ISTANBUL - Pemerintah Turki mendapat serangan balasan. Setelah dua hari mereka menggempur kelompok militan Islamic State (IS) / ISIS dan Partai Pekerja Kurdi (PKK), kini giliran tentara Turki yg diserang. Pelaku meledakkan bom mobil kemarin (26/7) di Provinsi Diyarbakir. Dua tentara tewas dan empat lainnya menderita luka-luka. Saat kejadian, rombongan tentara sedang menuju ke markas setelah ada panggilan darurat. Di tengah perjalanan, tiba-tiba sebuah mobil yg telah ditempeli bom nyelonong dan meledak. Diyarbakir merupakan provinsi di Tenggara Turki. Penduduk mayoritas wilayah itu adlh warga Kurdi. Sampai kemarin malam, belum ada pelaku yg ditahan dan mengklaim serangan tersebut. ’’Operasi berskala besar akan dilakukan untk menemukan pelaku,’’ ujar pemerintah Turki. Bom bunuh diri itu muncul setelah pemberontak PKK mengancam bahwa mereka tak akan mematuhi kesepakatan damai yg telah berlaku selama ini. PKK berang setelah Turki melakukan serangan udara di basis mereka di Iraq. Sejak Jumat (24/7), Turki memang melancarkan serangan antiteror di dlm dan luar negeri. Markas ISIS dan pemberontak PKK di perbatasan Iraq dan Syria dibumihanguskan dgn artileri dari udara. Di dlm negeri, 590 anggota militan yg mayoritas anggota sayap pemuda PKK ditahan. Termasuk di antaranya seorang anggota senior ISIS di Turki, Abdullah Abdullayev. Dia biasa bertugas merekrut anggota asing untk masuk ISIS. Serangan di perbatasan dan dlm negeri yg dilakukan Turki itu dipicu ledakan yg menewaskan 32 aktivis pd Senin (20/7) serta tewasnya seorang tentara di perbatasan yg berkonfrontasi langsung dgn anggota ISIS pd Kamis (23/7). Selain itu, dua tentara tewas pd Rabu (22/7) dan PKK mengklaim sebagai pelaku. Ditambah dgn tewasnya seorang polisi di Diyarbakir. Aksi teror yg terus-menerus terjadi itulah yg akhirnya membuat pemerintah Turki melancarkan serangan. Meski PKK sebagai pemicu awal, mereka tetap merasa geram begitu markasnya digempur. Tidak diketahui pemicu serangan awal oleh PKK sehingga pemerintah Turki melakukan serangan balasan. Padahal, sejak 2013, PKK di wilayah Turki menandatangani kesepakatan damai dan selama ni terbilang tak ada masalah. Dalam waktu dekat, parlemen Turki membahas mengenai serangan-serangan, baik dari pemerintah maupun PKK tersebut. ’’Gencatan senjata (antara Turki dan PKK, Red) tampaknya sudah usai,’’ kata Profesor Bidang Politik Timur Tengah di Universitas Negeri Missouri David Romano. Dia menambahkan bahwa serangan Turki lebih berfokus kepada PKK jika dibandingkan dgn ISIS. Sebelum gencatan senjata, PKK terus-menerus memberontak agar bisa melepaskan diri dari Turki dan membentuk pemerintahan sendiri. Puluhan ribu nyawa melayang hingga gencatan senjata terjadi dua tahun lalu. Meski, hingga saat ini, belum ada kesepakatan final bagi kedua belah pihak. Di dlm negeri, protes terhadap kebijakan pemerintah merebak di berbagai wilayah. Saat ni situasi di Turki tengah memanas. Kepolisian kerap menggunakan water cannon untk mengusir massa yg mengamuk. Puluhan demonstran di Ankara jg ditahan. Aksi damai ribuan orang yg turun ke jalan di Istanbul kemarin jg dilarang diadakan. Di tempat terpisah, pemerintah menerima dukungan Amerika Serikat (AS) terkait dgn serangan ke markas PKK. Gedung Putih menyatakan bahwa Pemerintah Turki berhak mempertahankan dirinya dari serangan terorisme oleh pemberontak Kurdi. AS mendesak PKK segera melanjutkan pembicaraan damai dgn pemerintah Turki dan kedua belah pihak harus menghindari terjadinya konflik yg lebih jauh. ’’Kami mengutuk serangan teror oleh PKK baru-baru ni dan AS menggolongkan mereka sebagai kelompok teroris,’’ tutur Juru Bicara Gedung Putih Alistair Baskey.(AFP/AP/Reuters/sha/c14/tia)
source : http://imgur.com, http://infosegalagala.blogspot.com, http://detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar