Rabu, 21 Oktober 2015

[Haji] Berkat Doa Ibu: Dulu Dianggap Pengemis, Sekarang Jadi Bos

ohmlukas.blogspot.com - Doa dan restu Ibu adlh salah satu kunci yg bisa mengantarkan kita menuju kesuksesan dan kebahagiaan dlm hidup, Sebuah kisah nyata yg bisa menjadi inspirasi kita semua, bahwa semua kesuksesan yg kita capai sekarang ni tak lepas dari pengaruh dan doa doa orang terdekat, terutama doa dari ibu.

Berkat Doa Ibu: Dulu Dianggap Pengemis, Sekarang Jadi Bos

Keterbatasan fisik bukan penghalang meraih kesuksesan. Paling tak itulah yg tercermin pd Sugimun, pemilik tiga unit toko elektronik Cahaya Baru

Suatu ketika Sugimun pergi ke solo untk membeli mobil. Ketika akan masuk ke sebuah shoowroom mobil, seorang karyawan menghampirinya dan mengulurkan uang recehan kepadanya. Diperlakukan seperti itu Sugimun segera menukas, Oh, saya bukan pengemis, Mas. Saya cari mobil.

Tentu saja si karyawan tersebut kaget dan cepat-cepat masuk ke dlm sambil menanggung malu.

Menurut Sugimun, si karyawan mengira dirinya seorang pengemis karena menggunakan kursi roda, Waktu itu sopir saya sudah duluan masuk show room, kenang Sugimun tersenyum.

Lelaki yg lahir tahu 1970, di dusun Mojopuro, Magetan, Jawa Timur ni adlh pemillik toko elektronik Cahaya Baru di kota trenggalek dan Magetan, Jawa Timur.

Bagi orang Trenggalek , Magetan dan sekitarnya, nama toko itu sudah tak asing lagi. Cahaya Baru dikenal sebagai toko elektronik yg cukup besar. Omsetnya sudah mencapai 150 juta per bulan.

Sugimun memberi nama tokonya dgn Cahaya Baru, dgn dimaksudkan untk mewakili sebuah harapan harapan baru bagi diri dan keluarganya,

Keberhasilan Sugimun seperti sekarang tak lepas dari usaha dan doa ibunya. Maklum, selain sejak kecil cacat, Sugimun jg lahir dari keluarga miskin. Saking miskinnya, ia tak sempat mengenyam pendidikan formal. Sekolah TK saja enggak pernah, kenangnya.

Perubahan kehidupan Sugimun berawal pd usia 19 tahun. Ketika itu, seorang aparat desa beberapa orang dari Dinas Sosial datang ke rumahnya. Mereka mengajak Sugimun mengikuti program penyantunan dan rehabilitasi sosial dan penyandang cacat di Panti Sosial Bina Daksa (PSDB) Suryatama di kota Bangil, Jawa Timur. Ditempat tersebut Sugimun mengikuti bimbingan fisik, mental, serta pendidikan kejar Paket A.

Pada awalnya, saya merasa rendah diri karena semua teman saya penyandang cacat memiliki pendidikan formal mulai dari SD, SMP bahkan ada yg lulusan SMA, kenangnya. Sedangkan dirinya belum mengenal baca tulis.

Tapi karena tekadnya untk bangkit dan tak ingin bergantung pd orang lain, rasa rendah diri itu dibuangnya jauh-jauh. Di Suryatama, ia belajar keterampilan elektronik seperti radio, sound system, kipas angin, televise, dan lain sebagainya. Katanya.

Setelah dua tahun mengikuti program pelatihan, Sugimun kembali pulang kampung. Tapi ia tak punya aktivitas di desanya. Akhirnya ia mencoba mencari kerja di tempat usaha servis elektronik. Sayangnya, kebanyakan berujung pd penolakan. Mungkin mereka menilai saya tak cukup mampu bekerja dgn baik karena kondisi fisik seperti ini, kenangnya,

Yang menyedihkan, seringkali ia disangka pengemis saat melamar pekerjaan. Ia baru bisa bekerja tatkala seorang teman di Kediri menerimanya sebagai karyawan sebuah bengkel elektronik. Tapi karena suatu alasan, tak sampai satu tahun, ia memutuskan untk pulang kampung.

Ia pun mencoba melamar pekerjaan di kota kelahirannya. Lagi-lagi ia kembali mendapatkan penolakan, Hal ni membawa saya pd kesimpulan bahwa saya harus membuka lapangan pekerjaan untk bisa bekerja, katanya.

Berbekal Doa Restu Sang Ibu

Dengan kondisi ekonomi yg serba sulit serta pengalaman yg ditolak berkali-kali membuat Sugimun nekad berusaha sendiri. Berbekal restu sang ibu, tahun 1992 ia menjual perhiasan emas milik ibunya senilai Rp. 15.000, -. Uang tersebut sebagian ia pakai untk menyewa lapak emperan pasar sayur Magetan. Di tempat yg kecil itu, ia membuka usaha jasa servis elektronik dan menjual isi korek api. Dengan perlengkapan seadanya, tiap hari ia melayani pelanggannya.

Untuk menjalankan usahanya, Sugimun harus berjuang keras. Betapa tidak, jarak perjalanan dari rumah ketempat usahanya sangatlah jauh. Dari desanya yg terpencil, ia harus berjuang menempuh jarak satu kilometer untk menuju ke tempat mangkal angkutan umum yg akan membawanya ke kiosnya. Belum lagi jarak menuju pasar sayur. Ditambah lagi naik-turun angkutan umum. Bagi orang fisiknya normal, hal itu bukan masalah. Tapi bagi Sugimun yg kakinya layuh (lumpuh) akibat polio, terasa berat.

Usahanya itu jg terkadang ramai, terkadang sepi. Namun, saya tetap yakin Allah Maha Adil, Pengasih dan Pemurah, katanya.

Dengan penuh ketelatenan dan kesungguhan, Sugimun berusaha meraih kepercayaan para pelanggan, terutama dlm menepati janji. Ia berusaha keras untk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Ia jg tak pelit menjelaskan kepada pelanggannya tentang kerusakan dan onderdil yg harus dibutuhkan, termasuk harga dan kualitas onderdil yg bervariasi. Ternyata dgn cara seperti itu kepercayaan bisa didapatkan, katanya.

Kiosnya semakin sering dikunjungi orang. Berarti, kebutuhan akan onderdil elektronik jg meningkat.

Peluang inilah yg ia baca. Ia mulai menyisihkan uangnya untk modal pembelian onderdil. sedikit demi sedikit ia jg melengkapi kiosnya dgn barang elektronik. Karena semakin lama barangnya kian banyak, akhirnya ia memberanikan diri membeli toko. Alhamdulillah ramai, jelasnya. Kini ia telah memiliki tiga unit toko.

Meski kini menjadi orang sukses, Sugimun tak lupa terhadap keluarganya. Sebagai anak tertua dari delapan saudara, ia merasa bertanggung jawab atas eberlangsungan pendidikan adik-adiknya. Oleh karenanya, sebagian rezekinya ia gunakan untk membantu biaya pendidikan tiga orang adiknya, ia mangajak mereka untk membantu menjalankan toko elektroniknya. Ia berharap agar kelak, saudara-saudaranya yg lain mampu mandiri. Saya bahagia bisa menyekolahkan ketiga adik saya hingga tamat SMU, katanya.

Kebahagiaannya semakin lengkap ketika ia menemukan jodohnya bernama Nursiam. Perempuan yg ia nikahi itu kini memberinya tiga orang anak.

Selain itu, Sugimun jg membantu orang-orang di daerah sekitarnya. Ia tak membantu dlm bentuk uang, melainkan berupa pemberian kesempatan pendidikan dan keterampilan. Ia membina beberapa yatim dan anak cacat agar memiliki berbagai keterampilan yg berguna bagi masa depan mereka kelak.

Pengalaman masa lalu membuat saya sadar, bahwa pendidikan dan keterampilan sangat berguna bagi orang-orang seperti saya, katanya sambil tersenyum. Ada tiga anak yatim cacat yg kini ia asuh. Tidak banyak memang, tetapi paling tidak, ia telah berbuat sesuatu untk sesamanya.

Satu hal yg ia syukuri, ia hanya cacat fisik, bukan cacat rohani. Cacat fisik yg ia alami tak membuatnya jatuh terpuruk mengharap belas kasih orang lain, melainkan sebagai pelecut semangat untk menggapai cita-cita mandiri. Kini, meski ia secara fisik tak sempurna, tetapi ia mampu berbuat lebih. Melebihi dari apa yg bisa dilakukan oleh orang normal. Ini semua rahasia Allah, bahwa orang cacat seperti saya, diberi kemampuan untk membantu orang lain, katanya.

(Suara Hidayatullah, Edisi 1/XXVI/Mei 2013/Jumadil Ahir/1434)

other source : http://dailymotion.com, http://imgur.com, http://kabarmakkah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

D.M.C.A Disclaimer of Lukas Blog - All contents published under GNU General Public License.
All images/photos/videos found in this site reserved by its respective owners. We does not upload or host any files.