}
"Sesungguhnya pd kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yg mempunyai akal. al-Qur'an itu bukanlah cerita yg dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yg sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yg beriman". [QS. Yusuf : 111].
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ }
"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yg benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Rabb mereka; tak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tak (pula) mereka bersedih hati". [QS. Al Baqarah : 62].
{لَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ }
"Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dgn ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yg rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yg mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir". [QS. Al A’raf : 176].
{نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَا الْقُرْآنَ وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ}
"Kami menceritakan kepadamu kisah yg paling baik dgn mewahyukan al-Qur'an ni kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adlh termasuk orang-orang yg belum mengetahui". [QS. Yusuf : 3].
{فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ }
"Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dgn kemalu-maluan, ia berkata:"Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami".Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya).Syu'aib berkata:"Janganlah kamu takut.Kamu telah selamat dari orang-orang yg zalim itu". [QS. Al Qashash : 25].
Dan kalau kita perhatikan Al Quran Al Karim, maka akan kita dapatkan penuh dgn cerita-cerita umat-umat terdahulu, semenjak Nabi Adam sampai kepada Nabi Muhammad 'alaihimash shalatu wassalam, agar kaum muslimin bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah tersebut. Wallahu a'lam
Kedua, Cerita-cerita yg ada di dlm Al Quran Al Karim, hadits-hadits yg shahih, cerita-cerita para shahabat radhiyallahu 'anhum, para tabi'in, para ulama setelahnya rahimahumullah dgn sanad yg benar maka sudah mencukupi untk dijadikan sebagai bahan renungan, dakwah, nasehat dan sebagainya, yg bermanfa'at bagi umat manusia khususnya umat muslim.
Ketiga, Berbohong adlh dosa besar sebagaimana yg disebutkan oleh para ulama yg mengarang kitab tentang dosa-dosa besar, diantaranya Imam Adz Dzahabi dan yg lainnya rahimahumullah, karena dosa berbohong di ancam masuk neraka. Hadits-hadits yg berkenaan dgn dosa berbohong:
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا ، وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ ، حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا.
"Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan menunjukkan kepada surga, sesungguhnya seseorang benar-benar berkata jujur sehingga ia menjadi shiddiq (orang yg terpercaya), dan sesungguhnya dusta menunjukkan kepada perbuatan dosa dan perbuatan dosa menunjukkan kepada neraka dan sungguh seseorang benar-benar berdusta sehingga ditulis di sisi Allah sebagai tukang dusta". [Hadits riwayat Bukhari dan Muslim].
مِنْ أَفْرَى الْفِرَى أَنْ يُرِىَ عَيْنَيْهِ مَا لَمْ تَرَ.
"Termasuk dari dusta yg paling besar adlh kedua matanya memperlihatkan (menceritakan) sesuatu yg tak pernah dilihat olehnya." [Hadits riwayat Bukhari].
فَانْطَلَقْنَا فَأَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مُسْتَلْقٍ لِقَفَاهُ ، وَإِذَا آخَرُ قَائِمٌ عَلَيْهِ بِكَلُّوبٍ مِنْ حَدِيدٍ ، وَإِذَا هُوَ يَأْتِى أَحَدَ شِقَّىْ وَجْهِهِ فَيُشَرْشِرُ شِدْقَهُ إِلَى قَفَاهُ ، وَمَنْخِرَهُ إِلَى قَفَاهُ وَعَيْنَهُ إِلَى قَفَاهُ - قَالَ وَرُبَّمَا قَالَ أَبُو رَجَاءٍ فَيَشُقُّ - قَالَ ثُمَّ يَتَحَوَّلُ إِلَى الْجَانِبِ الآخَرِ ، فَيَفْعَلُ بِهِ مِثْلَ مَا فَعَلَ بِالْجَانِبِ الأَوَّلِ ، فَمَا يَفْرُغُ مِنْ ذَلِكَ الْجَانِبِ حَتَّى يَصِحَّ ذَلِكَ الْجَانِبُ كَمَا كَانَ ، ثُمَّ يَعُودُ عَلَيْهِ فَيَفْعَلُ مِثْلَ مَا فَعَلَ الْمَرَّةَ الأُولَى . قَالَ قُلْتُ سُبْحَانَ اللَّهِ مَا هَذَانِ... وَأَمَّا الرَّجُلُ الَّذِى أَتَيْتَ عَلَيْهِ يُشَرْشَرُ شِدْقُهُ إِلَى قَفَاهُ ، وَمَنْخِرُهُ إِلَى قَفَاهُ ، وَعَيْنُهُ إِلَى قَفَاهُ ، فَإِنَّهُ الرَّجُلُ يَغْدُو مِنْ بَيْتِهِ فَيَكْذِبُ الْكَذْبَةَ تَبْلُغُ الآفَاقَ.
