ohmlukas.blogspot.com - Sebelum memeluk Islam, saya hanya mengenalnya seperti orang kebanyakan, yakni Islam adlh teroris dan wanitanya berpakaian tertutup. Sayang sekali saya mendapati sebagian Muslim tak mengamalkan ajaran Islam dan mereka tak mewakili Islam dgn benar. Mereka memberikan gambaran Islam yg salah, ujar Jasmine Crawford kecewa.
Jasmine Crawford, warga New York AS ni mengungkapkan kekesalannya pd Muslimin yg justru mencoreng nama baik Islam. Namun, hidayah tak akan salah jalan. Jika Allah menghendaki memberikan hidayah kepada seseorang maka tak ada yg mampu menghalanginya. Meski Jasmine mengenal Islam dgn imej yg buruk, ia justru mempelajarinya kemudian mendapatkan manisnya hidayah.
Ditayangkan dlm program They Chose Islam The Algerian TV, Jasmine mengisahkan perjalanannya menuju hidayah tersebut. Dengan imej Islam yg buruk di kalangan warga AS, Jasmine pun berkesimpulan Islam hanyalah gaya hidup semata, bukan agama. Ia pun amat tak tertarik dgn agama akhir zaman ini. Hingga kemudian, Jasmine memiliki teman Muslim.
Dari situlah, pandangan Jasmine mulai berubah. Tak hanya satu, ia pun kemudian bergaul dgn lebih banyak Muslim untk lebih mengenal Islam. Begitulah saya mengenal Islam karena saya memiliki beberapa teman Muslim, ujarnya tersenyum.
Maka, dimulailah pencarian hidayah itu. Jasmine yg merupakan seorang Katholik taat mulai mempelajari berbagai agama. Tak hanya Islam, ia jg mempelajari Kristen dan Yahudi. Namun, di ujung pencariannya, ia memilih menjadi seorang Muslimah.
Saya mempelajari berbagai agama. Awalnya saya bermaksud sekadar belajar. Tapi, semakin banyak saya belajar, semakin saya tertarik pd Islam. Saya kemudian memilih Islam karena saya percaya ni adlh ajaran yg benar. Saya memohon kepada Allah agar membimbing saya dan memberi saya petunjuk, ujarnya dgn mata berbinar.
Namun, Jasmine tentu tak begitu saja menerima Islam. Dia jg tak begitu saja mempercayai Islam. Terdapat hal yg menarik bagi Jasmine hingga ia memutuskan menjadi mualaf. Hal menarik tersebut yakni kelogisan Islam yg dpt terlihat dari kemurnian Alquran.
Setelah memeluk Islam, Jasmine pun tak merasakan adanya hambatan yg biasa menguji para mualaf. Keluarganya menerima bahkan mendukungnya menjadi seorang Muslimah.
Alhamdulillah, hubungan saya dgn orang tua sangat baik. Saya sangat mencintai mereka. Saat baru mempelajari Islam, ayah jatuh sakit karena kanker. Ayah meninggal pd Juli 2011 lalu. Ibu saya pun seorang yg sangat baik dan terbaik. Alhamdulillah, dia membantu saya dlm banyak hal. Dia membangunkan saya untk shalat Subuh, membelikan makanan halal untk saya. Ibu benar-benar seorang wanita yg sangat baik dan cantik. Saya sangat dekat dengannya. Hubungan kami sangat baik. Ibu saya pernah berkata, Sendainya Islam membuatmu bahagia, dan kamu tak mengganggu orang lain, maka lakukanlah. Lakukanlah apa yg membuatmu bahagia, tutur Jasmine bersyukur.
Selain itu, Jasmine pun tak merasa berat mengenakan jilbab di tengah-tengah masyarakat New York yg berpandangan negatif terhadap Islam. Menurutnya, jika memiliki keyakinan dan percaya diri maka hal yg sangat mudah bagi Muslim untk hidup di New York meski sebagai minoritas. Baginya, sangat mudah hidup sebagai Muslim di New York. Ia dpt berjilbab bebas dan dpt mudah mendapatkan makanan halal.
Jika kalian melihat apa yg dipakai orang saat ini, mereka mengenakan segala macam pakaian sehingga sebagian orang tak akan sadar jika Anda seorang Muslim. Memang banyak orang yg bertanya tentang keislaman saya, tapi saya melihat mereka sebenarnya sangat baik terhadap saya. Mereka tak seburuk seperti yg saya pikirkan. Di New York, sangat mudah mencari apa yg kalian inginkan. Saya bisa memastikan di kota-kota lain tak semudah di New York. Saya merasakan amat senang menjadi seorang Muslim di Kota New York, ujarnya.
Aktif Berorganisasi
Setelah memeluk Islam, Jasmine pun berkecimpung dlm sebuah organisasi Islam nonprofit, Muslim Education and Converts Center of America (MECCA). Ia sangat aktif dlm organisasi tersebut, belajar dan memberikan pelajaran, serta berbagi pengalaman dgn para mualaf baru. Ia pun merasakan menemukan keluarga baru di organisasi tersebut.
Seperti berada dlm sebuah keluarga dan kita semua dlm kondisi yg sama, sebagai mualaf. Organisasi ni menjadi tempat yg besar, alhamdulillah. Mereka yg baru memeluk Islam datang ke sini dari berbagai tempat. Saya yg merupakan campuran warga kulit hitam dan putih bertemu dgn mualaf dari Irish, Afrika, dan India. Kami jg punya anggota orang Cina. Ada pula yg dari Spanyol, yg berkulit putih. Pokoknya kami punya berbagai ragam ras dan bangsa, tutur Jasmine dgn senyum tersungging di wajahnya.
Di MECCA, Jasmine ikut andil dlm berbagai kegiatan seperti kelas shalat untk mualaf, kursus bahasa Arab, serta kelas akidah dan fikih. Jasmine jg ikut mendakwahkan Islam dgn benar serta mengundang para Muslimin untk menjalin silaturahim. Jasmine berbagi kebahagian sebagai seorang Muslim kepada para mualaf baru.
Dikutip dari republika.co.id
Jasmine Crawford, warga New York AS ni mengungkapkan kekesalannya pd Muslimin yg justru mencoreng nama baik Islam. Namun, hidayah tak akan salah jalan. Jika Allah menghendaki memberikan hidayah kepada seseorang maka tak ada yg mampu menghalanginya. Meski Jasmine mengenal Islam dgn imej yg buruk, ia justru mempelajarinya kemudian mendapatkan manisnya hidayah.
Ditayangkan dlm program They Chose Islam The Algerian TV, Jasmine mengisahkan perjalanannya menuju hidayah tersebut. Dengan imej Islam yg buruk di kalangan warga AS, Jasmine pun berkesimpulan Islam hanyalah gaya hidup semata, bukan agama. Ia pun amat tak tertarik dgn agama akhir zaman ini. Hingga kemudian, Jasmine memiliki teman Muslim.
Dari situlah, pandangan Jasmine mulai berubah. Tak hanya satu, ia pun kemudian bergaul dgn lebih banyak Muslim untk lebih mengenal Islam. Begitulah saya mengenal Islam karena saya memiliki beberapa teman Muslim, ujarnya tersenyum.
Maka, dimulailah pencarian hidayah itu. Jasmine yg merupakan seorang Katholik taat mulai mempelajari berbagai agama. Tak hanya Islam, ia jg mempelajari Kristen dan Yahudi. Namun, di ujung pencariannya, ia memilih menjadi seorang Muslimah.
Saya mempelajari berbagai agama. Awalnya saya bermaksud sekadar belajar. Tapi, semakin banyak saya belajar, semakin saya tertarik pd Islam. Saya kemudian memilih Islam karena saya percaya ni adlh ajaran yg benar. Saya memohon kepada Allah agar membimbing saya dan memberi saya petunjuk, ujarnya dgn mata berbinar.
Namun, Jasmine tentu tak begitu saja menerima Islam. Dia jg tak begitu saja mempercayai Islam. Terdapat hal yg menarik bagi Jasmine hingga ia memutuskan menjadi mualaf. Hal menarik tersebut yakni kelogisan Islam yg dpt terlihat dari kemurnian Alquran.
Alquran yg tak pernah berubah menjadi satu hal yg sangat penting bagi saya. Banyak bukti-bukti sains yg disebutkan di dalamnya dan semuanya dpt diterima akal. Islamlah agama yg paling logis, tuturnya.Jasmine pun kemudian bersyahadat pd 2010 lalu. Terdapat kalimat yg sangat ia sukai, yakni kalimat Lailahailla Allah, tiada Tuhan yg berhak disembah selain Allah. Menurutnya, kalimat tersebut membuatnya terasa langsung berhubungan dgn Allah. Ia merasa sangat dekat dengan-Nya dan itu membuatnya bahagia. Hal itu benar-benar membuat saya merasa bahwa Allah benar adanya, kata Jasmin.
Setelah memeluk Islam, Jasmine pun tak merasakan adanya hambatan yg biasa menguji para mualaf. Keluarganya menerima bahkan mendukungnya menjadi seorang Muslimah.
Alhamdulillah, hubungan saya dgn orang tua sangat baik. Saya sangat mencintai mereka. Saat baru mempelajari Islam, ayah jatuh sakit karena kanker. Ayah meninggal pd Juli 2011 lalu. Ibu saya pun seorang yg sangat baik dan terbaik. Alhamdulillah, dia membantu saya dlm banyak hal. Dia membangunkan saya untk shalat Subuh, membelikan makanan halal untk saya. Ibu benar-benar seorang wanita yg sangat baik dan cantik. Saya sangat dekat dengannya. Hubungan kami sangat baik. Ibu saya pernah berkata, Sendainya Islam membuatmu bahagia, dan kamu tak mengganggu orang lain, maka lakukanlah. Lakukanlah apa yg membuatmu bahagia, tutur Jasmine bersyukur.
Selain itu, Jasmine pun tak merasa berat mengenakan jilbab di tengah-tengah masyarakat New York yg berpandangan negatif terhadap Islam. Menurutnya, jika memiliki keyakinan dan percaya diri maka hal yg sangat mudah bagi Muslim untk hidup di New York meski sebagai minoritas. Baginya, sangat mudah hidup sebagai Muslim di New York. Ia dpt berjilbab bebas dan dpt mudah mendapatkan makanan halal.
Jika kalian melihat apa yg dipakai orang saat ini, mereka mengenakan segala macam pakaian sehingga sebagian orang tak akan sadar jika Anda seorang Muslim. Memang banyak orang yg bertanya tentang keislaman saya, tapi saya melihat mereka sebenarnya sangat baik terhadap saya. Mereka tak seburuk seperti yg saya pikirkan. Di New York, sangat mudah mencari apa yg kalian inginkan. Saya bisa memastikan di kota-kota lain tak semudah di New York. Saya merasakan amat senang menjadi seorang Muslim di Kota New York, ujarnya.
Aktif Berorganisasi
Setelah memeluk Islam, Jasmine pun berkecimpung dlm sebuah organisasi Islam nonprofit, Muslim Education and Converts Center of America (MECCA). Ia sangat aktif dlm organisasi tersebut, belajar dan memberikan pelajaran, serta berbagi pengalaman dgn para mualaf baru. Ia pun merasakan menemukan keluarga baru di organisasi tersebut.
Seperti berada dlm sebuah keluarga dan kita semua dlm kondisi yg sama, sebagai mualaf. Organisasi ni menjadi tempat yg besar, alhamdulillah. Mereka yg baru memeluk Islam datang ke sini dari berbagai tempat. Saya yg merupakan campuran warga kulit hitam dan putih bertemu dgn mualaf dari Irish, Afrika, dan India. Kami jg punya anggota orang Cina. Ada pula yg dari Spanyol, yg berkulit putih. Pokoknya kami punya berbagai ragam ras dan bangsa, tutur Jasmine dgn senyum tersungging di wajahnya.
Di MECCA, Jasmine ikut andil dlm berbagai kegiatan seperti kelas shalat untk mualaf, kursus bahasa Arab, serta kelas akidah dan fikih. Jasmine jg ikut mendakwahkan Islam dgn benar serta mengundang para Muslimin untk menjalin silaturahim. Jasmine berbagi kebahagian sebagai seorang Muslim kepada para mualaf baru.
Dikutip dari republika.co.id
other source : http://tempo.co, http://okepos.blogspot.com, http://flickr.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar