Sabtu, 08 Agustus 2015

Indonesia bangkit Bangun Megaproyek Terintegrasi Senilai Rp 11,2 T

Indonesia bangkit Bangun Megaproyek Terintegrasi Senilai Rp 11,2 T
LUWUK - Tingginya kebutuhan amonia segera dipenuhi dari dlm negeri. Pasar senyawa kimia untk berbagai kebutuhan, mulai pembuatan pupuk hingga bahan peledak itu, mencapai 3 juta ton di Asia dan sekitar 500 ribu ton di Indonesia per tahun. Pembangunan pabrik amonia terbesar di Indonesia tersebut diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Luwuk, Banggai, Sulawesi Tengah, Minggu (2/8). Menempati lahan seluas 192 hektare, investasi proyek itu senilai USD 830 juta / sekitar Rp 11,2 triliun. Dalam pembangunannya, pabrik amonia akan menyerap 2 ribu tenaga kerja. Saat beroperasi, pabrik tersebut akan menyerap paling sedikit 300 tenaga kerja. Pabrik itu mulai beroperasi pd kuartal empat 2017. ’’Sekian tahun pertumbuhan ekonomi kita selalu bertumpu pd konsumsi. Ini harus kita balik ke produksi. Kita negara kaya. Banyak kekayaan di dalamnya. Bahan mentah bisa kita olah,’’ tutur Jokowi. Dalam kesempatan yg sama, Jokowi sekaligus meresmikan megaproyek Pertamina terintegrasi yg terdiri atas Central Processing Plant JOB Pertamina Medco E&P Tomori Sulawesi, pengapalan perdana kargo PT Donggi-Senoro LNG, dan pengoperasian lapangan gas GG Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java. Jika ditotal, seluruh proyek yg diresmikan Jokowi menyerap 10 ribu tenaga kerja untk masa pembangunan dan 1.500 tenaga kerja setelah beroperasi. Gas dari megaproyek Pertamina itulah yg akan dioptimalkan untk pengoperasian pabrik amonia milik PT Surya Esa Perkara Tbk (ESSA) melalui anak usahanya, PT Panca Amara Utama (PAU). Sebab, lokasinya bertetangga. Jadi, selain hemat biaya distribusi, pasokan dijamin berlanjut. Presiden Direktur PAU Garibaldi (Boy) Thohir menuturkan, hal paling penting dari tiap proyek refinery, termasuk pabrik amonia, adlh pasokan gas. Pengirimannya harus dipastikan tersedia dan lancar. ’’Bagi kami, itu ada di sebelah, bertetangga. Selain itu, belajar dari pengalaman, hal sulit lainnya dari tiap proyek besar adlh lahan. Baik soal pembebasan, proses sertifikasi, maupun lainnya. Kita sudah miliki semua itu,’’ ungkapnya. Boy menjelaskan, Indonesia harus yakin dan mampu mewujudkan sebuah proyek besar. Selanjutnya, diharapkan muncul lagi proyek besar lainnya. ’’Saya pikir kita harus mulai bantu pemerintah mewujudkan cita-citanya bahwa sumber daya alam tak dijual langsung, harus diolah dan diproduki di dlm negeri untk memberikan nilai tambah,’’ paparnya. Potensi pasar amonia, kata Boy, sangat besar. Bukan hanya di dlm negeri, tetapi jg global. Meski begitu, hasil produksi untk tahap awal akan diarahkan ke pasar dlm negeri lebih dulu. Terutama untk memenuhi kebutuhan produksi pupuk. Direktur Eksekutif PAU Vinod Laroya mengungkapkan, kawasan Asia mengimpor sekitar 3 juta ton amonia per tahun. Sementara itu, Indonesia mengimpor 400 ribu ton-500 ribu ton amonia per tahun. ’’Itu saja sudah menjadi gambaran besarnya pasar amonia. Tentu tujuannya agar Indonesia mengurangi impor jika kebutuhan amonia bisa dari dlm negeri,’’ tegasnya. Bagi ESSA dan PAU, pembangunan pabrik amonia tersebut merupakan proyek terbesar yg pernah dilakukan. Selain itu, pembangunan pabrik tersebut akan menjadi sejarah bagi Indonesia karena memiliki pabrik kimia yg menjadi bahan dasar kebutuhan berbagai industri itu dlm kapasitas besar. Belum banyak negara yg memiliki fasilitas produksi amonia. Vinod menyebutkan, pabriknya akan menggunakan teknologi paling modern di dunia, yaitu KBR reforming exchanger system (KRES) dan purifier dari Kellogg Brown & Root (Houston, AS) dgn kelebihan konsumsi energi yg efisien. ’’Baru ada dua / tiga saja pabrik di dunia yg bisa gunakan teknologi KRES,’’ ucapnya. Pabrik amonia PAU memiliki kapasitas produksi 700 ribu ton per tahun. Pada tahap awal, gas yg akan dipasok dari blok Senoro-Toili itu mencapai 55 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Untuk memenuhi kebutuhan dana investasi USD 830 juta, PAU sebelumnya mendapat pinjaman sindikasi USD 509 juta dari konsorsium perbankan yg dipimpin International Finance Corporation (IFC) bersama tujuh bank lainnya. ’’Dalam masa konstruksi, konten lokal yg digunakan 61 persen dari biaya proyek dan 87 persen dari beban usaha yg akan dibelanjakan di Indonesia,’’ papar Vinod. (gen/c15/oki)

source : http://flickr.com, http://dailymotion.com, http://infosegalagala.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

D.M.C.A Disclaimer of Lukas Blog - All contents published under GNU General Public License.
All images/photos/videos found in this site reserved by its respective owners. We does not upload or host any files.