lalu kami berangkat mendatangi seseorang yg berbaring terlentang, dan seorang lagi berdiri di sampingnya sambil memegang serokan besi pengait bara, lalu menghampiri muka temannya dan mengoyak mulut hingga ke tengkuknya dan tulang hidungnya hingga ke tengkuknya, dan matanya hingga ke tengkuknya, lalu dia berpindah ke sisi tubuh temannya bagian yg lain, lalu melakukan hal yg serupa, tatkala selesai mengoyak bagian kedua, sisi tubuh bagian pertama kembali seperti sedia kala, dan dia mengulanginya lagi seperti kali pertama, aku berkata: Subhanallah (Maha suci Allah)! Siapa mereka berdua?...Adapun lelaki yg mulut, hidung dan matanya dikoyak hingga tengkuknya, adlh seorang yg keluar dari rumahnya, lalu memberitakan kabar bohong yg samapi ke seluruh penjuru dunia. [HR. Bukhari]
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ. رواه مسلم
"Cukuplah seorang manusia dikatakan telah berdusta, jika ia mengatakan tiap sesuatu yg ia dengar." [Hadits riwayat Muslim]
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ، وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا، وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ، وَإِنْ كَانَ مَازِحًا، وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسُنَ خُلْقُهُ.
"Aku penjamin sebuah rumah di kebun surga bagi siapa yg meninggalkan pertikaian meskipun ia benar, dan penjamin sebuah rumah di tengah-tengah surga bagi siapa yg meninggalkan dusta meskipun ia bercanda, dan penjamin sebuah rumah di surga yg paling tinggi bagi siapa yg baik akhlaqnya." [Hadits riwayat Abu Daud dan dihasankan oleh Imam Al Albani di dlm kitab Shahihul Jami'].
Keempat, Petunjuk terbaik adlh petunjuknya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, termasuk di dalamnya petunjuk untk berdakwah, karena berdakwah adlh ibadah maka tak ada contoh yg terbaik dlm berdakwah kecuali petunjuk Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Allah Ta'ala berfirman:
{قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
"Katakanlah, "Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yg mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dgn hujjah yg nyata. Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yg musyrik". [QS. Yusuf : 108].
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
"Amma ba'du, maka sesungguhnya sebaik-baiknya perkataan adlh Kitabullahi dan sebaik-baik petunjuk adlh petunjuk Nabi Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adlh yg mengada-ada dan tiap bid'ah itu sesat". [Hadits riwayat Muslim].
Dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tak pernah berdakwah dgn kisah-kisah bohong, begitupula para shahabat beliau radhiyallahu ‘anhum.
Bahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceritakan sebab kebinasaan Bani Israel, tak lain adlh karena mereka mendongeng, berkisah
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ لمَّا هَلَكُوا قَصُّوا
Artinya: Sesungguhnya Bani Israel ketika binasa mereka berdongeng. [HR. Ath Thabarani di dlm kitab Al Mu’jam Al Kabir dan dishahihkan oleh Al Albani di dlm kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 1681].
Ibnu Al Atsir rahimahullah berkata : Arti Ketika binasa mereka berdongeng adlh mereka bersandar kepada ucapan dan meninggalkan amal, maka hal itu penyebab kebinasaan mereka, / kebalikannya, yaitu mereka binasa dgn meninggalkan amal dan akhirnya mereka hanya mendongeng. [Lihat kitab An Nihayah Fi Gharib al Ahadits].
Berkata Al Albani rahimahullah: Dapat jg dikatakan, bahwa sebab kehancuran mereka adlh para dai mereka memperhatikan kisah-kisah dan hikayat tanpa fikih dan ilmu yg bermanfaat yg mengenalkan kepada manusia perihal agama mereka, akhirnya hal itu membawa mereka kepada amal shalih (tanpa ilmu dan pemahaman), maka ketika mereka melakukan itu mereka binasa. Lihat kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 1681.
Berkata Ibnu Al Jauzy rahimahullah: Para Ahli Kisah tak dicela dari sisi namanya ini, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
نَحْنُ نَقصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ القَصَص
Dan jg berfirman:
فَاقْصُص القَصَص
Tetapi para ahli kisah dicela, karena kebanyakan mereka terlalu mudah menyebutkan kisah-kisah tanpa menyebutkan ilmu yg bermanfaat, kemudian kebanyakan mereka keliru dlm penyampaian dan terkadang bersandar dgn sesuatu yg kebanyakan mustahil. [Lihat kitab Talbis Iblis, hal. 150].
Berkata Al Hafizh Al ‘Iraqy rahimahullah: Termasuk penyakit mereka adlh berbicara kepada kebanyakan orang awam dgn sesuatu yg tak sampai akal mereka kepadanya, maka akhirnya mereka terprosok ke dlm keyakinan-keyakinan yg buruk, ni kalau seandainya cerita itu benar, apalagi kalau seandainya cerita itu sesuatu yg batil!!!. [Lihat kitab Tahdzir al Khawash, karya As Suyuthy, hal. 180].
Berkata Ibnu Al Jauzy rahimahullah: Seorang yg suka berkisah meriwayatkan kepada orang-orang awam hadits-hadits yg munkar, dia menyebutkan kepada mereka yg kalau seandainya dia mencium bau ilmu (sedikit saja dari kisah tersebut), niscaya dia tak akan menceritakannya, akhirnya orang-orang awam keluar dari sisinya belajar hal-hal yg batil, jika ada seorang ahli ilmu yg mengingkari mereka, mereka akan menjawab: Kami telah mendapatkan ni dgn lafazh Akhbarana (telah diberitahukan kepada kami) dan hadatsana (dia telah meriwayatkan kepada kami) (artinya kisah ni ada sanadnya), berapa banyak para ahli kisah merusak makhluk dgn hadits-hadits yg palsu, berapa banyak warna tubuh telah menguning gara-gara kelaparan, berapa banyak yg bertekad untk bepergian ke sebuah tempat, berapa banyak orang yg melarang dirinya dari sesuatu yg telah dihalalkan, berapa banyak yg meninggalkan untk meriwayatkan hadits dgn sangkaan darinya hal itu menyelisihi diri di dlm hawa nafsunya, berapa banyak orang yg menjadikan anaknya yatim dgn sikap zuhudnya padahal dia masih hidup, berapa banyak yg tak mau bergaul dgn istrinya tak menunaikan hak istrinya, maka akhirnya si istri bukanlah seorang yg janda bukan pula seorang yg mempunyai suami. [Lihat kitab al Maudhu’at, 1/32].
Perkataan Ibnu Al Jauzy di atas menjelaskan bahwa berapa banyak penyimpangan-penyimpangan syariat dilakukan oleh sebagian orang akibat cerita-cerita palsu yg mereka dgn dari para ahli kisah, berupa kisah zuhud, wara’ dan sebagainya.
Dari sinilah sebagian ulama terdahulu mencela para ahli kisah ni di dlm rangka berdakwah:
Ahmad bin Hanbal berkata: Manusia yg paling pendusta adlh para ahli kisah dan para peminta-minta, sungguh orang-orang sangat membutuhkan para ahli kisah yg jujur, karena mereka menyebutkan kematian dan siksa kubur, kemudian beliau ditanya: Apakah engkau menghadiri perkumpulannya?, beliau menjawab: Tidak. Lihat kitab Al Adab Asy Syar’iyyah, karya Ibnu Muflih Al Hanbaly, 2/82.
InsyaAllah dari poin-poin yg sudah disampaikan di atas bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, wallahu a’lam.

*) Ditulis oleh Ahmad Zainuddin, Jumat 21 Al Muharram 1433H, Dammam KSA.
Sumber : http://dakwahsunnah.com/artikel/tanyajawab/38-hukum-berdakwah-dengan-cerita-dusta
other source : http://okezone.com, http://abuayaz.blogspot.com, http://news.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar