JAKARTA - Sebagaimana prediksi sejumlah lembaga, perlambatan ekonomi Indonesia terus berlanjut. Hal tersebut tecermin dlm pertumbuhan ekonomi triwulan kedua 2015. Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin merilis pertumbuhan ekonomi pd tiga bulan kedua tahun ni hanya mencapai 4,67 persen. Capaian itu lebih rendah daripada kuartal pertama lalu yg jg tumbuh lambat di level 4,72 persen. Jika dibandingkan dgn pertumbuhan triwulan kedua tahun lalu yg 5,12 persen, kinerja tahun ni jg jauh lebih lambat. Sepanjang semester pertama tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,7 persen. Kepala BPS Suryamin mengatakan, meski perekonomian terus melambat, Indonesia masih jauh dari gejala resesi. ”Resesi itu kalau minimal dua kuartal berturut-turut growth-nya negatif. Jadi, kalau masih 4,67 persen, ya bukan resesi,” katanya. Terkait pertumbuhan ekonomi di semester kedua, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Suhariyanto menuturkan, akan berat bagi pemerintah mengejar pertumbuhan di atas 5 persen. Pada semester kedua tahun ini, belanja modal pemerintah diharapkan mampu digenjot. Selain itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap diharapkan. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara mengatakan, BI tetap memperkirakan bahwa akan ada perbaikan di triwulan ketiga dan keempat tahun ini. ”Pertumbuhan ekonomi pd triwulan kedua tahun ni yg masih melambat terutama didorong oleh melemahnya pertumbuhan investasi, konsumsi pemerintah, dan konsumsi rumah tangga,” ujarnya. Tirta mengungkapkan, peningkatan pertumbuhan diharapkan didukung akselerasi belanja pemerintah seiring dgn realisasi proyek-proyek infrastruktur. ”Itu sejalan dgn berbagai upaya khusus yg dilakukan pemerintah untk mendorong percepatan realisasi belanja modal. Termasuk menyiapkan perangkat aturan yg diperlukan,” tuturnya. Sementara itu, konsumsi diperkirakan membaik seiring dgn ekspektasi pendapatan yg meningkat dan penyelenggaraan pilkada serentak di triwulan keempat 2015. Selain itu, pelonggaran kebijakan makroprudensial diperkirakan mulai memberikan dampak terhadap aktivitas ekonomi pd semester kedua 2015. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengungkapkan bahwa capaian kinerja ekonomi kali ni cukup mengecewakan dan di bawah ekspektasi semula yg diperkirakan akan mampu berada di level 5 persen. ”Kinerja ekonomi triwulan kedua yg bahkan di bawah capaian triwulan pertama menunjukkan bahwa upaya akselerasi dan stimulasi pertumbuhan ekonomi yg dilakukan pemerintah tak berjalan optimal,” ujarnya. Dia mengakui, memang terdapat peningkatan peran pengeluaran pemerintah, tapi hanya bersifat pengeluaran rutin. Pengeluaran yg memiliki efek pengganda/multiplier effect seperti belanja modal untk infrastruktur masih belum memiliki dampak secara luas bagi perekonomian. Upaya membalikkan tren perlambatan ekonomi pun belum berhasil. ”Penurunan pertumbuhan ni terutama karena daya beli masyarakat yg semakin tertekan,” tambahnya. Faktor pelemahan ekonomi global hanya dampak tambahan, bukan faktor utama. Pasalnya, kontributor ekonomi Indonesia selama ni lebih didominasi konsumsi domestik/swasta, bukan kinerja ekspor-impor. ”Tantangan semester kedua akan semakin berat mengingat tekanan di sektor keuangan akan meningkat di September, terutama terkait stabilitas nilai tukar. Pertumbuhan semester kedua tahun ni hanya akan lebih baik jika nilai tukar dpt dijaga dan cenderung stabil serta realisasi belanja modal dpt diakselerasi. Jika salah satu / salah duanya tak dpt dilakukan, kita masih akan melihat berlanjutnya perlambatan ekonomi,” tuturnya. Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap laju pertumbuhan 4,7 persen sepanjang semester I 2015 menjadi titik nadir alias poin terendah dlm siklus perlambatan ekonomi. ”Setelah ini, (pertumbuhan ekonomi, Red) semester kedua merangkak naik,” ujarnya di Istana Bogor kemarin (5/8). Menurut Jokowi, optimisme itu dilandasi siklus belanja pemerintah yg memang lambat di semester I dan baru menanjak naik signifikan sepanjang semester II tahun ini, terutama mulai Agustus hingga Desember. ”Itu yg akan mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi tak hanya akan dipengaruhi realisasi belanja pemerintah, tapi jg belanja swasta dan BUMN, termasuk faktor eksternal terkait perekonomian global. Apakah masih yakin pertumbuhan ekonomi tahun ni bisa mencapai 5 persen? ”Seperti saya bilang, faktornya banyak, tapi akan kita upayakan,” ucapnya.(ken/dee/owi/gen/c10/sof)
source : http://cnn.com, http://youtube.com, http://infosegalagala.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar